Teater Satu Lampung gelar kisah epik "Di Mana Engkau, Radin?"

id teater,teater satu lampung

Teater Satu Lampung gelar kisah epik "Di Mana Engkau, Radin?"

Ilustrasi - Pelakon Abdul Muluk Reborn mementaskan naskah So Balik Duo karya Zidan dan Suwandi Wendy di Teater Arena Taman Budaya Jambi, Jambi, Sabtu (23/11/2024). ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan/nz. (ANTARA FOTO/WAHDI SEPTIAWAN)

Dengan pendekatan lintas dramaturgi ini, kami berharap citarasa pertunjukan epik akan lebih kental

Bandarlampung (ANTARA) - Teater Satu Lampung mengadakan pertunjukan teater dengan mengusung kisah kepahlawanan "Di Mana Engkau, Radin?" karya sutradara Iswadi Pratama di Gedung Teater Tertutup Taman Budaya Lampung, Bandarlampung pada 5-7 Desember 2024 mulai pukul 19.00 WIB.

Pagelaran teater ini bisa digelar berkat bantuan dan dukungan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, melalui program Fasilitasi Bantuan Kebudayaan tahun 2024.

Kisah epik ini akan menyajikan cerita mengenai pahlawan asal Lampung Radin Inten II dan dipentaskan secara kolosal melibatkan 113 pelaku seni dari Provinsi Lampung.

Menurut Iswadi Pratama, penulis skenario sekaligus sutradara, lakon tentang pahlawan nasional tersebut akan menyajikan fase-fase perjuangan melawan kolonialisme dan imperialisme pada era 1850-1856.

"Namun kami juga akan menyajikan background sejarah berupa keruntuhan VOC, kedatangan Hindia Belanda, runtuhnya Kesultanan Banten dan penerapan culture stelsel di Lampung," kata Iswadi dalam pernyataan di Bandarlampung, Minggu.

Ia menambahkan pertunjukan yang mengambil bentuk epik ini akan disajikan secara lintas dramaturgi, dengan melibatkan seniman tari, pesilat, aktor, sastra lisan Lampung, grup paduan suara, video art, dokumenter, dan Instalasi.

"Dengan pendekatan lintas dramaturgi ini, kami berharap citarasa pertunjukan epik akan lebih kental," kata pendiri Teater Satu Lampung ini.

Menurut Iswadi, pertunjukan "Di mana Engkau, Radin?" tidak bermaksud untuk merepresentasikan sejarah sepenuh-penuhnya, melainkan akan menyajikan refleksi terhadap sejarah Radin Inten sehingga ada nilai-nilai yang dapat dijadikan landasan sikap dan cara berpikir untuk menghadapi kenyataan hari ini.

"Memang tidak mudah untuk menyusun dan menyatukan puzel-puzel sejarah perjuangan Radin Inten II karena adanya keterbatasan data yang satu sama lain bisa berbeda. Karena itu kami mencoba menggali nilai-nilai yang dapat direfleksikan untuk hidup kita hari ini," ujar Iswadi membeberkan konsep garapannya.