Pemudik Memilih Balik Lebih Awal

id arus balik, mulai padat, bakauheni, lebaran, kendaraan, pejalan kaki, bakauheni

Pemudik Memilih Balik Lebih Awal

Calon penumpang memadati gangway menuju kapal feri di Pelabuhan Bakauheni, Lampung, ANTARA FOTO/Kristian Ali.

Saya memang sengaja berangkat malam agar sampai di Jakarta pagi hari, dan juga untuk menghindari antrean saat membeli karcis."
Bakauheni,  (ANTARA LANPUNG)- Arus balik pemudik ke Pelabuhan Bakauheni terus mengalir deras mulai Jumat pagi hingga malam hari, baik yang menggunakan kendaraan pribadi, motor ataupun penumpang pejalan kaki yang diangkut ke Bakauheni menggunakan angkutan umum.
        
Angkutan umum dan kendaraan travel hilir mudik menurunkan penumpangnya di Pelabuhan Bakauheni, sementata kendaraan pribadi nyaris memadati seluruh areal parkir di enam dermaga Pelabuhan Bakauheni.
        
Arus balik pemudik motor, termasuk yang membawa anak-anak, masih tetap mengalir ke Bakauheni, meski jumlahnya tak sebanyak pada Jumat pagi atau sore hari.
        
Dari Pelabuhan Bakauheni, mereka akan diseberangkan ke Pelabuhan Merak Banten, dan selanjutnya menuju ke tempatnya di Jakarta dan daerah lainnya di Jawa.
        
PT ASDP menyebutkan telah mengoperasikan 28 kapal feri untuk mengangkut para penumpang arus balik tersebut, termasuk kapal-kapal feri yang berdaya angkut besar.
        
Beberapa penumpang arus balik menyebutkan mereka memilih pulang lebih awal ke Jawa untuk menghindari kemacetan saat hendak menyeberang ke Pelabuhan Merak.
        
Mereka menyebutkan tak ingin mendapatkan pengalaman saat mudik ke Sumatera, yakni harus mengantre berjam-jam baru bisa mendapatkan kesempatan diseberangkan ke Bakauheni.
        
"Saya memang sengaja berangkat malam agar sampai di Jakarta pagi hari, dan juga untuk menghindari antrean saat membeli karcis," kata Revi (35), salah satu pemudik yang hendak balik ke Jakarta.
       
Ia mengatakan berangkat pada malam hari dengan harapan arus lalu lintas lebih lancar dan suhu udaranya lebih sejuk.
        
"Saya harus pulang hari ini agar ada waktu untuk memulihkan tenaga sebelum bekerja kembali pada Senin," katanya.
        
Bagi dia, bekerja di Jakarta lebih bergensi dan lebih besar gajinya daripada bekerja di Lampung, sehingga ia tetap bekerja selama tiga tahun di Ibukota.
        
Hal senada disampaikan Rangga (27), warga Sumatera lainnya.
        
"Jika berangkat Sabtu atau besok, dapat dipastikan akan mengantre untuk mendapatkan karcis seperti tahun lalu," katanya.
       
Hingga Jumat tengah malam, arus balik penumpang pejalan kaki di Pelabuhan Bakauheni tetap padat. Sebagian di antara mereka balik dengan berpenampilan sebagai orang sukses di kota, seperti menggunakan travel bag, memakai telepon seluler cerdas dan berpakaian modern.
        
Sementara kendaraan pribadi tetap padat di Bakauheni, dan mereka itu umumnya adalah pekerja sektor formal, wiraswasta atau pegawai negeri sipil.
        
Kendaraan arus balik pemudik memang berbagai jenis, namun hampir seluruhnya mobil-mobil baru. Memang terdapat sejumlah mobil tua atau angkutan kota yang digunakan sebagai kendaraan mudik, namun jumlahnya jauh lebih sedikit dibandingkan kendaraan lainnya.
        
Jenis kendaraan para pemudik asal Jawa itu sebenarnya juga menunjukkan bahwa sumber mendapatkan uang ada di Pulau Jawa, terutama di Jakarta. Sebagian besar kendaraan arus balik berpelat nomor Jakarta (B), dan jenisnya juga beraneka, seperti Fortuner, BMW, Pajero Sport, Honda CRV, dan berbagai mobil berdaya kecil lainnya.
        
"Senin sudah bekerja lagi, anak-anak juga bersekolah. Jadi lebih baik pulang lebih awal agar ada waktu beristirahat atau berlebaran dengan tetangga," kata Teguh, pemudik yang hendak balik ke Jakarta.
   
 Urbanisasi meningkat
    
Penampilan pemudik yang menonjolkan kesuksesan akan mendorong warga berpindah mencari pekerjaan di Jawa, terutama di kawasan Banten dan Jabotabek.
        
Manajer Usaha PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry (Persero) Cabang Bakauheni, Heru Purwanto, juga memprediksi arus urbanisasi dari Pulau Sumatera ke Jawa akan meningkat dibandingkan total arus mudik Lebaran 2014.
       
"Peningakatn urbanisasi itu diperkirakan sekitar 20 persen atau sekitar 80.000 sampai 100.000 orang," kata dia.
      
 Ia memerinci kenaikan sekitar 20 persen itu berdasarkan jumlah penumpang arus mudik Lebaran ini sebanyak 631.917 orang atau mencapai kisaran 700.000-an lebih saat arus balik.
       
Berdasarkan kondisi angkutan Lebaran 2013, kata dia, jumlah urbanisasi naik 14 persen dari arus mudik sebanyak 564.593 orang dan saat arus balik mencapai 644.683 orang dengan selisih 80.090 orang.
       
"Artinya, prediksi 20 persen itu hasil tambahan urbanisasi angkutan Lebaran tahun lalu sebanyak 14 persen dengan pertumbuhan penduduk nasional 5 persen," ujarnya pula.
       
Heru menambahkan bahwa urbanisasi merupakan tradisi setiap tahun karena banyak pemudik yang kembali ke Jawa membawa saudara-saudara yang paling banyak bekerja pada sektor informal ke Jakarta dan sekitarn.
       
Perpindahan penduduk ke kawasan Jabotabek sebenarnya bukan hanya didominasi penduduk dari Sumatera, tetapi juga penduduk yang berasal daerah lainnya di Pulau Jawa.
       
Urbanisasi itu selalu terjadi setiap arus mudik berlangsung, dan hingga kini belum ditemukan solusi efektif untuk mengatasinya meski ratusan daerah otonomi baru telah dibentuk di era reformasi ini. Padahal salah satu tujuan pemekaran itu adalah mengembangkan daerah yang akan membuka lapangan kerja baru.
        
Pembukaan lapangan kerja baru itu diharapkan akan mengerem minat orang daerah untuk berpindah ke Jabotabek untuk mencari pekerjaan. Bahkan pekerja sektor informal pun lebih suka bekerja di Jabotabek dibandingkan di daerah asalnya meski penghasilannya tak berbeda jauh.
        
Namun, kenapa harapan tidak terjadi urbanisasi itu tak terwujud ? Berkaitan itu, pemerintah dan semua pihak terkait sudah sepatutnya mencari solusinya.