Perjuangan berat penjual tisu sambil menggendong anak disabilitas di Lampung

id Kemensos, atensi, penjual tisu viral tiktok, lampung Oleh Devi Nindy Sari Ramadhan

Perjuangan berat penjual tisu sambil menggendong anak disabilitas di Lampung

Bantuan ATENSI Kementerian Sosil berupa ayam petelur untuk penjual tisu penggendong anak disabilitas di Kabupaten Pesawaran, Lampung, Rabu (10/5/2023). (ANTARA/Devi Nindy)

Syukur Alhamdulillah dibantu Ibu Menteri. Terima kasih telah membantu saya dan anak-anak saya telah dibawa ke rumah sakit, ujar Suhardi
Kabupaten Pesawaran, Lampung (ANTARA) - Suhardi (49) tidak pernah mengira bahwa aksinya berjualan tisu sambil menggendong anaknya yang disabilitas fisik, dirilik oleh masyarakat dan menjadi viral di media sosial Tik Tok, sehingga mendapat respons dari Kementerian Sosial (Kemensos).

Begitulah keseharian Suhardi, bekerja serabutan sambil mengurus, bukan hanya satu, namun dua anak yang mengalami disabilitas, yakni Muhammad Rehan (15) dan Nelisa Safitri (9), serta anak bungsunya Rani Safitri yang masih berusia 6 tahun.

Dia bekerja serabutan sambil mengurus tanah, mengurus anak, seperti memandikan, menyuapi saat makan, laku bekerja dimana saja sesuai yang disuruh orang lain yang menggunakan jasanya. Karena itu, dia tidak bisa bekerja jauh-jauh dari tempat tinggalnya karena sambil mengurus anak-anaknya.

Di sisi lain anak sulungnya, Sulistri (17) terpaksa putus sekolah dan ikut membiayai kehidupan keluarga Suhardi dengan menjadi penjaga toko kue di Jakarta.

Mantan istri Suhardi sudah lima tahun meninggalkan keluarganya, sehingga Suhardi membesarkan anak-anaknya sendirian. Suhardi dan anak-anaknya, serta Ibunya, Nenek Askah (73) tinggal di sebuah rumah papan sederhana di Desa Way Kepayang, Kecamatan Kedondong, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung.

Rumah papan tersebut tampak kurang baik dibandingkan dengan rumah-rumah yang tampak kokoh dan asri di sekelilingnya.

Keterbatasan ekonomi keluarga Suhardi dan kurangnya pemahaman kondisi disabilitas yang dialami dua anaknya, Rehan dan Nelisa, membuat mereka tidak dapat segera tertangani dengan baik.

Rehan mengalami penurunan kemampuan motorik, diawali dari kondisi panas tinggi dan kejang-kejang. Dia hanya bisa berbicara sedikit, tidak bisa berjalan, dan mengalami gangguan saraf di kepalanya, sehingga ia sering bergeleng-geleng.

Kondisi Rehan sempat dikonsultasikan ke RS Mitra Husada Pringsewu, Lampung, tapi tidak diketahui penyebab kondisinya.

Kemudian Nelisa mengalami penurunan kemampuan motorik, setelah Ibunya meninggalkan keluarga. Dia hanya mampu berkomunikasi secara terbatas 
dengan ayahnya, dan hanya dapat berbaring serta duduk.

Berbeda dengan Rehan, kondisi Nelisa tersebut belum pernah sekalipun dikonsultasikan ke dokter. Suhardi menegaskan bukannya tidak mau mengobati anaknya ke dokter, tapi untuk memenuhi kebutuhan makan saja susah, yang didapat dengan kerja serabutan.

Situasi mereka menjadi sangat rentan dengan kondisi rumah yang beralaskan tanah, berdinding kayu papan, dan sering mengalami kebocoran atap rumah saat hujan.

Berkat bantuan yang diberikan atas arahan Menteri Sosial Tri Rismaharini melalui Sentra Handayani Jakarta, Suhardi dan keluarganya kemudian dapat merajut asa kembali untuk memperbaiki kualitas hidup mereka.

"Syukur Alhamdulillah dibantu Ibu Menteri. Terima kasih telah membantu saya dan anak-anak saya telah dibawa ke rumah sakit," ujar Suhardi, ketika ANTARA berkunjung ke rumahnya.

Suhardi mengaku saat ini pikirannya sudah menjadi lebih ringan, sejak anak-anaknya yang sakit mendapat penanganan medis ke Jakarta.
Kondisi rumah Suhadi, penjual tisu dengan anak disabilitas di Kabupaten Pesawaran, Lampung, Rabu (10/5/2023). (ANTARA/Devi Nindy)


Bantuan ATENSI Kemensos

Pelaksana Tugas Kepala Biro Humas Kementerian Sosial Romal Sinaga mengatakan intervensi untuk keluarga Suhardi dilakukan dari berbagai aspek, seperti penghasilan Suhardi hingga perawatan medis untuk anak-anaknya.

Bantuan Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) diberikan kepada keluarga Suhardi berupa bantuan nutrisi, perlengkapan kebersihan diri, peralatan rumah tangga, peralatan sekolah, nutrisi susu lansia dan pemberian bantuan kewirausahaan, berupa kambing ternak empat ekor dan 40 ekor ayam petelur.

Sedangkan untuk anak sulungnya, Sulistri, Kemensos mengupayakan agar dia dapat kembali pulang ke Lampung dan mengabulkan keinginan berwirausaha menjajakan sosis bakar sambil membantu keluarganya.

Selain itu, seluruh anggota keluarga Suhardi diupayakan memiliki BPJS Kesehatan. Kedua anaknya yang mengalami disabilitas, Rehan dan Nelisa, dirujuk ke Sentra Handayani Jakarta untuk mendapat penanganan intensif.

Anak-anak Suhardi saat ini dirawat di Sentra Handayani Jakarta dan pada Rabu (10/5) telah dilakukan pemeriksaan kesehatan di RSCM.

Sedangkan bagi Nenek Askah, Kemensos mendampingi untuk mendapatkan layanan kesehatan, lantaran dia mengeluh sering pusing dan mengalami tensi darah yang tinggi. Tindakan lainnya, intervensi dilakukan dengan bantuan permakanan lansia selama tiga bulan.

Kemensos mencatat kepesertaan Nenek Askah sebagai penerima bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) Lansia dan Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT) sempat dihapus pada 2022 karena ganda, yaitu nama di KTP dan kartu keluarga (KK) yang berbeda.

Data itu menunjukkan bahwa data di KTP adalah Arinah, sementara di KK tertulis Askah, dengan nomor induk kependudukan (NIK) yang sama. Bersama TKSK, perangkat desa kemudian mengurus administrasi kependudukan ke Dinas Catatan Sipil untuk memadankan data KTP dan KK pada Nenek Askah.

Atas arahan Mensos Risma pula, Suhadi mendapat bantuan perbaikan rumah yang ditinggali di atas tanah miliknya sendiri.

Karena tanah milik sendiri, Menteri Sosial juga memerintahkan untuk perbaikan rumah tempat tinggal keluarga Suhardi, dengan menggunakan desain rumah sejahtera terpadu.

Kementerian Sosial (Kemensos) berkomitmen mendorong pencapaian nol persen kemiskinan ekstrem pada Tahun 2024.

Merujuk arahan Menteri Sosial Tri Rismaharini yang telah menggariskan kebijakan yang meneguhkan komitmen penanganan kemiskinan ekstrem, secara internal Kemensos berupaya meningkatkan pendapatan masyarakat melalui program kewirausahaan, dengan program Pahlawan Ekonomi Nusantara (PENA) dan Sentra Kreasi ATENSI (SKA).

Program kedua adalah peningkatan standar hidup layak melalui program Rumah Sejahtera Terpadu (RST) dan penyediaan rumah susun sederhana sewa (rusunawa).

Ketiga, pemenuhan kebutuhan dasar melalui program permakanan bagi lansia dan penyandang disabilitas yang tidak berdaya, dengan memberdayakan masyarakat sebagai penyedia dan penyalur makanan.

Semua program itu dan pengaplikasinnya pada bantuan untuk Suhardi dan keluarga menunjukkan hadirnya negara melalui Kemensos pada persoalan yang dihadapi oleh warga masyarakat.