Universitas Sriwijaya kembangkan budi daya porang sebagai tanaman sela

id porang, budidaya porang, teliti tanaman porang,Unsri Palembang kembangkan budi daya porang,budi daya porang sebagai tana

Universitas Sriwijaya kembangkan budi daya porang sebagai tanaman sela

Petani porang membersihkan lahan di Aceh Tamiang, Rabu (29/9/2021). ANTARA/Dede Harison

Untuk mendukung pengembangan budi daya tanaman porang, sekarang ini sedang dilakukan penelitian bahan tanam atau benih yang paling cocok digunakan sebagai tanaman sela di perkebunan, kata Prof. Benyamin Lakitan

Palembang (ANTARA) - Dosen dan mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Srwijaya (Unsri) Palembang, berupaya mengembangkan budi daya porang sebagai tanaman sela di lahan perkebunan rakyat untuk menambah penghasilan petani Sumatera Selatan.

"Untuk mendukung pengembangan budi daya tanaman porang, sekarang ini sedang dilakukan penelitian bahan tanam atau benih yang paling cocok digunakan sebagai tanaman sela di perkebunan," kata Dosen Unsri, Prof. Benyamin Lakitan di Palembang, Minggu.

Menurut dia, untuk mengembangkan tanaman porang (amorphopalus mueleri blume) bisa digunakan tiga bahan tanam yakni dari biji, bulbil, dan umbinya.

Tiga bahan tanam tersebut sedang diteliti oleh mahasiswa Unsri Program Doktoral Dora Fatma Nurshanti untuk mengetahui masing-masing keunggulannya dan yang paling cocok untuk ditanam di wilayah Sumsel terutama di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu yang memiliki banyak kebun karet rakyat, ujarnya.

Baca juga: Koperasi Tanggamus olah porang jadi chips tambah nilai jual

Dia menjelaskan, tanaman porang sekarang ini telah dikembangkan di Kabupaten Banyuasin, Ogan Komering Ulu dan beberapa daerah di Sumsel lainnya, baik sebagai tanaman sela di bawah tegakan pohon karet maupun di lahan kosong yang dibuka khusus untuk tanaman porang.

Porang yang termasuk jenis umbi-umbian memiliki banyak khasiat dan produk turunan sebagai bahan pangan, industri, farmasi, dan kosmetika.

Melihat banyaknya khasiat dan produk turunannya serta besarnya permintaan pasar domestik maupun ekspor, pengembangan budi daya porang sangat potensial, kata Prof. Benyamin yang juga Ketua Dewan Riset Daerah Sumsel itu.

Mahasiswa Program Doktoral Unsri Palembang Dora Fatma Nurshanti menjelaskan dirinya tertarik meneliti tanaman porang karena memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi serta prospek cerah sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat secara umum.

Baca juga: Kemenperin memacu nilai tambah melalui revitalisasi sentra IKM Porang

Selain itu, berupaya memotivasi petani memanfaatkan lahan perkebunan karetnya agar memberikan hasil tambahan dengan menanam porang di bawah tegakan pohon karet.

Untuk memberikan rekomendasi bibit dan cara yang tepat menanam porang di bawah tegakan pohon karet, sejak akhir 2020 mulai dilakukan penelitian tanaman porang dengan menguji bahan tanam biji, bulbil, dan umbi dengan cara membuat naungan buatan (artifisial ) dan tanpa naungan.

Bedasarkan penelitian, tanaman di bawah naungan mampu tumbuh dan berkembang dengan baik termasuk umbinya.

Untuk itu sekarang dilanjutkan penelitian di lapangan untuk menguji perlakuan dan bahan tanam secara langsung di bawah bawah tegakan pohon karet di Desa Lubuk Batang, Kabupaten Ogan Komering Ulu, kata peneliti.

Baca juga: Koperasi dan petani Lampung jalin kemitraan untuk dorong ekspor porang

Sebelumnya Gubernur Sumsel, Herman Deru mengatakan pihaknya mendukung pengembangan pertanian umbi porang seperti yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Banyuasin.

"Saya mendukung Kabupaten Banyuasin sebagai daerah percontohan untuk pengembangan pertanian umbi porang dan menjadi sentra produksi porang," ujarnya.

Budidaya tanaman porang sangat menjanjikan keuntungan karena memiliki nilai ekonomi yang cukup besar dan diminati pasar luar negeri.

Umbi porang yang mengandung glukomanan dapat diolah menjadi panganan pengganti beras, tepung bahan baku industri mi instan, kosmetika, penjernih air, lapisan anti air jas hujan, isolasi listrik, dan bahan untuk pembuatan lem atau jeli.

Indonesia baru bisa memenuhi 10-20 persen permintaan pasar dunia yang mayoritas ke Jepang dan Tiongkok, melihat tingginya permintaan pasar pihaknya akan mendorong masyarakat dan petani mengoptimalkan lahan yang tersedia untuk menanam porang, kata Gubernur.