BMKG: Tujuh kabupaten di Sumsel akan alami kekeringan

id kekeringan,musim kemarau,bmkg sumsel,kekeringan sumsel,dampak el nino

BMKG: Tujuh kabupaten di Sumsel akan alami kekeringan

Arsip Foto- Petani melihat kondisi sawah yang mengering di Desa Kedung Kelor, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Sabtu (17/6/2023). (ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah/nz)

BMKG memprediksi cuaca kering di wilayah tersebut berlangsung hingga akhir tahun ini dan puncaknya akan berlangsung antara Juli hingga Oktober
Palembang, Sumatera Selatan (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi sebanyak tujuh kabupaten di Sumatera Selatan berpotensi mengalami kekeringan akibat cuaca ekstrem pada akhir tahun ini.

Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Sumatera Selatan Nandang Pangaribowo, di Palembang, Selasa, mengatakan ketujuh kabupaten tersebut adalah Banyuasin, Ogan Ilir, Musi Banyuasin, Ogan Komering Ulu, Ogan Komering Ulu Timur, serta Sumatera Selatan Bagian Tengah seperti Kabupaten Muara Enim dan Lahat.

Menurutnya, setiap daerah tersebut berpotensi mengalami kekeringan mengingat saat ini karena terdampak badai El-Nino di wilayah Pasifik Bagian Barat yang mengakibatkan berkurangnya hujan dan cuaca menjadi lebih kering dari biasanya.

BMKG memprediksi cuaca kering di wilayah tersebut berlangsung hingga akhir tahun ini dan puncaknya akan berlangsung antara Juli hingga Oktober.

Pemerintah daerah (pemda) setempat diimbau segera melakukan mitigasi kedaruratan bencana seperti kebakaran hutan dan lahan (karhutla) serta gangguan produksi pertanian dan perkebunan.

Untuk memaksimalkan upaya mitigasi, pihaknya memastikan kondisi analisa cuaca termonitor secara penuh oleh BMKG. 

Sebelumnya Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo dalam rapat koordinasi lintas sektoral antisipasi kekeringan ekstrem pada sektor pertanian, di Palembang, Sumatera Selatan, Senin (17/7), memaparkan ada beberapa upaya antisipasi yang mesti dilakukan pemda merespons analisa cuaca BMKG, di antaranya mengidentifikasi sekaligus memetakan lokasi terdampak kekeringan menjadi daerah merah, kuning, dan hijau.

Kemudian meningkatkan ketersediaan alsintan dan cadangan air dengan membangun atau memperbaiki embung, dam parit, sumur dalam, sumur resapan, rehabilitasi jaringan irigasi tersier, serta pompanisasi.

Lalu menyediakan benih yang tahan kekeringan setidaknya untuk 1.000 hektare lahan, pupuk organik terpusat dan mandiri. "Sekaligus termasuk mengarahkan petani mempercepat tanam mengejar sisa hujan," kata Mentan.

Ia optimistis bila upaya tersebut mampu dilaksanakan dengan baik maka produktivitas beras di Sumatera Selatan bisa stabil, bahkan jumlah hasil produksinya meningkat sebagaimana target mencapai satu juta ton hingga akhir tahun ini.

Kementerian Pertanian mencatat jumlah produksi beras di Sumsel terakhir tahun 2022 mencapai 743 ribu ton atau meningkat dari tahun 2021 yang sebesar 622 ribu ton.

"Jadi hasil produksi beras di Sumsel sebenarnya sudah sangat baik, bahkan over stock. Maka dari itu perlu diperhatikan untuk Sumsel ini demi kepentingan bangsa," kata Mentan Syahrul.