Sakai Sambayan, monumen hadiah komunitas untuk HUT ke-85 Kota Metro

id Sakaisambayan

Sakai Sambayan, monumen hadiah komunitas untuk HUT ke-85 Kota Metro

Monumen Sakai Sambayan di Taman Merdeka Kota Metro. (ANTARA/Istimewa)

Kapan lagi hasil karya seniman Metro dikenal secara nasional. Tentu monumen ini akan terkenal sampai nasional karena diberitakan media-media nasional juga, paparnya

Metro (ANTARA) - Ada yang menarik pada Hari Jadi Kota Metro ke-85 kali ini, sebab masyarakat ikut berpartisipasi membangun monumen instalasi yang dipersembahkan sebagai kado pada HUT Kota Metro.

Monumen yang diresmikan pada Jumat (10/6) ini diberi nama monumen "Instalasi Sakai Sambayan" yang diharapkan pembuatnya mampu mengangkat nilai-nilai sosial adat Lampung, terutama nilai gotong-royong dan kebersamaan.

Salah satu pegiat komunitas, Oki Hajiansah Wahab yang juga ikut menggagas pembuatan monumen tersebut mengatakan, pembuatan monumen Sakai Sambayan ini merupakan inisiasi dari beberapa perkumpulan komunitas di Kota Metro yang ingin menyumbangkan sesuatu pada Hari Jadi Kota Metro ke-85.

Awalnya, anggota komunitas ingin memberikan bangku untuk ditempatkan di Taman Merdeka Kota Metro. Namun, setelah dipertimbangkan akhirnya diputuskan untuk membuat patung tersebut.

"Perencanaan pembuatan itu ketika bulan April saat bulan puasa. Awalnya bukan monumen tapi bangku, tetapi kalau bangku nanti ketika ada besi yang patah akan diambil orang. Karena itu akhirnya buat monumen itu," jelas dia saat diwawancarai di RIS Metro, Selasa (14/6).

Ia menjelaskan, dana untuk pembuatan monumen Sakai Sambayan berasal dari keuntungan penjualan kaos HUT Kota Metro yang dibuat oleh anggota komunitas tersebut.

"Nah dari penjualan kaos tersebut kita mendapat keuntungan Rp30 ribu perkaos. Waktu itu kan ada Wisnu juga, kita minta dia membuat sesuatu kita ingin memberikan hadiah pada HUT Kota Metro," ucapnya.

"Dan pembuatan monumen ini pun tidak mahal. Saat itu Wisnu berfikirnya bukan soal nilai uang, tetapi dia ingin memberikan sesuatu untuk Kota Metro ini. Kemudian dibuatlah monumen Sakai Sambayan ini sama Wisnu," imbuhnya.

Oki mengaku rencana untuk meminta Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyaksikan dan membuka selubung monumen Sakai Sambayan tersebut merupakan aksi spontanitas.

"Kita manfaatkan momen saja waktu itu. Karena yang datang ya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ya kita minta buat resmikan monumen itu. Kita juga kan tidak tahu siapa yang diundang oleh Pemkot Metro pada perayaan HUT ini. Kalau waktu itu yang datang Gubernur Lampung Arinal Djunaidi atau Presiden Jokowi ya pasti kita minta juga yang resmikan monumen ini," terangnya.

"Kapan lagi hasil karya seniman Metro dikenal secara nasional. Tentu monumen ini akan terkenal sampai nasional karena diberitakan media-media nasional juga," paparnya.

Ia menegaskan, tidak ada rencana khusus agar monumen tersebut diresmikan oleh Anies Baswedan.

Oki menambahkan, monumen tersebut memang sengaja ditempatkan di Taman Merdeka Kota Metro karena ia ingin mengajak masyarakat atau komunitas lainnya untuk ikut menyumbangkan sesuatu untuk Bumi Sai Wawai.

"Kenapa milih di Taman Merdeka ya karena itu di tengah kota. Karena monumen ini baru pertama kali ada ya, kita ingin mengajak masyarakat lainnya jika ingin memberikan sesuatu untuk Kota Metro. Kalau soal izin kita sudah komunikasikan dengan Kadis Perumahan. Kalaupun banyak yang buat kan bisa ditaruh di Mulyojati misalnya, Metro Utara atau lainnya," tambahnya.

Pembuat monumen Sakai Sambayan yang juga seniman asal Metro PG Wisnu Wijaya mengatakan, monumen ini diharapkan mampu merepresentasikan pengalaman-pengalaman warga Metro dalam melihat kemajemukan dan keberagaman.

"Simbol sembilan balok pada karya ini adalah bentuk ruang-ruang kota yang selayaknya menjadi ruang pergerakan komunitas. Simbol sembilan balok itu juga merupakan representasi dari Hari Jadi Kota Metro, yaitu 9 Juni 1937. Angka 9 dalam istilahnya 'qiu' merupakan sebuah penyebutan dalam bahasa mandarin yang berarti kekal, hal ini juga diyakini membawa kebaikan yang kita kenal pada 9 jurai pada mahkota siger," jelas Dosen DKV Itera tersebut.

Pria yang memiliki usaha keluarga Sanggar Wisnu ini menambahkan, juga terdapat 8 tabung secara vertikal dan 5 tabung melintang horizontal merupakan makna dari kekuatan falsafah Sakai Sambayan atau gotong royong.