Anyer Banten (ANTARA) - Gunung Anak Krakatau (GAK) di perairan Selat Sunda, antara Banten dan Lampung, kerap kali mengalami aktivitas kegempaan vulkanik yang memicu erupsi.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB) sebanyak 437 orang meninggal dunia, 1.016 luka-luka, 57 korban belum ditemukan, dan 11.687 orang mengungsi. Selain itu, kerusakan 446 rumah, sembilan hotel, dan satu masjid.
Erupsi Krakatau berupa lemparan batu-batu apung dan abu vulkanik dengan volume 18 kilometer kubik, mencapai Singapura.
Benda-benda yang berhamburan ke udara dan jatuh di dataran Pulau Jawa dan Sumatra hingga Sri Lanka, India, Pakistan, Australia, dan Selandia Baru, menurut situs Volcano World milik Oregon State University.
Dalam status Waspada itu, baik masyarakat, wisatawan, nelayan, maupun pelaku pelayaran tidak boleh mendekati pusat kawah gunung karena cukup membahayakan keselamatan jiwa.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) merekomendasikan radius dua kilometer dari gunung tersebut, terkait dengan batas aktivitas masyarakat.
Aktivitas kegempaan GAK sepanjang Minggu (6/2), berdasarkan hasil rekaman seismograf dengan letusan tujuh kali, embusan antara 25-50 meter, amplitudo 0,5-42 mm, delapan kali gempa vulkanik dangkal dan tujuh kali embusan.
"Kami telah menyampaikan imbauan kewaspadaan itu kepada pemerintah daerah," katanya.
Saat ini, erupsi GAK tidak mengeluarkan lava pijar dan suara dentuman. Peningkatan aktivitas kegempaan vulkanik yang memicu erupsi GAK, sebagai siklus periode empat tahunan. Erupsi GAK terakhir pada 2018.
Dengan demikian, kegempaan vulkanik GAK harus waspadai dengan mengikuti anjuran pemerintah daerah setempat dan hasil pemantauan GAK. Masyarakat pesisir juga harus tetap tenang dan tidak terpancing informasi menyesatkan serta hoaks.
"Kami minta warga pesisir pantai tetap tenang menyusul terjadi erupsi GAK," katanya.
Hujan abu lebat secara umum berpotensi di sekitar kawah di radius dua kilometer dari kawah aktif. Hujan abu lebih tipis dapat menjangkau area yang lebih luas, tergantung arah dan kecepatan angin.
BNPB mengimbau masyarakat tidak terpancing isu tidak jelas dan meneruskan peredaran berita-berita yang tidak benar dan tidak bisa dipertanggungjawabkan mengenai aktivitas GAK, serta mengikuti arahan dari instansi yang berwenang.
Peringatan
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Rahmat Triyono mengeluarkan peringatan imbas aktivitas GAK, termasuk pentingnya kewaspadaan potensi gelombang tinggi di perairan Selat Sunda.
Warga sekitar Selat Sunda diminta menghindari daerah pantai karena potensi gelombang tinggi.
Ia tak menyebutkan tinggi gelombang yang disebabkan kegempaan gunung api itu. BMKG saat ini belum bisa memprediksi ketinggian gelombang akibat aktivitas gunung api. Hal itu berbeda dengan prediksi ketinggian gelombang jika terjadi gempa atau perubahan cuaca.
"Kalau prediksi tsunami, gelombang tinggi, itu ada 'modeling'-nya (pemodelan) dari BMKG. Tapi kalau gunung api belum ada modelnya, jadi masih sebatas imbauan-imbauan saja," jelasnya.
Cuaca buruk di pesisir Pantai Pasauran 2 Kawasan Anyer yang berdampak gelombang tinggi berlangsung dua hari terakhir sehingga para pedagang di kawasan itu tidak berjualan. Sekitar 20 lokasi berjualan mereka di tempat itu tutup.
Mereka terpaksa mengamankan barang-barang dagangan dan perkakas pendukung lainnya ke tempat aman dari dampak gelombang tinggi itu. Para pedagang umumnya berjualan minuman kopi, teh, mi, dan makanan ringan di pinggir pantai.
Akibat cuaca buruk itu, ia memutuskan tidak berjualan terlebih dahulu.
Saat libur akhir pekan, biasanya kawasan itu dipadati pengunjung. Namun kali ini sepi.
Sebetulnya, kata dia, kunjungan wisata ke kawasan Pantai Carita sudah normal setelah kasus COVID-19 melandai akhir-akhir ini.
Namun, terjadinya lonjakan kasus virus dan peningkatan aktivitas vulkanik GAK berdampak terhadap kunjungan wisata di daerah itu. Pengelola kepariwisataan setempat pun terpukul.
"Kami bersama rombongan ketakutan jika berenang sekitar pantai, karena gelombang cukup tinggi dan membahayakan," kata Endoh, wisatawan yang juga warga Kabupaten Lebak.
Kewaspadaan masyarakat memang lebih diutamakan ketika menghadapi peristiwa alam, sebagaimana respons tepat mereka terhadap tanda-tanda peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau akhir-akhir ini.
Ketimbang duka mendera gegara abai tentangnya.