Divhumas Polri gelar Forum Group Discusionkontra radikalisme bersama mantan napiter di Pringsewu

id Kegiatan fgd, divisi humas polri

Divhumas Polri gelar Forum Group Discusionkontra radikalisme bersama mantan napiter di Pringsewu

Divhumas Polri gelar Forum Group Discusion kontra radikalisme bersama mantan Napiter di Pringsewu. (Antaralampung/ho)

Bandarlampung (ANTARA) - Tim Divisi Humas (Divhumas) Polri yang dipimpin AKBP Gatot Hendro Hartono menggelar kegiatan Focus Group Discussion (FGD) kontra radikalisme di Pringsewu Lampung.

Kegiatan FGD yang berlangsung di Aula Mapolres Pringsewu tersebut dibuka oleh Kapolres Pringsewu AKBP Benny Prasetya dan dihadiri unsur Kepolisian, TNI, pemerintah daerah, tokoh masyarakat, tokoh agama, akademisi, hingga mahasiswa.

Acara bertema "Teroris Musuh Bersama" ini turut menghadirkan mantan narapidana terorisme, Muhammad Nasir Abas sebagai narasumber. 

Dalam sambutannya, AKBP Gatot Hendro Hartono menyampaikan, bahwa program kontra radikal yang merupakan program yang bertujuan membangun personal guna mencegah dan membentengi diri dari pengaruh radikalisme.

“Saat ini paham radikalisme dan separatisme banyak dihembuskan oleh kelompok tertentu melalui berbagai elemen. Tujuannya merubah paham seseorang menjadi radikal,” ungkapnya, Selasa.

Perwira menengah Polri yang menjabat Kasubbag Berita Bagpenum Ropenmas Divhumas Polri ini menambahkan perlunya upaya dan sinergi yang kuat antara pemerintah dan seluruh elemen masyarakat baik tokoh agama, masyarakat, adat, dan pemuda untuk terus berperan aktif guna menangkal penyebaran paham radikalisme tersebut.

Muhammad Nasir Abas, mantan tokoh Jamaah Islamiyah (JI) yang ditunjuk sebagai narasumber oleh Divhumas Polri pada acara kontra radikalisme menyampaikan materi bercerita tentang pengalaman masa lalunya saat berada di Akademi Militer (Akmil) Afghanistan selama tiga tahun, atau saat di Philipina dan tempat lainnya.

"Teroris adalah musuh bersama," katanya.

Sehingga, lanjutnya, penanggulangan terorisme dan radikalisme tidak bisa dilaksanakan sendiri oleh kepolisian, namun harus dibantu oleh seluruh elemen masyarakat.

Nasir Abas mengungkapkan bahwa setiap masyarakat berpotensi direkrut oleh kelompok teroris dan kelompok radikal mulai dari diberikan pemahaman yang salah.

“Ada tiga tahapan perilaku masyarakat menuju ke terorisme. Pertama intoleran, kemudian radikal lalu puncaknya menjadi teroris,” bebernya.

Mantan Ketua Mantiqi 3 Jamaah Islamiyyah
Ini berpesan agar Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika diperkuat dan dipegang teguh oleh masyarakat, karena dua hal tersebut merupakan senjata utama untuk melawan terorisme dan radikalisme.

Sementara itu Kapolres Pringsewu, AKBP Benny Prasetya mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersama sama mewaspadai munculnya paham yang berujung memecah belah dan menghancurkan negara tersebut.

"Terlebih di Pringsewu ini sudah beberapa kali dilakukan penindakan terhadap terduga teroris, sehingga perlu upaya dan kerja bersama," ungkapnya.