Bandarlampung (ANTARA Lampung) - Empat atlet Indonesia peraih medali
Olimpiade Brasil mendapatkan apresiasi dari pemerintah sekembalinya ke
Tanah Air.
Indonesia mengumpulkan 3
medali hasil Olimpiade Rio de Janeiro Brasil itu, yaitu satu emas dari
ganda campuran bulu tangkis Tontowi
Ahmad dan Liliyana Natsir, dan masing-masing satu perak dari cabang
angkat
besi yaitu Eko Yuli Irawan dan Sri Wahyuni, dua atlet asal Lampung yang
juga jebolan Padepokan Gajah Lampung binaan Imron Rosadi di Kabupaten
Pringsewu hingga kini terus mencetak atlet angkat besi yang
ditempa dengan keras setiap hari.
Penghargaan untuk empat atlet
peraih medali Olimpiade Brasil itu diberikan pemerintah, setelah
disambut hangat kedatangannya di Tanah Air, melalui arak-arakan ke
kantor Kemenpora dan sehari berikutnya diterima Presiden Jokowi di
Istana Presiden di Jakarta. Mereka pun mendapatkan bonus masing-masing
Rp5 miliar untuk peraih emas (Tontowi dan Liliyana) serta Rp2 miliar
untuk peraih perak (Sri Wahyuni dan Eko Yuli) tanpa potongan pajak,
selain bonus tambahan rumah tinggal dan tunjangan hidup diberikan setiap
bulan seumur hidup mereka.
Atlet asal Lampung kembali berkiprah
di kancah kompetisi olahraga dunia, di tengah keterbatasan fasilitas
berlatih dan masih minim dukungan pembinaan yang diperlukan mereka.
Setidaknya Lampung ikut menyumbang atlet berprestasi untuk beberapa
cabang olahraga, selain angkat besi/angkat berat, juga dari panahan dan
sedikit cabang olahraga lain yang masih sebatas berprestasi di tingkat
nasional.
Sang Merah Putih dikibarkan dan Lagu Kebangsaan
Indonesia Raya dinyanyikan di Olimpiade Brasil oleh para atlet bulu
tangkis dan angkat besi Indonesia
Atlet angkat besi Eko Yuli Irawan meraih medali perak pada kelas 62 kg, hanya terpaut 6 kg dari atlet dari
Kolombia Oscar Figueroa yang berhasil meraih medali emas. Sedangkan atlet angkat besi perempuan Sri Wahyuni di kelas
48 kg juga sebelumnya telah meraih medali perak angkat besi Olimpiade Brasil itu. Diketahui Eko dan Sri
Wahyuni lahir di Provinsi
Lampung dan telah ditempa pada Padepokan Gajah Lampung binaan Imron Rosadi di Kabupaten
Pringsewu.
Baik Eko maupun Sri Wahyuni sebelumnya telah pula
meraih sejumlah prestasi di tingkat dunia. bahkan Eko dalam beberapa
kali olimpiade sebelumnya juga mampu meraih medali untuk kontingen
Indonesia, selain berprestasi pula pada ajang SEA Games maupun Asian
Games.
Pemusatan Latihan Olimpiade
Atas keberhasilan itu, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam
Nahrawi segera memusatkan pelatihan cabang-cabang olahraga yang dianggap
potensial dan mampu mencetak prestasi di olimpiade akan dipusatkan di
Cibubur, Jakarta Timur.
"Saya sudah mempercepat pengambilan
keputusan, beberapa cabang olahraga seperti angkat besi, panahan, dan
cabang olahraga lainnya kami akan memindahkan ke Cibubur karena kami
punya 'olimpic center', pelatnas di sana," kata Imam Nahrawi di Kompleks
Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (24/8).
Ia mengatakan berbagai
fasilitas pelatihan, tempat tinggal, sampai dokter dan fasilitas
pendukung lainnya, sudah disiapkan di Olimpic Center Cibubur.
Ia
mengaku telah menerima perintah dan instruksi langsung dari Presiden
Joko Widodo (Jokowi) untuk memprioritaskan pembinaan terhadap cabang
olahraga yang potensial mendapatkan medali di olimpiade.
Nahrawi mengatakan hal itu tidak boleh ditunda lagi dan harus sesegera mungkin dilaksanakan.
"Kita akan benar-benar serius pada fokus pendanaan dan kebijakan," katanya pula.
Meski
begitu ia menyadari bahwa hal itu membutuhkan dukungan semua pihak
karena dari sisi pembinaan sampai kompetisi, penyesuaian, keterampilan,
bahkan hingga teknologi terbaru sampai terapan baru dari olahraga,
membutuhkan dana besar.
"Alhamdulillah Bapak Presiden baru saja menyetujui agar membentuk yayasan pendanaan olahraga," katanya.
Yayasan itulah, kata Nahrawi, yang nantinya akan menangani pemberian bantuan sekaligus pendampingan kepada atlet berprestasi.
Hal itu diperlukan karena alokasi APBN untuk pos bonus bagi atlet berprestasi tidak sebesar yang diharapkan.
"Termasuk
APBN untuk masa depan atlet yang sudah mulai kami anggarkan Tahun 2016
ini harus berjalan sampai kapanpun. Maka harus dibutuhkan yayasan atau
lembaga yang 'disupport' oleh semua masyarakat untuk mendanai olahraga,"
katanya.
Ketika tim Olimpiade Indonesia ke Brasil 2016
dikukuhkan, sebanyak 28 atlet yang akan diberangkatkan adalah andalan di
enam cabang olah raga: bulu tangkis, renang, angkat besi, panahan,
atletik, dayung, dan balap sepeda.
"Tradisi emas" di cabang bulu
tangkis membumbungkan asa Indonesia sehingga jumlah atlet yang dikirim
untuk berlaga pun tercatat menjadi yang terbanyak, 10 orang.
Angkat
besi juga menjadi tumpuan harapan Indonesia di Rio, karena beberapa
kali lifter pria dan perempuan berhasil menorehkan prestasi di cabang
ini, total atlet yang diberangkatkan adalah tujuh orang.
Dalam
persiapan berlaga di Rio, durasi pelatihan intensif diperpanjang menjadi
tujuh bulan--dari yang hanya empat bulan saat mempersiapkan Olimpiade
2012 di London. Sementara total anggaran yang dikeluarkan pemerintah
adalah Rp35 miliar. Uang ini digunakan untuk biaya pelatihan intensif,
transportasi pulang-pergi menggunakan penerbangan kelas bisnis ke
Brasil, dan uang saku atlet selama berlaga di sana.
Bila dihitung
rasio anggaran terhadap medali, maka satu medali yang diraih Indonesia
rata-rata berharga Rp11,7 miliar. Namun angka ini belum termasuk uang
bonus yang dijanjikan bakal diberikan kepada atlet yang sukses membawa
pulang medali. Pemerintah lewat Kementerian Pemuda dan Olahraga
menyiapkan ganjaran ekstra Rp5 miliar untuk emas, Rp2 miliar untuk
perak, dan Rp1 miliar buat perunggu.
Bonus dari pihak-pihak lain,
seperti PB PABBSI untuk para atlet angkat besi juga akan mengalir,
minimal satu unit rumah buat peraih medali Olimpiade.
Dari tahun
ke tahun, Indonesia memasang target yang sangat "realistis" di
Olimpiade. Hal ini bisa dimaklumi karena secara statistik memang andalan
Indonesia masih terbatas di beberapa cabang saja, yakni bulu tangkis
dan angkat besi.
Tidak ada yang salah dengan fokus itu, tapi
dari total 225 juta orang penduduk di Indonesia, tentu potensi yang bisa
diasah sangatlah luar biasa.
China dan Amerika dengan populasi
besar menunjukkan performa yang bagus di Olimpiade. Kunci suksesnya
sebagian terletak di keseriusan pendanaan, dan sebagian lainnya adalah
berkat melimpahnya bibit-bibit atlet yang ada di negara mereka.
Seperti
dikutip laman News.com.au, Profesor Hans Westerbeek dari Universitas
Victoria menyebutkan populasi yang besar sejatinya adalah ladang emas
buat perburuan atlet-atlet berkualitas, selain tentu saja ketersediaan
sumber daya dana dan riset di cabang-cabang olahraga yang potensial
harus terjamin konsistensinya.
Semula, Indonesia menargetkan
"hanya" 3 medali emas. Akan tetapi harapan ini pupus seiring kegagalan
atlet-atlet Indonesia berlaga secara cemerlang, termasuk ganda putra
peringkat dua dunia Hendra Setiawan/Moh Ahsan yang harus angkat koper
sejak babak penyisihan grup.
Dengan realisasi 1 emas dan 2 perak,
Indonesia menempati posisi 41 dari total 71 negara yang ambil bagian di
Olimpiade Rio. Jelas, Indonesia sangat perlu berbenah. Apalagi melihat
negeri jiran Thailand bertengger di urutan 26 dengan koleksi dua emas,
dua perak, dan dua perunggu.
Boleh jadi, harga per keping medali
Indonesia memang relatif lebih murah daripada Australia, Amerika, dan
Inggris. Tapi ini patutnya tidak menjadi "penghiburan" buat prestasi
yang masih sangat di bawah potensi.
Dalam perjuangan meraih
prestasi olahraga terbaik itu, para atlet asal Lampung juga diharapkan
memberikan kontribusinya, sehingga sejak awal perhatian dan pembinaan
terhadap para atlet muda di daerah ini, khususnya pada cabang olahraga
yang potensial berprestasi dan meraih medali seperti pada Pekan Olahraga
Nasional (PON) perlu lebih ditingkatkan lagi.
Berkaitan itu,
Gubernur Lampung M Ridho Ficardo menjelang keberangkatan kontingen
Lampung menuju PON XIX di Bandung, Jawa Barat, Rabu (24/8) berjanji akan
lebih memperhatikan nasib atlet berprestasi dari daerah ini. Pemerintah
Provinsi Lampung, menurut Gubernur Ridho, akan memberikan bonus Rp200
juta bagi atlet Lampung peraih medali emas PON Jabar itu, peraih perak
diberi bonus Rp75 juta, dan perunggu Rp30 juta. Atlet berprestasi itu
juga akan diupayakan bisa diangkat menjadi PNS.
Menurut Ridho,
para atlet Lampung itu bertanding membawa nama Provinsi Lampung,
sehingga pantas mendapatkan penghargaan yang tinggi, sehingga
prestasinya juga ditunggu dan diharapkan oleh masyarakat Lampung.
Hasil
yang dicapai atlet Indonesia, termasuk yang berasal dari Lampung, pada ajang Olimpiade Brasil membuktikan pula
bahwa selain penghargaan berupa materi yang akan terus berdatangan, prestasi puncak yang
diraih juga layak menerima predikat sebagai "Pahlawan Olahraga Nasional"
sebagai penghargaan tak ternilai harganya bagi atlet bersangkutan.
Atlet Lampung di Kancah Dunia
Eko Yuli Irawan dan Sri Wahyuni, dua atlet asal Lampung yang juga jebolan Padepokan Gajah Lampung binaan Imron Rosadi di Kabupaten Pringsewu, hingga kini terus mencetak atlet angkat besi ditempa keras setiap hari.....