Erick Thohir: Tiga tantangan terbesar Indonesia di Harlah NU

id NU,erick thohir,menteri bumn,menteri,ekonomi indonesia

Erick Thohir: Tiga tantangan terbesar Indonesia di Harlah NU

Menteri BUMN Erick Thohir berbicara secara virtual pada acara penutupan Harlah NU ke-99 di Palembang, Sabtu (5/2/22). (ANTARA/HO)

Palembang (ANTARA) - Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan tiga tantangan terbesar yang dihadapi bangsa Indonesia, yakni disrupsi kesehatan, disrupsi digital dan disrupsi rantai pasok global saat berbicara pada Harlah ke-99 Nahdlatul Ulama (NU).

Rilis pers diterima ANTARA, Minggu, Erick secara virtual menjadi pembicara dalam penutupan hari lahir NU ke-99 dengan tema "Merawat Jagat dan Membangun Peradaban" di Palembang, Sumatera Selatan, Sabtu (5/3).

Erick mengawali pidato dengan mengatakan bahwa NU memiliki peran strategis bagi bangsa Indonesia baik sebelum dan sesudah kemerdekaan Indonesia.

Erick mengatakan disrupsi kesehatan harus disadari oleh seluruh masyarakat, bahwa dalam dua tahun terakhir kehadiran pandemi terus menguji ketahanan kesehatan. Pandemi, kata Erick membuat bangsa Indonesia harus betul-betul membesarkan fasilitas kesehatan masyarakat Indonesia.

Tantangan kedua, dijelaskan Erick adalah disrupsi digital. Menurutnya, disrupsi teknologi tengah merubah kebiasaan masyarakat, mulai transaksi dagang, belajar secara online dan berbagai akitivitas lainnya.

Menurut Erick, perubahan tersebut menyasar pada seluruh bidang industri, termasuk industri pertanian. Ia memandang, keberadaan disrupsi teknologi tidak hanya merubah cara bertani tetapi bagaimana membangun sistem berdasarkan data dan keberlanjutan alam.

"Tentunya untuk meningkatkan keberlanjutan daripada alam dan lingkungan karena penerapan sistem 'good agriculture practice'," kata Erick Thohir.

Erick menjelaskan, tantangan ketiga adalah disrupsi rantai pasok global. Saat ini, berbagai harga komoditas mengalami kenaikan. Sebabnya, fondasi rentannya rantai pasok global yang dipengaruhi oleh geopolitik, disrupsi kesehatan dan digital.

Erick mengungkapkan kondisi global itu harus dihadapi dengan kebijakan tepat yang memperhatikan keberlanjutan alam. Mengingat, isu perubahan iklim tengah menjadi perhatian dunia, beberapa isu itu diantaranya, pemanasan global, musim kemarau berkepanjangan dan berkurangnya sumber air.

Untuk menghadapi berbagai tantangan itu, Erick menekankan perlu dirancang sebuah program transformasi dan program inovasi khususnya di sektor pangan.

"Agar menjadi ekosistem berkelanjutan, demi masa depan Indonesia yang lebih baik. Kami BUMN terus berupaya mewujudkan ekosistem tersebut," ujar Erick.

Lebih lanjut, Anggota Kehormatan Banser NU itu mengulas tentang upayanya membentuk BUMN Holding pangan ID Food. Dikatakan Erick, holding ID Food dibentuk untuk fokus pada pasar.

Secara teknis sembilan BUMN yang digabung itu untuk memastikan rantai pasok dari hulu hingga hilir, mulai penyediaan bibit berkualitas, mencukupi kebutuhan pupuk, dukungan teknologi pertanian, sarana logistik yang terintegrasi dan distribusi pasarnya.

"Apalagi sekarang ada Badan Pangan Nasional. Ke depan Bulog akan fokus pada stabilitas pangan, bisa menjaga kepastian harga pada petani, kita perkuat ekosistem pangan ini melalui program Makmur yakni inisiatif nyata ekosistem pangan berkelanjutan dan holistik," jelas Erick.

Lebih detail Erick mengulas tentang peran BUMN seperti Jasindo yang menjamin asuransi pada petani, peran BRI dan bank Syariah Indonesia yang hadir secara lengkap memberikan fasilitas bagi petani.

Ia mengaku bangga karena dari target 50 ribu hektare, saat ini justru mencapai 71 ribu hektare. Tahun ini, Erick mentargetkan ada 200 ribu yang telah mengakses program Makmur. Apalagi, para petani terbukti meningkatkan produktivitas dan keuntungan petani.

"Alhamdulillah petani bisa mendapat manfaat nyata yakni peningkatan produktivitas tani sebesar 30 persen meningkatkan keuntungan tani sebesar 45 persen. Kamis masih fokus kelapa sawit, tebu dan padi. Insya Allah ke depan mendorong bidang kopi," ujar Erick.

Selain itu, Erick juga mengatakan akan fokus menyentuh sektor industri sawit. Teknis programnya tidak sama dengan program Makmur.

Erick menjelaskan bahwa PTPN sebagai salah satu BUMN berupaya merealisasikan program sawit rakyat dengan terus berkolaborasi membangun sawit rakyat.

"Yang sudah tua dan tidak produktif harus diremajakan tanpa menciptakan lahan sawit baru hingga saat ini dari 42 ribu hektare yang sudah kerja sama dan hampir 1 juta bibit sawit unggul didistribusikan oleh PTPN. Sambil menunggu bibitnya bisa kerja dengan PTPN," ujar Erick.

Di hadapan para peserta Harlah NU yang hadir, Erick mengatakan bahwa kemanfaatan luar biasa diwujudkan dengan kerja sama, gotong royong dan kolaborasi semua pihak.

Tujuan besarnya, Erick menambahkan, agar lebih produktif buat rakyat, membawa peningkatan kesejahteraan rakyat sekaligus berkelanjutan bagi alam dan lingkungan serta kemandirian Indonesia.

"Saya yakin yang hadir di sini memiliki 'nawaitu' (niat) yang baik dan keinginan yang dalam mensukseskan cita-cita transformasi daripada pangan di Indonesia,” kata dia.

Harapannya, ia melanjutkan, Indonesia dapat memutar roda perekonomian umat dan cara yang bertanggung jawab demi keberlanjutan pada lingkungan.

“Kita mendorong pesantren dan NU jadi mercusuar peradaban dan bangkitnya muslim preneur dengan berdirinya Bank Syariah Indonesia," kata Erick.