Penguatan Ekonomi dalam Muktamar Muhammadiyah

id Kekuatan Ekonomi Muhammadiyah, Muktamar Muhammadiyah, Muhammadiyah

Makassar (ANTARA Lampung) - Pelaksanaan Muktamar Ke-47 Muhammadiyah dan Satu Abad Aisyiyah di Makassar pada 3--7 Agustus 2015 telah mencatatkan dua agenda ekonomi yakni Silaturahim Saudagar Muhammadiyah dan bazar di Monumen Mandala.

Kendati bidang ekonomi tidak masuk dalam agenda utama persidangan, namun mereka menyadari kalau hal itu merupakan persoalan yang mendasar sehingga Ketua Umum PP Muhammadiyah 2005 - 2010 Prof Din Syamsuddin hadir membuka kedua acara.

"Acara silaturahmi saudagar Muhammadiyah merupakan ide bersama dari hasil diskusi dan kegelisahan teman-teman di Makassar, termasuk Pemuda Muhammadiyah Sulsel," ujar penggagas acara tersebut, Ahmad Syauqi.

Dalam forum yang berlangsung di Wisma Kalla itu hadir sejumlah narasumber yakni Direktur PT Kelola Mina Laut (KML) Food, Mohammad Nadjikh, yang juga Ketua Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim.

Nadjikh merupakan model pengusaha Muhammadiyah yang sukses. PT Kelola Mina Laut saat ini menaungi 25 perusahaan dan menampung sekitar 14.000 tenaga kerja. Dia juga sukses merintis pendirian Surya Mart di Jatim.

Narasumber lain, Pemilik Margaria Grup yang juga mantan Wali Kota Yogyakarta, Herry Zudianto. Herry merupakan kader Muhammadiyah yang salah satu usahanya berupa balon udara yang digunakan pada muktamar di Makassar.

Hadir juga pendiri perusahaan kosmetik Wardah Group, Dra Nurhayati Subarkah Apt, yang orang tua-nya mantan Pimpinan Daerah (PD) Muhammadiyah Padang Panjang, Sumatera Selatan.

Selain itu, turut hadir juga Dirut Kalla Group, Fatimah Kalla, yang dilahirkan dari tokoh Nahdlatul Ulama (NU) dan Aisyiyah, kemudian Dirut Bank Bukopin Syariah, Riyanto, yang kemudian menjalin kerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Hadir juga pendiri Ika Muda Grup, Sutrisno Bachir, yang dikabarkan bakal dilantik menjadi Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN).

Saat membuka acara, Din menyerukan kepada umat Islam agar merebut bidang ekonomi agar tidak mudah dikendalikan.

"Semangat kewirausahaan atau berdagang jangan pernah mati. Kalau tidak tampil dalam bidang ekonomi akan mudah dikendalikan," ujar Din, saat membuka Bazar Pameran dan Pentas Seni di Monumen Mandala.

Sejumlah ikhtiar ekonomi yang belum berhasil dilakukan seperti pendirian Bank Persyarikatan, pembuatan Kartu Anggota Muhammadiyah (KATAM) yang bernilai ekonomi, pembangunan gedung 10 lantai di Jakarta.

Namun di sejumlah wilayah dan daerah ada juga yang telah berhasil mendirikan Surya Mart. Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPP) telah meluncurkan beras organik atau beras sila yang dipasarkan secara komersial.

Secara kelembagaan Muhammadiyah telah memiliki institusi khusus yang menangani pengembangan ekonomi yakni Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK) yang kepengurusannya ada di pusat, wilayah hingga daerah namun belum optimal.

"Muhammadiyah Incorporated"
Saat dialog Pengurus MEK PP Muhammadiyah 2010 - 2015, Bambang Wijanarko mengusulkan agar Mohammad Nadjikh diangkat menjadi Ketua Majelis MEK periode 2015--2020.

Mohammad Nadjikh mengatakan dirinya bersedia memimpin MEK PP Muhammadiyah 2015--2020 dengan dua syarat yakni gedung yang diberikan Sutrisno Bachir kepada Muhammadiyah diberikan ke MEK, kemudian pengurus bersedia bekerja secara penuh.

Nadjikh mengatakan problem yang dihadapi MEK tergantung dari pimpinannya.

"Semua itu tergantung dari leader-nya. Harus menyukai action. Yang terpenting gagasan-gagasan yang dirumuskan jangan hanya diseminarkan, tetapi yang penting adalah dieksekusi secara nyata. Jadi yang penting terjun ke bawah," katanya.

Dia menegaskan yang terpenting dari pengurus pusat adalah melakukan fungsi koordinasi.

"Lebih baik mempunyai program satu tetapi bisa berjalan dengan baik daripada banyak program tetapi tidak berjalan. Bagaimana menjalankan program dengan baik, bagaimana menjalankan network dengan baik," katanya.

Kalau dia nanti terpilih, Nadjikh akan mewujudkan "Muhammadiyah Incorporated" yang menyatukan semua amal usaha Muhammadiyah dan menjadikan amal usaha tersebut sebagai BUMN-nya Muhammadiyah.

Din Syamsuddin mengusulkan pendirian pabrik farmasi karena Muhammadiyah memiliki sejumlah rumah sakit.

Dalam pandangan Sutrisno Bachir, Muhammadiyah sulit bergerak di bidang ekonomi karena aturan-aturan birokrasi di dalam persyarikatan sendiri.

"Saya bangga dengan gairah wirausaha anak-anak muda Muhammadiyah atau wiramuda. Mereka inilah yang perlu terus ditumbuhkembangkan," katanya.

Menanggapi gagasan itu, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar, Dr Mahmud Nuhung MM, mengatakan setelah berhasil mengembangkan pilar pendidikan dan kesehatan, maka Muhammadiyah harus memunculkan inovasi baru yakni pilar ekonomi.

"Aset Muhammadiyah tersebar di seluruh Indonesia (tanah dan bangunan), kalau itu dinilai dengan rupiah mencapai kurang lebih Rp36 triliun. Ini modal sangat besar dalam menggerakkan ekonomi persyarikatan," katanya.

Pemilik Margaria Grup Herry Zudianto juga mengusulkan agar Muhammadiyah mendirikan Muhammadiyah Incorporated.

"Semua amal usaha Muhammadiyah dijadikan satu menjadi Badan Usaha Milik Muhammadiyah atau BUMM yang memiliki semacam holding perusahaan sehingga usaha di pusat dan daerah bisa terus berkembang," katanya.

Pandangan yang sama disampaikan Konsultan Senior di SNF Consulting yang juga Wakil Ketua MEK Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, Iman Supriyono.

Alumnus ITS Sepuluh November ini bahkan memiliki pengalaman ketika hendak mencarikan sekolah anaknya di luar negeri.

Dia menemukan adanya Sekolah Muhammadiyah di Singapura, namun ternyata tidak ada hubungan struktural dengan Muhammadiyah di Indonesia.

Menurut Iman, legaslitas sebuah ormas tidak memungkinkan memiliki cabang di luar negeri maka aktivitas Muhammadiyah dimanapun di luar negeri menjadi aktivitas kultural.

Bagaimana caranya membuat legal formal? "Solusinya dengan Muhammadiyah Incorporated. Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang memungkinkan memiliki anak perusahaan di luar negeri manapun," katanya.

Pewarta :
Editor :
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.