Paus Fransiskus disambut oleh Putra Mahkota Sheikh Mohammed bin Zayed An-Nahyan

id Paus kunjungi Jazirah Arab, Paus Fransiskus

Paus Fransiskus disambut oleh Putra Mahkota Sheikh Mohammed bin Zayed An-Nahyan

Paus Fransiskus pada Minggu menjadi bapa suci pertama yang menginjakkan kaki di Jazirah Arab. (mailtimes. com)

Abu Dhabi (Antaranews Lampung) - Paus Fransiskus pada Minggu menjadi bapa suci pertama yang menginjakkan kaki di Jazirah Arab.

Paus Fransiskus disambut oleh Putra Mahkota Sheikh Mohammed bin Zayed An-Nahyan, yang menemaninya menemui Sheikh Ahmed At-Tayeb, imam agung masjid dan universitas Al-Azhar, Mesir, salah satu tempat utama untuk mempelajari Islam Suni. Bapa Suci merangkulnya.

Kedua orang tersebut mengadakan pembicaraan dengan Paus Fransiskus pada Senin.

 UAE memainkan peran penting di koalisi pimpinan Arab dalam memerangi gerakan Al-Houthi di Yaman. PBB mencoba menerapkan gencatan senjata dan kesepakatan penarikan pasukan di pelabuhan besar Hodeidah, Yaman, yang disepakati pada perundingan Desember sebagai langkah yang memungkinkan jalan perundingan untuk mengakhiri konflik.

Pejabat Vatikan telah mengatakan belum jelas apakah Paus Fransiskus akan berpidato mengenai topik yang peka di depan umum atau secara pribadi dalam lawatannya ke Abu Dhabi, yang diarahkan untuk menuju dialog antar-agama.

        
Paus akan bertemu dengan para pemuka Muslim dan merayakan misa terbuka bagi 135 ribu umat Katolik, suatu peristiwa yang bisa menjadi contoh di Semenanjung Arab.

Dia mengatakan bahwa perjalanan ini, yang akan berakhir pada Selasa, adalah sebuah peluang untuk menulis "halaman baru dalam sejarah hubungan antar-agama."
   
UAE, yang menjadikan 2019 sebagai Tahun Toleransi, mengatakan kunjungan ini mencerminkan sejarahnya sebagai "tempat lahir keberagaman" namun menghadapi kecaman dari kelompok Hak Asasi Manusia atas penahanan sejumlah pegiat termasuk Ahmed Mansoor, seorang warta Emirat yang dihukum 10 tahun penjara karena mengecam pemerintah di media sosial.

"Kami mengharapkan Paus Fransiskus mengangkat masalah penahanan mereka pada para tuan rumah dan mendesak pembebasan mereka dengan segera dan tanpa syarat," dinyatakan oleh Amnesti Internasional.

Pihak berwenang UAE tidak segera menanggapi permintaan komentar mengenai hal ini.

 UAE menjadi rumah bagi sekitar satu juga ekspatriat Katolik, kebanyakan berasal dari Filipina dan sekitar sejuta lagi umat Katolik yang diperkirakan tinggal di Semenanjung Arab.

Para pendeta dan diplomat menggambarkan UAE sebagai tempat yang tidak terlalu ketat untuk ibadah Kristen, tetapi seperti negara-negara di sekitarnya, UAE tidak memperkenankan kecaman atau perbedaan pendapat mengenai para pemimpinnya.

 Seluruh negara Teluk Arab kecuali Arab Saudi mengizinkan pelaksanaan ibadah Kristen di gereja-gereja dan tempat ibadah lain yang memiliki izin. Di Arab Saudi, umat non-muslim bersembahyang secara diam-diam di rumah pribadi dan kedutaan