Asa dibalik lambaian bendera jelang hari Kemerdekaan

id HUT RI, jelang HUT RI, penjualan bendera, pengobatan balita tumor

Asa dibalik lambaian bendera jelang hari Kemerdekaan

Tri Wahyuningsih menjajakan bendera untuk membantu pembiayaan pengobatan balita terkena tumor ganas di Lampung Utara. ANTARA/HO-Tri Wahyuningsih.

Bandarlampung (ANTARA) - Menjelang Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia ke-77 tepatnya di pengujung bulan Juli, di tengah pandemi COVID-19 yang masih terus berlangsung, nyatanya tidak membuat banyak orang berduka dalam menyongsong bulan Agustus yang istimewa dan banyak disebut sebagai bulan kemerdekaan.

Ruas-ruas jalan protokol di kabupaten dan kota di Lampung pun telah ramai merias diri dengan mulai memasang umbul-umbul beragam warna serta bendera merah putih dengan ragam ukuran, hingga mulai memoles pagar dengan cat merah dan putih.

Pedagang yang menjajakan bendera merah putih dan umbul-umbul berjajar di sepanjang jalan protokol yang mulai menjamur pun ikut serta meramaikan kedatangan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.

Akan tetapi dari beratus pedagang bendera yang ada di Sai Bumi Ruwa Jurai, ada satu penjaja bendera musiman yang menarik perhatian setiap mata pengguna jalan raya.

Tepat di kabupaten yang terkenal dengan motto Ragem Tunas Lampung atau yang dapat diartikan sebagai daerah yang masyarakat adatnya menerima keanekaragaman sebagai modal kemajuan bersama dan gemar menjalin keramah tamahan sebagai landas hubungan persaudaraan. Seorang wanita muda menjajakan bendera jualannya.

Di pinggir Jalan Sudirman tepatnya di perempatan lampu lalulintas seberang swalayan Ramayana, Kotabumi, Lampung Utara. Tri sapaan wanita muda berusia 40 tahunan terlihat gigih menjajakan bendera berukuran mini kepada pengendara yang melintas, di tengah teriknya matahari di siang hari.
 
Tri Wahyuningsih saat menjajakan bendera untuk membantu pembiayaan pengobatan bayi terkena tumor ganas di Lampung Utara. ANTARA/HO-Tri Wahyuningsih.


Dari bendera

Memang secara kasat mata, Tri Wahyuningsih nama lengkap wanita itu, bila dibandingkan dengan penjaja bendera musiman lainnya tak ada perbedaan mendasar. Jajaran bendera berjajar di pinggir trotoar tetap menjadi pemandangan yang mendominasi.

Namun, bila kita telisik lebih dalam ada perbedaan tujuan dan motivasi yang cukup besar antara Tri dan pedagang lainnya dalam memanfaatkan momentum HUT RI ke-77 ini.

Motivasi besar yang diusung Tri bukanlah karena ingin mendapatkan keuntungan semata, namun ada asa yang tersemat dalam setiap lambaian bendera yang dijajakan oleh wanita yang juga berprofesi sebagai tenaga pengajar itu.

Asa itu pun bukan miliknya sendiri, melainkan milik seorang bocah kecil bernama Ahtar Wikra Saputra yang berusia dua tahun dan akrab dipanggil Ahtar.

Tubuh kecilnya kini tengah berjuang melawan  tumor ganas yang melekat di mata sebelah kanannya yang makin membesar setiap waktu dan menghalanginya untuk melihat keindahan dunia, di masa pertumbuhannya.

Adanya perjuangan Ahtar untuk sembuh dan bertumbuh normal, layaknya anak pada umumnya yang berlarian tertawa dan bersenda gurau mengenal dunia. Sementara perjuangan sang ibu sebagai orang tua tunggal yang harus bekerja serabutan untuk membiayai pengobatan anaknya, telah menggugah simpati dan empati Tri untuk membantu pengobatan Ahtar agar bisa segera pulih.

Tanpa meminta belas kasih orang lain dengan mengedarkan sumbangan, ia memilih untuk menjajakan bendera yang dijual dengan harga Rp5 ribu-Rp50 ribu per lembarnya, serta semua keuntungan diberikan sepenuhnya untuk membantu pengobatan Ahtar.



Inspirasi

Dimulai sejak satu pekan terakhir, tepat pukul 12.00 WIB setelah selesai melaksanakan tugasnya sebagai Kepala Sekolah di SDN Skipi di Kecamatan Abung Tinggi, Kabupaten Lampung Utara.

Dengan memakan waktu perjalanan selama 1 jam menyusuri jalan yang cukup berbatu terjal di Bukit Kemuning menuju pusat ibukota Kabupaten Lampung Utara, yakni Kotabumi bersama koleganya, ia memasarkan bendera bagi pengobatan bocah kecil yang tengah berjuang melawan tumor ganas itu.

“Saya sebagai pengajar di sebuah sekolah dasar, tentu melihat kondisi adik Athar cukup menyayat hati, sebab seharusnya dia bisa bermain seperti anak lain. Ini awalnya memang hanya gerakan pribadi saja untuk membantu semampunya, sebab tumor yang sebelumnya kecil kini telah mulai membesar kasihan adik Athar,” ujar wanita yang telah menjadi pengajar sejak 2010 silam.

Momentum HUT RI ke-77 ini menjadi titik balik bagi masyarakat untuk bisa saling bangkit bersama setelah terpuruk akibat pandemi COVID-19 yang hingga kini terus berlangsung, dan dapat saling peduli membantu sesama yang membutuhkan.

Apa yang dilakukan saat ini merupakan bagian kecil dari beragam permasalahan yang jauh lebih besar, namun dapat menyelamatkan asa dari banyak orang yang putus asa dengan saling bergandengan tangan.

Adanya empati, dan perjuangan Tri dalam mengubah lambaian bendera menjadi harapan bagi kesembuhan bocah kecil yang kini tengah menjalani kemoterapi dan mengalami penurunan kondisi itu menjadi salah satu implementasi dari pemaknaan kemerdekaan dalam kehidupan sosial.

Atas empati dan kerja nyata Tri dalam membantu balita penderita tumor ganas di mata itu, Pemerintah Provinsi Lampung melalui Wakil Gubernur Lampung Chusnunia Chalim siap memfasilitasi pengobatan balita tersebut.

Dia memintanya untuk segera melakukan perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek (RSUDAM), dengan memanfaatkan sejumlah program penerima bantuan iuran yang diperuntukkan bagi masyarakat kurang mampu.

Dia sangat mengapresiasi pengajar yang memiliki perhatian yang tinggi kepada balita penderita tumor ganas dengan meluangkan waktu untuk berjualan bendera dan siap mengupayakan untuk membantu untuk segera dirawat di RSUDAM.

Langkah kecil dan sederhana yang dilakukan Tri dan sejumlah kolega menyempatkan waktu untuk membantu sesama meski harus berpanas ria menjajakan bendera yang bukanlah pekerjaan utamanya, menjadi inspirasi bagi masyarakat dalam menunjukkan semangat perjuangan untuk pulih lebih cepat, bangkit lebih kuat dari segala permasalahan yang dihadapi menjelang pertambahan usia Republik Indonesia ke-77 pada 17 Agustus mendatang.*



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Memberi asa di balik lambaian bendera jelang hari Kemerdekaan