Lifter Lampung Sri Hartati kemungkinan besar tak akan tampil lagi di PON berikutnya
Banda Aceh (ANTARA) - Lifter Lampung Sri Hartati kemungkinan besar tidak akan tampil lagi pada Pekan Olahraga Nasional (PON) berikutnya, karena merasa empat tahun mendatang usianya akan terlalu senior untuk dapat bersaing dengan para lawan.
Sri mendulang medali emas angkat berat kelas 57 kilogram putri pada PON XXI Aceh-Sumatera Utara 2024, di GOR Seramoe, Banda Aceh, Selasa. Ia memiliki total angkatan 530 kilogram, yang membuatnya mengungguli dua pesaing terdekatnya, Yolanda Nur Arifah yang memenangi medali perak dan Windi Astuti Halawa yang memenangi medali perunggu.
Raihan medali emas pada PON Aceh-Sumut merupakan koleksi medali emas kelima Sri di ajang multi cabang olahraga nasional itu. Ia hanya satu kali meraih medali perak yakni pada PON 2000, sebelum kemudian terus menjadi penguasa angkat berat dan memenangi medali emas pada PON-PON selanjutnya.
Saat ditanyai peluangnya untuk kembali tampil pada PON 2028, Sri dengan jujur menjawab bahwa ia berkeinginan untuk pensiun.
“(Saya) ingin pensiun. Badan sudah sakit-sakit,” kata Sri yang kini telah berusia 40 tahun itu.
Di sisi lain, Sri pun senang dengan perlawanan yang diberikan Yolanda dan Windi, yang dinilainya berjuang sangat baik pada PON edisi kali ini.
“Sangat kuat-kuat sekali (para pesaingnya). Iya, senang sih ada bibit-bibit pengganti,” tutur Sri.
Sri pun memberi pesan kepada para juniornya tersebut agar terus mengejar prestasi pada masa yang akan datang, dan tidak pernah menyerah untuk mengejar mimpi.
“Berlatihlah yang rajin, ikuti apa yang diinstruksikan pelatih, pokoknya jangan pernah patah semangat,” pesan Sri kepada Yolanda dan Windi.
Angkat berat merupakan cabang olahraga yang konsisten menggelar kompetisi di PON. Sayangnya, berbeda dengan saudaranya, angkat besi, cabang ini belum dipertandingkan di ajang multi cabang olahraga lebih tinggi, seperti SEA Games atau Asian Games.
Sri mendulang medali emas angkat berat kelas 57 kilogram putri pada PON XXI Aceh-Sumatera Utara 2024, di GOR Seramoe, Banda Aceh, Selasa. Ia memiliki total angkatan 530 kilogram, yang membuatnya mengungguli dua pesaing terdekatnya, Yolanda Nur Arifah yang memenangi medali perak dan Windi Astuti Halawa yang memenangi medali perunggu.
Raihan medali emas pada PON Aceh-Sumut merupakan koleksi medali emas kelima Sri di ajang multi cabang olahraga nasional itu. Ia hanya satu kali meraih medali perak yakni pada PON 2000, sebelum kemudian terus menjadi penguasa angkat berat dan memenangi medali emas pada PON-PON selanjutnya.
Saat ditanyai peluangnya untuk kembali tampil pada PON 2028, Sri dengan jujur menjawab bahwa ia berkeinginan untuk pensiun.
“(Saya) ingin pensiun. Badan sudah sakit-sakit,” kata Sri yang kini telah berusia 40 tahun itu.
Di sisi lain, Sri pun senang dengan perlawanan yang diberikan Yolanda dan Windi, yang dinilainya berjuang sangat baik pada PON edisi kali ini.
“Sangat kuat-kuat sekali (para pesaingnya). Iya, senang sih ada bibit-bibit pengganti,” tutur Sri.
Sri pun memberi pesan kepada para juniornya tersebut agar terus mengejar prestasi pada masa yang akan datang, dan tidak pernah menyerah untuk mengejar mimpi.
“Berlatihlah yang rajin, ikuti apa yang diinstruksikan pelatih, pokoknya jangan pernah patah semangat,” pesan Sri kepada Yolanda dan Windi.
Angkat berat merupakan cabang olahraga yang konsisten menggelar kompetisi di PON. Sayangnya, berbeda dengan saudaranya, angkat besi, cabang ini belum dipertandingkan di ajang multi cabang olahraga lebih tinggi, seperti SEA Games atau Asian Games.