Jakarta (ANTARA Lampung) - Dokter dari Departemen Kedokteran Komunitas FKUI, Astrid Widajati Sulistomo, mengatakan bakteri "e-coli" pada air tanah masih bisa hidup meskipun sudah direbus air terlebih dahulu.
"Untuk mematikan 'e-coli' tidak cukup hanya dengan merebus air dalam temperatur 100 derajat, tapi juga harus didiamkan selama 5-10 menit karena bakteri memiliki pelindung saat suhu panas," kata Astrid saat dihubungi Antara di Jakarta, Jumat.
Astrid mengatakan bakteri penyebab diare ini memiliki kristal yang bisa melindungi diri jika terkena panas, kemudian lapisan tersebut akan pecah dengan sendirinya setelah 5-10 menit.
Oleh karena itu, air yang baru saja mendidih tidak boleh langsung diminum, meskipun terlebih dahulu ditiup.
Secara alami, bakteri "e-coli" memang sudah ada di dalam tubuh, tepatnya di usus, namun ada jenis yang berbahaya bagi tubuh dan tidak terlalu berbahaya.
"Biasanya memang "e-coli" ini dilihat pada air untuk melihat sumber air yang letaknya dekat septic tank tercemar atau tidak," ujar Astrid.
Bahaya bakteri "e-coli" dalam jumlah banyak akan mengakibatkan diare hingga keluar darah dan yang paling parah bisa merusak ginjal.
Untuk mencegah bahaya tersebut, perilaku hidup bersih harus diterapkan, seperti membiasakan cuci tangan sebelum makan dan setelah dari kamar mandi, serta menjaga kebersihan peralatan makan.
Warga juga dapat mengenali sumber air yang tercemar "e-coli" dari kekeruhan warna dan bau got yang tercium pada air tanah.
Selain "e-coli", air tercemar juga mengandung kuman tifus yang tercampur dari makanan sisa orang lain yang meresap ke tanah.
Kata dokter merebus air tidak bunuh bakteri "E-Coli"
Untuk mematikan 'e-coli' tidak cukup hanya dengan merebus air dalam temperatur 100 derajat, tapi juga harus didiamkan selama 5-10 menit karena bakteri memiliki pelindung saat suhu panas