Jakarta (Antara Lampung) - Dokter yang juga sekaligus Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Profesor Yoga Yuniadi mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai aritmia, yakni penyakit gangguan irama jantung yang dapat menimbulkan kematian mendadak.
Yoga di Jakarta, Jumat, menjelaskan penyakit yang dikenal dengan gangguan irama jantung ini terjadi karena adanya gangguan produksi impuls atau abnormalitas penjalaran impuls listrik ke otot jantung.
Dokter Yoga yang juga merupakan Profesor Aritmia di RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita menjabarkan gejala tersering dari aritmia ialah jantung yang berdebar. (Baca:Perubahan gaya hidup tingkatkan risiko serangan jantung)
Namun gejala aritmia cukup luas tidak hanya sekadar berdebar, tetapi juga pusing, pingsan, stroke bahkan kematian mendadak. Kendati demikian, yang paling sering ditemui tetaplah jantung yang berdebar.
Jenis debaran jantung yang bisa dikenali sebagai gejala aritmia yakni berdebar sewaktu-waktu, atau timbul hilang.
Penyakit aritmia terbagi jadi kelompok bradiaritmia yaitu laju jantungnya terlalu lambat atau kurang dari 60 kali per menit (kpm), dan takiaritmia yaitu laju jantung yang terlalu cepat atau lebih dari 100 kpm.
"Jika tidak dikenali dan ditangani dengan tepat aritmia sangat membahayakan bagi penduduk Indonesia," kata Yoga.
Yoga mengungkapkan sebanyak 87 persen dari pasien penyakit jantung koroner yang meninggal mendadak di Indonesia menderita aritmia.
Dia mengimbau agar masyarakat berhati-hati dan segera memeriksakan diri ke dokter apabila mengalami jantung yang berdebar selama dua hari berturut-turut.
Yoga menjelaskan, jantung yang terus berdebar selama dua hari berturut-turut bisa memicu stroke pada hari ketiga karena darah yang menggumpal pada jantung.
ANTARA