Jakarta (ANTARA) - Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto menekankan politeknik bukan sekadar pilihan kedua, namun strategi menciptakan lulusan berkualitas yang mampu bersaing dengan talenta global.
Hal tersebut diungkapkannya dalam Lokakarya Nasional bertajuk “Peluang dan Tantangan Tenaga Kerja Terampil Indonesia untuk Bekerja di Luar Negeri: Kesiapan, Standar Kompetensi, Perlindungan dan Strategi Kolaborasi Lintas Sektoral”, di Politeknik Negeri Jakarta (PNJ), Depok, Jawa Barat, Sabtu (20/12).
"Politeknik itu institusi pencetak skilled labor, yang siap bersaing dengan talenta dari negara lain seperti India atau China. Jadi bukan pilihan kedua. Maka kita harus pastikan potensi skill gap yang terjadi antara kita dengan dunia global dapat diatasi," kata Mendiktisaintek melalui keterangan di Jakarta, Minggu.
Menteri Brian menekankan arah kebijakan penguatan vokasi dilandasi upaya menaikkan kelas kualitas pendidikan dan kompetensi tenaga kerja nasional.
"Kita ingin menunjukkan kualitas SDM Indonesia sejajar dengan SDM negara maju. Pendidikan kita harus mampu melahirkan lulusan yang kompeten, profesional, dan percaya diri," ujarnya.
"Konteksnya adalah bagaimana pendidikan tinggi Indonesia, khususnya pendidikan tinggi vokasi, mampu membuktikan kualitasnya di tingkat global," kata Brian.
Menteri menyoroti pentingnya pembelajaran berbasis praktik baik (best practices), penguasaan bahasa dan komunikasi, sertifikasi kompetensi yang kredibel, serta penguatan jejaring dengan mitra industri dan pemangku kepentingan terkait.
"Langkah ini penting untuk memastikan lulusan pendidikan tinggi vokasi memiliki kesiapan yang matang dan berkelanjutan," ucap Brian.
Lebih lanjut, Mendiktisaintek menegaskan komitmennya untuk mendukung sepenuhnya pendidikan vokasi. Menurutnya, regulasi akan mengikuti kebutuhan pasar, bukan sebaliknya.
Sertifikasi yang merupakan syarat fundamental guna memasuki pasar kerja global, akan dimaksimalkan supaya bisa dilakukan di dalam negeri.
"Kita terbangkan putra-putri terbaik bangsa di bidang terapan ke seluruh dunia. Di sana mereka mendapatkan pengalaman, value. Ketika kita mau membangun industri strategis, mereka kita panggil pulang. Itu yang saya namakan brain circulation, dan itu harus disiapkan oleh pendidikan tinggi vokasi," ucap Brian Yuliarto.
Senada dengan Brian, Ketua Forum Direktur Politeknik Negeri se-Indonesia (FDPNI) Ahyar M. Dyah menyampaikan bahwa Politeknik Negeri se-Indonesia sudah menjalin kerja sama dengan beberapa negara dalam pemenuhan tenaga terampil.
"FDPNI pun siap mendukung penuh upaya mempersiapkan lulusan dari pendidikan tinggi vokasi untuk dapat bekerja menembus pasar kerja global dan mengawal keberlanjutan program tersebut sebagai bagian dari transformasi pendidikan tinggi vokasi di Indonesia," tutur Ahyar M. Dyah.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Mendiktisaintek: Politeknik bukan sekadar pilihan kedua
