Bandarlampung (ANTARA Lampung) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung akan melakukan koordinasi dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah di seluruh daerah itu untuk mengantisipasi ancaman inflasi yang akan dihadapi Lampung pada 2017.
"Meskipun inflasi Lampung pada Desember 2016 terendah se-Sumatera, namun ancaman inflasi di atas angka rata-rata nasional, dapat mungkin terjadi," kata Kepala Kantor Perwakilan BI Provinsi Lampung, Arief Hartawan, di Bandarlampung, Kamis.
Ia mengatakan bahwa hal tersebut disebabkan oleh masih tingginya standar deviasi inflasi Lampung, yang mencapai 0,43 persen. Standar deviasi inflasi merupakan angka yang menunjukan perbandingan antara inflasi bulan terkini dibandingkan bulan sebelumnya.
Menurutnya, angka itu menunjukan bahwa fluktuasi inflasi di Lampung per bulan masih tinggi, idealnya, harus mendekati nol.
"Masih terlalu jomplang, bulan ini rendah, tahu-tahu bulan depan tinggi, tidak stabil, kata dia.
Kondisi ini, menurut Arief, disebabkan oleh beberapa faktor mulai dari ancaman gagal panen pertanian akibat hama dan perubahan musim yang tidak menentu.
Selain itu, kebijakan pengalihan subsidi seperti listik, dan kenaikan pajak kendaraan juga menjadi potensi pemicu lain meningkatnya inflasi. Sedangkan faktor ketiga adalah meningkatnya harga minyak mentah dunia, yang ikut menggenjot harga bbm non subsidi di Lampung.
Ketiga faktor tersebut potensial untuk meningkatkan inflasi di provinsi Lampung, dan akan menjadi tidak terkendali apabila terlambat diantisipasi.
"Kami akan rapat dengan TPID pada Kamis (12/1) untuk mengantisipasi hal ini," kata Arief.
Sebenarnya, ARief melanjutkan, untuk Provinsi Lampung peningkatan inflasi lebih banyak dipengaruhi oleh faktor internal ketimbang eksternal.
Tingkat konsumsi dan ketergantungan hanya terhadap satu komoditas menjadi faktor utama yang harus segera diubah.
Dia mencontohkan, tingginya tingkat ketergatungan terhadap beras tanpa mempertimbangkan pangan pengganti menjadi salah satu faktor internal potensi inflasi yang fluktuatif.
"Kebiasaan inilah yang menyebabkan potensi inflasi melonjak tinggi saat musim kering dan gagal panen," kata dia menambahkan.(Ant)
