Petani Karet Mesuji Keluhkan Produksi dan Harga Merosot

id Petani Karet Mesuji, Harga Karet Merosot, Harga Getah Karet

Mesuji, Lampung (ANTARA Lampung) - Petani karet di Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung mengeluhkan produksi getah karet yang merosot disertai kondisi harganya yang juga anjlok.

Kondisi itu membuat sejumlah petani karet warga Mesuji, Sabtu (29/8), menyatakan cenderung malas menyadap getah karet, karena pendapatan sangat sedikit.

Sejumlah petani karet di Desa Wirabangun Kecamatan Simpangpematang Kabupaten Mesuji yang berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan, di pangkalan penjualan getah karet itu, mengeluhkan produksi dan harga getak karet yang anjlok.

Menurut Wanda, pedagang pengumpul, pangkalan di perempatan jalan desa itu menjadi tempat berkumpul ratusan penyadap getah karet sambil menunggu para pedagang pengumpul datang untuk membeli getah karet mereka sepekan sekali.

Penyadap berkumpul secara rutin membawa getah karet hasil sadapan ketika siang hari untuk dijual memenuhi kebutuhan hidup keluarga mereka.

Namun beberapa bulan terakhir, mereka menghadapi masa sulit karena produksi getah karet turun hingga 80 persen lebih dibandingkan saat normal akibat musim kemarau saat ini.

"Pendapatan petani karet saat ini hanya setengah kuintal per hektare setiap dua pekan, padahal biasanya bisa empat sampai lima kuintal sepekan," ujar Wanda lagi.

Petani karet lainnya, Samio menjelaskan, saat musim kemarau tanaman karet petani setempat menggugurkan daunnya atau `trek`, sehingga tetesan getah pada sayatan kulit batang karet menjadi sangat sedikit.

"Bahkan banyak tanaman karet itu tidak mengeluarkan getah sama sekali," ujar dia.

Heri, petani setempat lainnya, mengatakan, akibat penurunan produksi getah karet ini berdampak cukup signifikan terhadap pendapatan petani karet selama musim kemarau.

Harga getah karet juga masih tergolong rendah Rp5.000 per kilogram untuk karet kering, sedangkan karet basah Rp4.000 per kilogram.

Namun rata-rata penyadap setempat menjual dalam kondisi kering, mengingat harganya lebih tinggi setelah melalui proses pembekuan dengan zat asam.

"Biasanya sepekan sekali mendapatkan uang sampai Rp5 juta, namun sekarang hanya di bawah Rp1 juta per pekan dari satu hektare tanaman karet," kata dia pula.

Para pedagang pengumpul getah karet itu juga mengaku kesulitan mendapatkan pasokan getah karet dari petani dalam jumlah besar selama musim kemarau ini.

Selain itu, pada musim kemarau ini kualitas getah karet justru menurun karena kadar getahnya sedikit.

Para petani karet Mesuji ini berharap, harga getah karet dapat bertahan tinggi di pabrik agar pembelian kepada petani juga tinggi, mengingat banyak petani yang enggan menyadap saat kemarau akibat harga yang sangat rendah.