Warga Minati Bus Trans Bandarlampung

id bus

Warga Minati Bus Trans Bandarlampung

Para penumpang pengguna kendaraan umum menunggu naik ke Bus Trans Bandarlampung yang merupakan terobosan Program bus rapid transit (BRT) di Kota Bandarlampung, Lampung. (FOTO: ANTARA LAMPUNG/Budisantoso Budiman)

Dia juga berharap, pelayanan bus itu dapat terus ditingkatkan sehingga kepentingan masyarakat yang memerlukan sarana transportasi umum yang murah, aman dan nyaman dapat terpenuhi."
Bandarlampung (ANTARA LAMPUNG) - Warga Kota Bandarlampung, Provinsi Lampung menyatakan operasional bus cepat Trans Bandarlampung dapat memberikan alternatif pelayanan angkutan umum yang relatif murah, aman, dan nyaman bagi mereka.

"Bagus Mas, malah kalau bisa selain rute yang berjalan saat ini, beberapa rute lain yang belum dimasuki bisa ditambah Bus Trans Bandarlampung-nya juga, sehingga tidak hanya mengandalkan angkutan kota," ujar Susanto, salah satu warga Bandarlampung, Kamis.

Dia mengaku, sering bepergian menggunakan Bus Trans Bandarlampung dengan tarif Rp3.500 per orang penumpang umum dan Rp2.500 untuk pelajar/mahasiswa, dengan pelayanan dinilai lebih baik dari angkutan umum yang pernah beroperasi sebelumnya.

Ia juga berharap, pelayanan bus itu dapat terus ditingkatkan sehingga kepentingan masyarakat yang memerlukan sarana transportasi umum yang murah, aman dan nyaman dapat terpenuhi.

Salah satu trayek baru yang diminta warga adalah Bus Trans Bandarlampung membuka pelayanan koridor baru Terminal Induk Rajabasa-Terminal Panjang yang selama ini dilayani bus kota swasta.

Beberapa trayek koridor baru pelayanan bus cepat itu, juga diminta warga yang kerap bepergian menggunakan angkutan umum di daerah tersebut.

Warga Bandarlampung lainnya, Ny Tuti, karyawan swasta, mengaku saat ini selalu menggunakan Bus Trans Bandarlampung untuk berangkat dan pulang kerja karena tidak menggunakan kendaraan sendiri.

Menurut dia, selama ini masih menggunakan angkutan kota (angkot) dan bus kota. Namun setelah Bus Trans Bandarlampung beroperasi, dia memilih menggunakan layanan bus rapid transit (BRT) itu.

Sejumlah warga Bandarlampung yang menggunakan bus itu berharap, selain pelayanan ditingkatkan, juga keberadaan halte bus yang sedang dipersiapkan dapat segera diselesaikan pembangunannya.

Sampai saat ini halte untuk pemberhentian dan menaikan penumpang  umumnya belum selesai dikerjakan, walaupun sudah ada beberapa halte di jalan utama pusat kota yang telah rampung dan digunakan.

Akibatnya, calon penumpang harus menunggu di sekitar halte yang belum selesai dibangun atau berdiri di atas halte yang masih berupa pondasi lantainya saja tersebut, dengan menahan panas dan hujan karena belum ada kerangka maupun atap penutupnya.

Warga pengguna Bus Trans Bandarlampung itu juga berharap, selanjutnya dapat dikembangkan sistem tiket berlangganan, tiket terusan maupun tiket elektronik (e-ticket) untuk memberikan pelayanan lebih praktis dan ekonomis kepada konsumen bus itu.

Informasi dari pengelola Bus Trans Bandarlampung, saat ini umumnya awak bus telah beroperasi secara normal, menyusul aksi demo dan mogok awak angkutan kota yang menolak keberadaannya.

Setiap hari, satu Bus Trans Bandarlampung itu beroperasi sedikitnya melayani lima trip pulang pergi pada jalur trayek yang telah ditentukan.

    
                   Tanpa Subsidi Pemerintah
Menurut tenaga ahli Pemkot Bandarlampung yang menangani transportasi, IB Ilham Malik ST MT, sampai hari ini, pemkot setempat tidak mengeluarkan biaya subsidi serupiah pun dalam pelaksanaan Program BRT itu.

Padahal Program BRT sudah mengoperasikan Bus Trans Bandarlampung pada tujuh koridor trayek angkutan dalam kota, dengan mengoperasikan sebanyak 130-an bus.

"Nanti akan ada 250 unit Bus Trans Bandarlampung yang beroperasi keseluruhannya, saat program ini benar-benar berjalan," ujar dia.

Ilham membandingkan pelaksanaan BRT di Bandarlampung itu, dengan program serupa di Jakarta yang sudah mengeluarkan dana subsidi pemerintah mencapai triliunan rupiah.

Begitu pula program transportasi massal serupa di Yogyakarta yang telah mengeluarkan dana subsidi mencapai puluhan hingga ratusan miliar rupiah, dan subsidi besar pula untuk program serupa di daerah-daerah lainnya.

Karena itu, agar Pemkot Bandarlampung tidak mensubsidi melalui APBD dalam jumlah besar, dibuat skema baru yang berbeda dengan program serupa di daerah lain, kata dia.

Diharapkan, Program BRT tanpa subsidi pemerintah ini, bila berhasil dapat menjadi contoh nasional dalam operasional sarana bus angkutan umum yang lebih ekonomis, aman dan nyaman, ujar Ilham lagi.

Dosen Universitas Bandarlampung yang juga Direktur Pusat Studi Kota dan Daerah (PSKD) UBL itu, menegaskan bahwa program BRT itu sebenarnya tidak ada lagi pro dan kontra, mengingat semua persoalan sudah diakomodasi dengan baik.

Dia menyebutkan, pengelola dan awak angkutan kota (angkot) yang minta supaya tetap boleh beroperasi sampai izin trayek mereka habis, sudah disetujui.

Angkot minta supaya masuk ke jalur tertentu, sudah disetujui.

Bus Trans Bandarlampung yang diminta tidak berhenti di sembarang tempat, menurut dia, masih dalam proses karena halte yang disiapkan masih belum jadi.

Selama enam bulan bus Trans Bandarlampung beroperasi, antusiasme masyarakat juga dinilai luar biasa.

Menurut Ilham, umumnya warga masyarakat pengguna bus cepat Trans Bandarlampung itu sangat puas, dan berharap dapat melintas di semua jalur yang tersedia.

Itulah sebabnya bus Trans Bandarlampung direncanakan beroperasi pada 8-10 trayek, ujar dia pula.

PT Trans Bandar Lampung, selaku investor program BRT, telah menyatakan kesiapannya.