WALHI Lampung-Unila tanam 1.000 bibit mangrove di Pulau Pasaran
Penanaman seribu bibit mangrove ini dilakukan di Pulau Pasaran ataupun di Kota Karang ini karena di sini adalah kawasan mangrove terakhir di daerah setempat
Bandarlampung (ANTARA) - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Lampung bersama Mahasiswa Fakultas Hukum Sayang Alam (Mahusa) Universitas Lampung dan penggiat lingkungan menanam seribu bibit pohon mangrove di Pulau Pasaran, Kota Bandarlampung.
"Penanaman seribu bibit mangrove ini dilakukan di Pulau Pasaran ataupun di Kota Karang ini karena di sini adalah kawasan mangrove terakhir di daerah setempat," kata Direktur Eksekutif Daerah WALHI Lampung Irfan Tri Musri, di Bandarlampung, Minggu.
Menurutnya, kegiatan yang dilakukan bersama beberapa penggiat lingkungan tersebut bisa menjadi pengingat bagi semua pihak tentang pentingnya ekosistem mangrove dan menjaga kelestarian lingkungan.
“Harapan kami reboisasi hutan mangrove ini bukan hanya seremonial belaka, tapi dilakukan secara berkelanjutan dengan melakukan proses perawatan dan pemantauan,” kata Irfan.
Dia menjelaskan mangrove memiliki tiga fungsi utama yang komprehensif. Pertama, secara ekologis mangrove menyediakan oksigen dan sebagai cadangan karbon.
"Kawasan mangrove memiliki daya serap karbon lebih tinggi dibandingkan daerah terestrial atau daratan," kata dia.
Kemudian kedua, kata dia, tanaman mangrove dapat memecah ombak. Kemudian terakhir, kawasan mangrove bisa digunakan sebagai sumber daya ekowisata yang bernilai ekonomis.
"Tentunya hal itu apabila dikelola dan dikembangkan dengan baik oleh pemerintah daerah. Sebagai ekowisata, kawasan mangrove berperan membentuk interaksi sosial antar-masyarakat di sekitar wilayah mangrove,” kata Irfan.
Ketua Umum Mahusa Universitas Lampung M Fariel Zuleika mengatakan penanaman mangrove ini bagian dari program kerja Mahusa yang biasanya dilakukan pada momen peringatan Hari Bumi.
“Kami berharap mangrove Kota Karang dapat menjadi upaya mengatasi perubahan iklim dan menjadi bahan penelitian,” ucapnya.
Baca juga: Walhi minta kualitas RTH Bandarlampung ditingkatkan
Baca juga: Restrukturisasi sistem drainase cegah banjir di BandarlampungBaca juga: Restrukturisasi sistem drainase cegah banjir di Bandarlampung
Baca juga: WALHI : Hutan kota Bandarlampung hilang akan berdampak buruk
"Penanaman seribu bibit mangrove ini dilakukan di Pulau Pasaran ataupun di Kota Karang ini karena di sini adalah kawasan mangrove terakhir di daerah setempat," kata Direktur Eksekutif Daerah WALHI Lampung Irfan Tri Musri, di Bandarlampung, Minggu.
Menurutnya, kegiatan yang dilakukan bersama beberapa penggiat lingkungan tersebut bisa menjadi pengingat bagi semua pihak tentang pentingnya ekosistem mangrove dan menjaga kelestarian lingkungan.
“Harapan kami reboisasi hutan mangrove ini bukan hanya seremonial belaka, tapi dilakukan secara berkelanjutan dengan melakukan proses perawatan dan pemantauan,” kata Irfan.
Dia menjelaskan mangrove memiliki tiga fungsi utama yang komprehensif. Pertama, secara ekologis mangrove menyediakan oksigen dan sebagai cadangan karbon.
"Kawasan mangrove memiliki daya serap karbon lebih tinggi dibandingkan daerah terestrial atau daratan," kata dia.
Kemudian kedua, kata dia, tanaman mangrove dapat memecah ombak. Kemudian terakhir, kawasan mangrove bisa digunakan sebagai sumber daya ekowisata yang bernilai ekonomis.
"Tentunya hal itu apabila dikelola dan dikembangkan dengan baik oleh pemerintah daerah. Sebagai ekowisata, kawasan mangrove berperan membentuk interaksi sosial antar-masyarakat di sekitar wilayah mangrove,” kata Irfan.
Ketua Umum Mahusa Universitas Lampung M Fariel Zuleika mengatakan penanaman mangrove ini bagian dari program kerja Mahusa yang biasanya dilakukan pada momen peringatan Hari Bumi.
“Kami berharap mangrove Kota Karang dapat menjadi upaya mengatasi perubahan iklim dan menjadi bahan penelitian,” ucapnya.
Baca juga: Walhi minta kualitas RTH Bandarlampung ditingkatkan
Baca juga: Restrukturisasi sistem drainase cegah banjir di BandarlampungBaca juga: Restrukturisasi sistem drainase cegah banjir di Bandarlampung
Baca juga: WALHI : Hutan kota Bandarlampung hilang akan berdampak buruk