Wanita Lampung Inginkan Caleg Perempuan Matang

id Wanita Lampung Inginkan Caleg Perempuan Matang, Waykanan, Pileg, Pemilu, Pemilhan Umum, Perempuan, Wanita, Coblos

Wanita Lampung Inginkan Caleg Perempuan Matang

Seorang pengajar di Kabupaten Waykanan, Provinsi Lampung, Leli Triyana sedang mendonorkan darahnya. (ANTARA FOTO/Gatot Arifianto).

Saya kira soal kriteria umum caleg layak pilih sama persis dengan kriteria calon pemimpin atau caleg pada umumnya, seperti integritas, kapabilitas, track record (rekam jejak), dan jiwa kepemimpinannya."
Bandalampung (Antara Lampung) - Sejumlah perempuan di Provinsi Lampung menginginkan calon anggota legislatif (Caleg) DPR RI, provinsi, kabupaten/kota periode 2014-2019 dari kaumnya merupakan individu yang matang berpolitik, berorganisasi atau beraktivitas sosial sejak lama.
 
"Saya kira soal kriteria umum caleg layak pilih sama persis dengan kriteria calon pemimpin atau caleg pada umumnya, seperti integritas, kapabilitas, track record (rekam jejak), dan jiwa kepemimpinannya," kata Komisoner Komisi Informasi Lampung Khalida, di Bandarlampung, Minggu.

Namun dalam perspektif perempuan, katanya menambahkan, tentu ada ekspektasi yang kita harapkan untuk para caleg-caleg, representasi perempuan, di antaranya memiliki mainstrem tentang perspektif gender yang memadai.

Lalu punya jiwa kejuangan dalam hal merepresentasikan perempuan untuk tampil di wilayah publik.

"Dan yang lebih penting dari segalanya, ia merupakan caleg yang memang berkarir dari bawah, yang sudah lama beraktivitas sosial, yang sudah dikenal cukup dekat dengan masyarakat, yang sudah berperan maksimal pada peran-peran publik. Saya kira itulah yang harus menjadi pertimbangan dalam memilih caleg perempuan," kata Khalida lagi.

Senada dengan Khalida, warga kelurahan dan Kecamatan Blambangan Umpu yang juga Duta Generasi Berencana (GenRe) Nasional Ponita Dewi menilai seseorang terjun ke dunia politik harus matang berorganisasi.

"Payah jika calon pemimpin tidak mengerti tentang berorganisasi," tuturnya.

Ponita yang aktif di sejumlah organisasi itu menegaskan, organisasi banyak manfaatnya, seperti melatih untuk bekerja sama, saling mengerti dan memahami satu sama lain serta melatih mental untuk berani menyampaikan pendapat.

Perempuan, demikian salah seorang pengajar di Kabupaten Waykanan Leli Triyana menambahkan, memang butuh untuk memperjuangkan hak-haknya dan kepentingan perempuan di parlemen.

"Tapi bagaimanapun tetap ada keterbatasan sebagai perempuan dan jangan pula mudah terjebak dalam lingkaran korupsi yang begitu marak di dunia politik. Saya optimistis perempuan bisa memimpin dan memang harus ada keterwakilan perempuan di parlemen," kata Leli lagi.

Perihal kriteria caleg perempuan layak pilih, Leli menilai pendidikan adalah hal pertama, lalu punya komitmen, low profile, lantas peka terhadap lingkungan dan yang tidak kalah penting religius.

"Termasuk kematangan berorganisasi, kinerja seseorang baik secara individu maupun team sangat terlihat apakah punya pengalaman orgnisasi atau tidak," ujar Leli lagi.

Keterwakilan perempuan di parlemen dari setiap Pemilu bertambah. Namun demikian, ujar Khalida melanjutkan, masih perlu peningkatan.

"Fakta empiris memang menunjukan perempuan makin bertambah secara kuantitas di parlemen, tapi apakah sudah cukup merepresentasikan perempuan? Itu saya kira perlu diuji kembali, sejauh yang kita rasakan, kiranya memang masih perlu peningkatan kualitas pada setiap caleg perempuan yang terpilih," katanya.

Di Kabupaten Waykanan Provinsi Lampung, KPU setempat menetapkan 378 daftar caleg tetap (DCT) berdasarkan surat keputusan nomor 270/81/BA/KPUD-WK/VIII/2013, 228 caleg laki-laki, dan 150 caleg perempuan.

Pada Pemilu 2009, sejumlah perempuan Waykanan dipercaya rakyat untuk duduk di kursi dewan. Namun untuk apa yang diperbuat, Leli Triyana menilai belum gamblang.

"Sepanjang yang saya tahu sepertinya belum ada, kemasannya saja tampak ekslusif tapi isinya belum sesuai. Karena itu, pemberantasan korupsi, meningkatkan pelayanan kesehatan berkesinambungan bagi ibu hamil, menyusui dan bayinya merupakan pekerjaan rumah anggota legislatif terpilih," tutur Leli yang aktif di Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Waykanan itu pula.

Senada Khalida dan Leli, Ponita juga menilai belum ada hasil yang dirasakan dari legislatif perempuan periode 2009-2014.

"Gerakan mereka bagaimana saya memang tidak tahu pasti. Tapi yang saya rasakan sebagai perempuan belum ada," kata Ponita.

Berkaitan dengan itu, Khalida menilai selama ini masih dijumpai legislatif perempuan terpilih, sebagiannya karena faktor sistem politik yang masih oligarki.

"Mereka terpilih karena faktor kekerabatan dan seterusnya. Saya kira ini menjadi tugas bersama dan yang paling penting tugas partai harus memberi peluang lebih luas bagi para kader perempuan untuk tampil lebih maksimal pada sektor publik," kata Khalida.