Dua Pertiga Kasus Kanker Akibat "Nasib Buruk"

id studi, Dua Pertiga Kasus Kanker Akibat Nasib Buruk

Washington (Antara/Xinhua-OANA) - Kebanyakan kasus kanker dapat dijelaskan oleh "nasib buruk" ketimbang hasil faktor lingkungan hidup dan warisan gen, demikian hasil satu studi.
        
Studi tersebut, yang disiarkan di jurnal AS "Science" baru-baru ini, mendapati dua-pertiga peristiwa kanker dewasa di seluruh jaringan mungkin disebabkan oleh mutasi acak yang terjadi dalam pembelahan sel induk yang sehat.
        
Temuan itu, yang dilandasi atas model statistik yang menghitung berapa banyak tiga faktor --nasib buruk, lingungan dan keturunan-- mempengaruhi perkembangan kanker, mungkin membantu para peneliti merancang strategi pencegahan yang lebih efektif bagi bermacam jenis kanker.
        
"Mengubah kebiasaan dan pola hidup anda akan menjadi bantuan yang sangat besar dalam pencegahan kanker tertentu. Tapi ini mungkin tidak efektif bagi varian lain," kata penulis bersama Cristian Tomasetti, Asisten Profesor Onkologi di Johns Hopkins University School of Public Health, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu malam. "Kita mesti memusatkan sumber daya lain untuk menemukan cara mendeteksi kanker semacam itu pada tahap dini dan dapat diobati."
   
Kanker diketahui muncul ketika sel induk jaringan khusus membuat kekeliruan acak, atau mutasi, ketika satu huruf kimiawi pada DNA secara keliru tertukar dengan yang lain selama proses pembelahan diri pada bagian sel.
        
Makin banyak mutasi ini bertumpuk, makin tinggi resiko sel akan tumbuh tanpa diketahui, tanda penting serangan kanker.
        
Pengaruh sesungguhnya dari kekeliruan acak itu pada peristiwa kanker, dibandingkan dengan pengaruh keturunan atau faksi lingkungan hidup, sebelumnya tak diketahui.
        
Di dalam studi baru tersebut, para peneliti menganalisis data pada bagian sel induk di 31 jaringan berbeda pada manusia dan membandingkan data itu dengan peristiwa kanker sepanjang hidup pada jaringan tersebut.
        
Mereka menetapkan hubungan antara seluruh jumlah bagian sel induk dan resiko kanker sebanyak 0,804.
        
"Studi kami memperlihatkan, secara umum, bahwa satu perubahan pada jumlah divisi sel induk pada satu jenis jaringan sangat berhubungan dengan perubahan pada peristiwa kanker di jaringan yang sama," kata penulis bersama studi tersebut Bert Vogelstein, Profesor Onkologi di John Hopkins University School of Medicine.
        
Satu contoh, katanya, adalah jaringan usus besar, yang menjalani empat kali lebih banyak pembagian sel induk dibandingkan dengan jaringan usus kecil pada manusia. Kanker usus besar juga sangat prevalen dibandingkan dengan pada kanker usus kecil.
        
Sebaliknya, tikus memiliki jumlah pembagian sel induk yang lebih sedikit pada usus besar mereka dibandingkan dengan pada usus kecil. Peristiwa kanker pada tikus juga lebih sedikit pada usus besar dibandingkan pada usus kecil.
        
Dengan menggunakan teori tersebut, mereka menghitung berapa banyak variasi pada resiko kanker dapat dijelaskan oleh jumlah pembagian sel induk, sebanyak 0,804 persegi, atau, dalam bentuk persentase, sebanyak 65 persen.
        
Penelitian lebih lanjut mendapati bahwa 22 jenis kanker pada 31 jaringan dapat dijelaskan secara luas oleh faktor "nasib buruk" mutasi acak DNA selama pembelahan sel.

Penerjemah/Redaktur : Chaidar/Hisar Sitanggang