DKP Lampung: Pembudidaya ikan perlu kurangi padat tebar antisipasi dampak kekeringan
Manajemen pakan yang baik ini termasuk memberi vitamin maupun suplemen secara rutin dan terukur, sebab ikan butuh ini agar tetap sehat selama musim panas, ucapnya
Bandarlampung (ANTARA) - Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Lampung mengatakan untuk mengantisipasi dampak kekeringan pada perikanan budi daya di daerahnya maka pembudi daya perlu melakukan pengurangan padat tebar benih ikan di setiap kolam.
"Memang ada beberapa jenis ikan yang tahan dengan suhu panas pada saat musim kering, akan tetapi dalam menghadapi fenomena iklim El Nino yang telah berlangsung ini perlu dilakukan langkah antisipasi untuk tetap menjaga produktivitas perikanan budi daya," ujar Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung Liza Derni di Bandarlampung, Senin.
Ia mengatakan khusus untuk mengantisipasi dampak kekeringan pada perikanan budi daya dapat dilakukan dengan mengurangi padat tebar pada kolam ikan budi daya.
"Pengurangan padat tebar benih tersebut dilakukan untuk memberikan ruangan yang cukup dalam kolam agar ketersediaan oksigen lebih banyak dan luas," katanya.
Selanjutnya perlu pula menerapkan teknologi mikro bubble oksigen yang bertujuan untuk meningkatkan oksigen terlarut pada media budi daya.
Dia melanjutkan selain itu perlu pula dilakukan pola manajemen pakan yang baik untuk menjaga daya tahan hidup ikan.
"Manajemen pakan yang baik ini termasuk memberi vitamin maupun suplemen secara rutin dan terukur, sebab ikan butuh ini agar tetap sehat selama musim panas," ucapnya.
Menurut dia, untuk menjaga ketersediaan air pun perlu diterapkan sistem budi daya yang tepat melalui sistem resirkulasi serta pemilihan komoditas yang sesuai dengan cuaca.
"Untuk komoditas yang sesuai dibudidayakan di musim kering ini adalah nila, lele, ataupun gurame ini bisa dikembangkan agar menjaga produktivitas perikanan budi daya," tambahnya.
Ia melanjutkan selain itu untuk menjaga produksi dari dampak kekeringan maka akan terus mendorong pengembangan budi daya ikan lokal yang sudah mampu beradaptasi dengan ekosistem yang ada.
"Jenis ikan lokal seperti baung, jelawat, belida, gabus, tawes, nila merupakan ikan asli Lampung dan ini tahan panas juga, jadi kami mendorong pengembangan budi daya ikan-ikan ini. Beberapa waktu lalu sudah melakukan restocking di beberapa sungai di Lampung agar keberadaan ikan lokal tetap terjaga," ujar dia.
"Memang ada beberapa jenis ikan yang tahan dengan suhu panas pada saat musim kering, akan tetapi dalam menghadapi fenomena iklim El Nino yang telah berlangsung ini perlu dilakukan langkah antisipasi untuk tetap menjaga produktivitas perikanan budi daya," ujar Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung Liza Derni di Bandarlampung, Senin.
Ia mengatakan khusus untuk mengantisipasi dampak kekeringan pada perikanan budi daya dapat dilakukan dengan mengurangi padat tebar pada kolam ikan budi daya.
"Pengurangan padat tebar benih tersebut dilakukan untuk memberikan ruangan yang cukup dalam kolam agar ketersediaan oksigen lebih banyak dan luas," katanya.
Selanjutnya perlu pula menerapkan teknologi mikro bubble oksigen yang bertujuan untuk meningkatkan oksigen terlarut pada media budi daya.
Dia melanjutkan selain itu perlu pula dilakukan pola manajemen pakan yang baik untuk menjaga daya tahan hidup ikan.
"Manajemen pakan yang baik ini termasuk memberi vitamin maupun suplemen secara rutin dan terukur, sebab ikan butuh ini agar tetap sehat selama musim panas," ucapnya.
Menurut dia, untuk menjaga ketersediaan air pun perlu diterapkan sistem budi daya yang tepat melalui sistem resirkulasi serta pemilihan komoditas yang sesuai dengan cuaca.
"Untuk komoditas yang sesuai dibudidayakan di musim kering ini adalah nila, lele, ataupun gurame ini bisa dikembangkan agar menjaga produktivitas perikanan budi daya," tambahnya.
Ia melanjutkan selain itu untuk menjaga produksi dari dampak kekeringan maka akan terus mendorong pengembangan budi daya ikan lokal yang sudah mampu beradaptasi dengan ekosistem yang ada.
"Jenis ikan lokal seperti baung, jelawat, belida, gabus, tawes, nila merupakan ikan asli Lampung dan ini tahan panas juga, jadi kami mendorong pengembangan budi daya ikan-ikan ini. Beberapa waktu lalu sudah melakukan restocking di beberapa sungai di Lampung agar keberadaan ikan lokal tetap terjaga," ujar dia.