Pandemi COVID-19 ubah kebiasaan warga Kabupaten Lampung Timur

id covid lampung timur,lebaran covid

Pandemi COVID-19 ubah kebiasaan warga Kabupaten Lampung Timur

Objek Wisata Pantai Kerang Mas di Desa Muara Gading Mas, Lampung Timur masih ditutup untuk pengunjung. (Antaralampung/HO)

Lampung Timur (ANTARA) - Sebagaimana di berbagai belahan dunia, pandemi COVID-19 juga telah mengubah banyak hal dalam kehidupan masyarakat kita, tak terkecuali bagi warga perdesaan di Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung.

Hingga 2 Juni 2020, menurut data Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Provinsi Lampung, warga yang positif terinfeksi di daerah ini 136 orang, dengan rincian 46 orang masih dirawat/isolasi, 80 orang dinyatakan sembuh, dan 11 orang telah meninggal dunia.

Tercatat ada 3.180 orang dalam pemantauan (ODP), dengan 39 di antaranya masih dipantau, 3.133 selesai pemantauan, dan 8 orang meninggal dunia, 112 orang pasien dalam pengawasan/PDP (17 orang dirawat/diisolasi, 73 sembuh, dan 22 meninggal dunia).

Namun pada 2 Juni juga, di Kabupaten Lampung Timur tidak ada tambahan kasus positif COVID-19, meskipun ada 1 dari 3 ODP meninggal dunia, dan masih ada lagi PDP, serta 6 orang PDP sebelumnya, telah meninggal dunia.

Terlepas dari perkembangan kasus COVID-19, pandemi ini benar-benar telah mengubah kebiasaan warga Lampung Timur. 

Lebaran sepi

Hari Raya Idul Fitri 1441 Hijriah di Indonesia jatuh pada Minggu (24/5) lalu. Lebaran kali ini di Lampung Timur sangat berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya. 

Di tengah pandemi COVID-19, semua aktivitas pun harus dilakukan secara terbatas, seperti ibadah Shalat Idul Fitri yang terpaksa dilakukan di rumah, kendati masih ada saja yang melaksanakannya di masjid secara terbatas dengan menerapkan protokol kesehatan.

Demikian juga dengan shalat wajib dan shalat Jumat, walau sebagian masjid ada yang menggelar secara berjamaah dengan menerapkan standar protokol kesehatan secara ketat.

Tradisi saling mengunjungi untuk bermaaf-maafan setelah shalat Ied pun nyaris tidak ada, kalau pun ada yang masih melakukannya, hanya secara terbatas, sehingga suasana Lebaran tahun ini menjadi serasa lebih sepi.

Tradisi lain selain saling kunjung adalah bepergian ke sejumlah objek wisata, bertamasya bersama keluarga tercinta menikmati liburan, setelah sebulan penuh berpuasa.

Biasanya warga mengunjungi objek wisata pada hari Lebaran ketiga, keempat, dan puncaknya pada hari kelima dan keenam. Dan, pada Lebaran tahun 2018 dan 2019 lalu ribuan orang berjubel mengantre untuk masuk ke objek wisata Pantai Kerang Mas di Desa Muara Gading Mas, Kecamatan Labuhan Maringgai. 
 
Objek wisata Pantai Kerang Mas saat ramai pengunjung pada Lebaran tahun lalu. (Antaralampung/Muklasin)


Selain kawasan pantai, objek yang biasanya berjubel pengunjung saat libur Lebaran antara lain Pusat Latihan Gajah (PLG) Taman Nasional Way Kambas (TNWK). Setiap Lebaran, ribuan orang memadati PLG Way Kambas.

Sebelum pandemi datang, keceriaan pun tergambar pada wajah ribuan pengunjung saat menyaksikan gajah-gajah jinak Way Kambas, sekaligus menikmati pemandangan alam hutan Way Kambas saat merayakan Lebaran tahun-tahun lalu.

Tapi, pada Lebaran tahun 2020, keceriaan orang tua dan anak-anak itu tidak tampak lagi di tempat wisata, karena ada wabah COVID-19.

Sejumlah objek wisata di Kabupaten Lampung Timur pun harus ditutup pada musim Idul Fitri 1441 Hijriah, termasuk Pantai Kerang Mas. "Pantai Kerang Mas tutup," kata Sekretaris Desa Muara Gading Mas Nuraini saat dihubungi.

Nuraini mengatakan, objek wisata Pantai Kerang Mas ditutup oleh pengelola demi menghindari penyebaran virus corona. Penutupan telah berlangsung sejak Maret 2020 ketika wabah COVID-19 mulai merebak di Tanah Air.

Nuraini mengungkapkan, dampak ditutupnya Pantai Kerang Mas adalah warga sekitar yang bekerja sebagai karyawan dan berdagang kehilangan pendapatan.

"Akibat penutupan total ini, masyarakat yang bekerja dan berjualan tidak ada penghasilan lagi," ujarnya pula.

Dampak lainnya, Badan Usaha Milik Desa atau Bumdes Desa Muara Gading Mas pun tidak ada penerimaan, mengingat objek wisata Pantai Kerang Mas selama ini dikelola mandiri oleh Bumdes desa ini.

Kepala Desa Margasari Wahyu Jaya mengatakan bahwa Objek Wisata Mangrove Sekar Bahari di desanya juga tidak menerima pengunjung pada Idul Fitri 1441 Hijriah.

"Objek Wisata Mangrove Sekar Bahari ditutup juga," katanya lagi. Alasan penutupan demi mencegah penularan Virus Corona.

Objek wisata Way Kambas atau Pusat Latihan Gajah di Taman Nasional Way Kambas pun tidak dibuka pada Idul Fitri 1441 Hijriah. Balai TNWK menutupnya sejak pertengahan Maret 2020.

Bersiap sambut normal baru 

Pemerintah mewacanakan menerapkan "new normal" atau normal baru. Artinya masyarakat bisa berkegiatan lagi secara produktif, namun harus menerapkan tatanan hidup baru dengan protokol kesehatan secara ketat, mengingat virus mematikan masih mengancam.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio menyatakan protokol normal baru pariwisata telah disusun untuk nantinya diterapkan ketika suatu daerah atau destinasi wisata telah dinyatakan siap.

"Protokol ini akan melalui beberapa tahapan, mulai dari melakukan simulasi, lalu sosialisasi dan publikasi kepada publik, dan yang terakhir melakukan uji coba. Pelaksanaan tahapan-tahapan ini harus diawasi dengan ketat dan disiplin serta mempertimbangkan kesiapan daerah," kata Wishnutama Kusubandio dalam keterangannya di Jakarta beberapa waktu lalu.

Ia menambahkan protokol normal baru salah satunya menekankan pada konsep pariwisata "Cleanliness, Health, and Safety".

Nantinya penerapan dan pengawasan program "Cleanliness, Health, and Safety" (CHS) sebagai tatanan kenormalan baru di destinasi wisata juga akan dikoordinasikan dengan gugus tugas dan kepala daerah masing-masing wilayah.

Wacana normal baru di tempat wisata, disambut baik Humas Balai TNWK Sukatmoko.

Menurut dia, apabila new normal diterapkan di objek wisata, pihak Balai TNWK siap melaksanakannya.

Sejauh ini, menurut dia, Balai Taman Nasional Way Kambas (TNWK) tidak membuka PLG Way Kambas karena belum ada petunjuk dari pemerintah daerah dan pusat. "Kami menunggu arahan dari pemerintah pusat," ujarnya lagi.

"Kalau memang new normal mau diterapkan, kami siap, kami siap buka lagi PLG Way Kambas," kata dia pula.

Sekretaris Daerah Kabupaten Lampung Timur Syahrudin Putera mengakui pemerintah daerah ini belum membuka objek-objek wisata.

Pemerintah daerah, menurut dia, sifatnya menunggu arahan pemerintah pusat terkait pembukaan objek pariwisata. "Kami menunggu instruksi pusat terkait pembukaan objek pariwisata," kata Syahrudin Putera.

Menurut Syahrudin, berkaca dari data Gugus Tugas Penanganan Percepatan COVID-19 Nasional, Kabupaten Lampung Timur lebih siap menerapkan normal baru, mengingat menyandang predikat zona hijau.

"Rilis Gugus Tugas Nasional menyebut Mesuji dan Lampung Timur yang wilayahnya masih hijau, artinya bisa dikatakan Lampung Timur lebih siap menerapkan new normal," kata Syahrudin Putera pula.

Ia mengemukakan, selama ini masyarakat Lampung Timur telah melaksanakan new normal dengan membiasakan diri menerapkan protokol kesehatan, seperti rajin mencuci tangan dengan sabun, memakai masker, dan menjaga jarak aman. Begitu pula di instansi dinas, hingga kecamatan dan desa di daerah ini.

"Keseharian-keseharian itu selama ini sudah kami siapkan dan laksanakan. Kami sangat mematuhi protokol kesehatan, anjuran pemerintah maupun MUI, dan itu sudah kami lakukan secara ketat dan bersama-sama," ujarnya lagi.

Ketua Himpunan Pariwisata Indonesia (HPI) Cabang Lampung Timur Rudi Hartono mengemukakan dampak COVID-19 telah mematikan sektor pariwisata.

Menurut Rudi Hartono, para pemandu wisata yang tergabung dalam HPI tidak luput terkena dampaknya. Anggota HPI Lampung Timur yang berjumlah 25 orang kehilangan mata pencarian karena tidak ada wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara yang berkunjung ke objek wisata yang tersedia.

"Kami pemandu wisata tidak ada ada penghasilan apa pun, karena selama tiga bulan ini tidak ada pengunjung, mengingat hampir semua objek wisata harus ditutup," ujarnya lagi.

Selama tiga bulan pandemi berlangsung, para pemandu wisata itu pun mengaku belum mendapat perhatian dari pemerintah pusat dan daerah, meski pihaknya telah mengajukannya ke Dinas Pariwisata Lampung Timur.

Terkait new normal, Rudi Hartono menyatakan HPI Lampung Timur setuju jika pemerintah menerapkan normal baru di tempat pariwisata supaya sektor pariwisata kembali bergeliat.

Dia pun tidak khawatir pengunjung terpapar corona selama protokol kesehatan diterapkan secara ketat.

Namun, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Lampung Edarwan menegaskan belum ada keputusan untuk membuka pariwisata Lampung semasa pandemi COVID-19 dan menjadikan pelaksanaan protokol kesehatan sebagai fokus utama.

Menurutnya, pemerintah provinsi saat ini tengah mengkaji dan mempersiapkan beragam standar operasional kepariwisataan agar dapat diterapkan saat situasi sudah membaik.

"Pemerintah Provinsi Lampung belum mengeluarkan kebijakan akan membuka tempat wisata, sebab sedang mempersiapkan kebijakan yang akan diterapkan, dan protokol kesehatan menjadi yang utama," katanya lagi.

Ia mengatakan di masa mendatang pariwisata berbasis kesehatan dan berkelanjutan menjadi prioritas pengembangan di Provinsi Lampung.

Lantas, jika nantinya objek wisata benar-benar sudah dibuka di tengah pandemi COVID-19 ini, pemerintah diharapkan harus betul-betul menyiapkan protokol kesehatan secara matang. Protokol kesehatan yang disiapkan pun mesti disosialisasikan secara masif, sehingga masyarakat memahaminya untuk melaksanakan dalam aktivitas keseharian.

Kita semua tentu berharap, jangan sampai objek wisata setelah dibuka kembali, malah menjadi episentrum baru penularan COVID-19 yang memang belum benar-benar mereda saat ini.