Aliansi Mahasiswa Lampung Demo Peringati Tragedi UBL Berdarah

id Aliansi Mahasiswa Lampung Demo Peringati Tragedi UBL Berdarah

Aliansi Mahasiswa Lampung Demo Peringati Tragedi UBL Berdarah

Aksi Solidaritas Tragedi UBL Berdarah, 28 September 1999 yang menewaskan dua orang mahasiswa Unila, Saidatul Fitriah, dan M Yusuf Rizal, diperingati 28 elemen mahasiswa di Bandarlampung, Jumat (28/9).(FOTO: ANTARA LAMPUNG/Dok. Dian Wahyu Kusuma/Tekno

Bandarlampung (ANTARA LAMPUNG) - Tragedi Universitas Bandarlampung (UBL) Berdarah 28 September 1999 lalu, diperingati kembali di Bandarlampung, Jumat, dengan aksi demo oleh sedikitnya 28 organisasi/elemen mahasiswa daerah ini, dengan bersepakat untuk menuntut pengusutan secara tuntas pelaku di balik tragedi itu.       

Gerakan mahasiswa dan rakyat Lampung yang menolak kebijakan Pemerintahan Gus Dur berupa RUU Penanggulangan Keadaan Bahaya untuk menangani berbagai gejolak sosial pascareformasi 13 tahun lalu itu, terjadi bentrok dengan aparat keamanan saat berdemo di depan Kampus UBL, sehingga mengakibatkan dua mahasiswa tewas, yaitu Saidatul Fitriah (Atul, aktivis pers mahasiswa SKM Teknokra Unila), dan M Yusuf Rizal (Ijal, mahasiswa FISIP Unila).

Dalam penjelasannya, Korlap aksi memperingati Tragedi UBL Berdarah itu, Denta Febrianda yang juga Ketua Eksekutif Wilayah LMND Lampung menegaskan bahwa aksi demo memperingati Tragedi UBL Berdarah itu dilakukan bersama-sama oleh Aliansi Tragedi UBL Berdarah yang diikuti 28 organisasi mahasiswa.

Aliansi itu, antara lain LMND, IMM, KAMMI, SMI, HMI Kom Sospol Unila, Aliansi Pers Mahasiswa (APM Lampung: Teknokra, Kronika, Republica, Pilar, Cremona, Natural, Sukma, Lighten, Permata), BEM FISIP Unila, BEM U Unila, BEM FMIPA Unila, BEM U UTB, Dema Teknik UBL, Hima Publik UBL, BEM U Umitra, UKM Futsal UBL yang melakukan aksi masa dengan rute aksi di Kampus UBL, mengusung isu besar bersama, menuntut pengusutan tuntas Tragedi UBL Berdarah itu.

Salah satu korban mahasiswa tewas dalam tragedi 13 tahun lalu itu adalah fotografer Surat Kabar Mahasiswa Teknokra Unila, Saidatul Fitriah, namanya kemudian diabadikan sebagai nama salah satu ruangan di Sekretariat UPKM Teknokra Unila digunakan hingga kini.

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandarlampung juga setiap tahun memberikan anugerah Penghargaan Saidatul Fitriah, untuk para jurnalis atas konsistensi dan profesionalismenya dalam menjalani profesi jurnalis; dan atas karja jurnalistiknya yang dinilai dapat memberikan inspirasi serta memberikan dampak positif untuk masyarakat luas.

Saidatul Fitriah (Atul) merupakan pewarta foto (fotografer) pada Surat Kabar Mahasiswa Teknokra Unila yang meninggal dunia pada 3 Oktober 1999.

Atul, saat itu, adalah mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris FKIP Unila, meninggal setelah lima hari dirawat akibat terluka berat di bagian kepala saat meliput peristiwa bentrokan aparat TNI-Polri dengan ribuan mahasiswa di depan kampus (UBL) pada 28 September 1999, kemudian lebih dikenal sebagai peristiwa "UBL Berdarah" atau "Tragedi UBL".

Luka berat yang dialami gadis berkerudung asal Gadingrejo, Tanggamus itu, menurut Tim Dokter Rumah Sakit Advent yang memeriksanya, disebabkan hantaman yang sangat keras dari sebuah benda tumpul di bagian kiri depan kepalanya.

Hingga kini, belum ada kejelasan atas tragedi yang terjadi 13 tahun lampau itu. Belum jelas pula siapa pelaku kekerasan yang menyebabkan Atul terluka hingga meninggal dunia.

Namun, sudah pasti, Atul terluka hingga kemudian gugur, saat menjalankan tugas jurnalistiknya sebagai wartawan foto (fotografer).

Di antara hujan batu dan gas air mata, gadis kelahiran September 1978 itu tanpa rasa jerih dan takut mengbadikan momen demi momen bentrokan dari balik lensa kameranya.

Ia bahkan berada di barisan mahasiswa, saat puluhan jurnalis lainnya saat itu justru berada di barisan aparat--sebuah pilihan yang mengandung risiko sangat tinggi dan akhirnya harus dibayar mahal oleh nyawanya.

Saidatul Fitriah, adalah martir sekaligus pahlawan bagi kehidupan jurnalisme dan demokrasi di Lampung. Atul, adalah jurnalis pertama dan semoga yang terakhir di Lampung yang gugur dalam tugasnya.

Maka, AJI Bandarlampung menilai, lebih dari layak nama almarhumah Saidatul Fitriah dijadikan nama penghargaan bagi jurnalis yang konsisten menjalani profesinya dan atau menghasilkan karya yang memberi inspirasi serta berdampak positif bagi kehidupan orang banyak.

Atul bersama M Yusuf Rizal (Ijal), mahasiswa FISIP Unila yang juga tewas, diduga akibat peluru oknum aparat saat aksi demo yang berakhir bentrokan itu, menjadi simbol perlawanan para mahasiswa di Lampung hingga saat ini.