Koperasi dan petani Lampung jalin kemitraan untuk dorong ekspor porang

id Budidaya porang, kemitraan koperasi, petani porang Lampung, pertanian Lampung

Koperasi dan petani Lampung jalin kemitraan untuk dorong ekspor porang

Penyediaan bibit katak porang oleh koperasi bagi petani di Lampung dengan menggunakan pola kemitraan. ANTARA/Ruth Intan Sozometa Kanafi.

Bandarlampung (ANTARA) - Koperasi dan para petani porang di Lampung mulai menjalin kemitraan untuk mendorong ekspor tanaman umbi-umbian itu sehubungan permintaan pasar atas komoditas itu tetap tinggi. 

 "Melihat potensi tanaman porang yang mampu menjadi komoditas unggulan, kami menjalin kemitraan secara langsung dengan petani porang yang ada di Lampung," ujar Ketua Koperasi Sabalam Lampung, Supriyanto, di Bandarlampung, Sabtu.

Ia mengatakan dengan pola kemitraan, koperasi memfasilitasi petani binaan dalam penyediaan bahan bibit, pendampingan, edukasi budi daya ataupun cara mengolahnya.

"Kita saat ini fokus pendampingan, edukasi budi daya dan pengolahan, serta penyediaan bibit porang. Sebab di Lampung petani porang masih kesulitan mendapat bibit," katanya.

Dia menjelaskan saat ini tercatat ada 31 kelompok tani porang yang menjadi binaan dan 275 petani binaan koperasi bergantung kepada penyediaan bibit di koperasi tersebut.

"Yang rutin menjadi pelanggan ada 275 petani yang tergabung dalam 31 kelompok tani porang binaan koperasi. Penyediaan bibit ini akan dilakukan sementara saja dengan tujuan petani di Lampung nantinya dapat memproduksi bibit porangnya sendiri," ucapnya.

Menurutnya, harga bibit katak porang yang disediakan bagi petani berkisar Rp170 ribu hingga Rp200 ribu per kilogram bibit siap tanam.

"Untuk bibit porang katak ini Rp170 ribu sampai Rp200 ribu per kilogram, sedangkan untuk harga satu buah bibit umbi yang cukup besar Rp6.000 hingga Rp7.000 per kilogram. Sebab porang ini ditanam dari beragam jenis bibit, ada yang dari spora, umbi dan dari bibit katak," katanya.

Ia melanjutkan dengan adanya pola kemitraan tersebut diharapkan petani porang di Lampung dapat membudidayakan lebih luas dan mampu memenuhi kebutuhan pasar ekspor.

"Kalau petani disini sudah bisa menyediakan bibit sendiri kita beralih membantu menampung umbi siap produksi. Bila petani sudah bisa memproduksi hingga batas yang ditentukan yakni 1 kontainer, perusahaan pun akan dengan mudah menyediakan lalu lintas ekspor langsung di Pelabuhan Panjang tanpa harus di bawa ke Pulau Jawa, sebab saat ini porang kita di bawa kesana,"  katanya lagi.

Supriyanto mengatakan dengan bermitra dengan kelompok tani porang para petani pun menjadi lebih mudah dalam melakukan pemasaran hasil panen.

"Bila petani berjalan sendiri-sendiri tentu kesulitan memperoleh pasar pun pasti ditemukan, namun kalau bersatu dalam satu wadah melalui koperasi akan mudah mengakomodir dari penyediaan bibit, budidaya hingga ke pemasaran," ucapnya pula.