Kerbau mati mendadak di Sumsel, sampel hati diperiksa di Laboratorium Veteriner Lampung

id Kerbau, mati mendadak,penyakit Ngorok,Muratara,Dinas Peternakan Sumsel,kerbau mati mendadak

Kerbau mati mendadak di Sumsel, sampel hati diperiksa di Laboratorium Veteriner Lampung

Seekor kerbau yang mati mendadak di Desa Rantau Kedam, Kecamatan Karang Dapo, Musi Rawas Utara (Muratara), Sumatera Selatan (Sumsel), Jumat (19/5/2023). ANTARA/HO-Dinas Peternakan Muratara

Palembang, Sumatera Selatan (ANTARA) - Dinas Peternakan dan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) melakukan uji sampel untuk memastikan penyebab puluhan kerbau mati mendadak di Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara).

Kepala Dinas Peternakan dan Ketahanan Pangan Sumsel Ruzuan Efendi, di Palembang, Jumat, mengatakan sampel dari beberapa kerbau yang mati tersebut diambil oleh petugas kesehatan Dinas Peternakan kabupaten setempat.

Kemudian, sampel dari darah dan hati kerbau itu dibawa ke Laboratorium Veteriner di Provinsi Lampung untuk mendapatkan kepastian atas penyebab matinya kerbau.

Menurutnya, berdasarkan laporan petugas di lapangan matinya kerbau tersebut diduga karena terjangkit penyakit Ngorok Tagere.

Adapun penyakit bernama latin Septiceimia epizootica itu merupakan penyakit yang memang sering menyerang hewan ternak khususnya sapi dan kerbau.

Pihaknya menilai dugaan tersebut dikuatkan berdasarkan ciri pada ternak dan kondisi cuaca yang lembab, karena musim hujan cukup merata di Muratara.

“Meski demikian belum bisa dipastikan sepenuhnya benar. Ya, sudah diambil sampelnya untuk diuji laboratorium veteriner kita harapkan hasilnya segera keluar,” kata dia lagi.

Berdasarkan data dari Dinas Peternakan dan Ketahanan Pangan diketahui peristiwa matinya kerbau itu berlangsung tiga hari terakhir, setidaknya sudah ada 30 ekor kerbau mati, per Jumat pagi ini.

Puluhan kerbau tersebut merupakan hewan ternak milik beberapa orang warga di Desa Rantau Kedam, Kecamatan Karang Dapo, Muratara. Atas peristiwa itu pemilik peternakan mengalami kerugian mencapai lebih dari Rp30 juta per ekor.