Bandarlampung (ANTARA) - Yayasan Alfian Husin, lembaga pendidikan terkemuka di Provinsi Lampung, menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertajuk "Lampung Sejahtera Menuju Indonesia Emas 2045" dengan melibatkan akademisi, praktisi, hingga perwakilan pemerintah dan organisasi non-pemerintah.
Ketua Dewan Pembina Yayasan Alfian Husin, Andi Desfiandi, dalam kata pengantarnya mengharapkan FGD ini dapat mengidentifikasi dan memberikan rekomendasi kebijakan dan program kerja bagi gubernur Lampung mendatang.
“Yayasan Alfian Husin memahami bahwa masa depan Provinsi Lampung ada di tangan masyarakat Lampung sendiri dengan dikomandoi oleh pemimpin yang cakap, adil, dan memiliki kemampuan untuk membawa Provinsi Lampung menjadi provinsi yang maju di masa mendatang.”
Andi Desfiandi yang merupakan inisiator FGD ini menambahkan, "Penting untuk memastikan bahwa penyusunan visi, misi, dan program kerja di masa depan benar-benar mengakomodasi masukan dari berbagai pihak."
FGD tersebut terbagi dalam beberapa sesi, dengan sesi ketiga dan keempat berlangsung di aula Swissbel Hotel, Bandarlampung, beberapa waktu lalu.
FGD yang menjadi fokus dalam kedua sesi ini berfokus pada bidang Pariwisata, Ekonomi Kreatif, UMKM, Koperasi, BUMDes serta Ketenagakerjaan, Kepemudaan, dan Pemberdayaan Perempuan.
Tujuan utama dari FGD ini adalah untuk mendapatkan pemahaman komprehensif mengenai harapan, kebutuhan, dan tantangan yang dihadapi masyarakat Lampung di berbagai sektor.
Dalam kesempatan tersebut, CEO PT Serikat Raja Lolak dan Beeme Indonesia Sheyla Taradia Habib membagikan kisah suksesnya dalam sesi ini.
"Saya memulai bisnis dari rumah dengan modal Rp180 ribu, membuktikan bahwa kesuksesan bisa diraih bahkan dari garasi rumah," ujarnya.
Sheyla juga menyoroti pentingnya pola pikir dalam berbisnis, "Banyak IRT takut dan mindset ini menghambat perkembangan usaha. Jika pola pikir mereka diedukasi, akan lebih mudah mengembangkan usaha."
Sheyla menceritakan soal pengurusan izin BPOM dengan usaha sendiri hingga ke Jakarta, dan kebutuhan modal besar untuk membangun pabrik kosmetik. Ia menekankan bahwa kualitas sumber daya manusia perlu ditingkatkan dan pentingnya edukasi mindset agar pelatihan apapun akan lebih efektif.
FGD ini juga menyoroti pentingnya komunitas dan kolaborasi. Sheyla mencontohkan perbandingan dengan UMKM di daerah lain yang saling mendukung. "Pentingnya komunitas dan kolaborasi tidak bisa diabaikan," tambahnya.
Penggiat Hutan Tropis Ardian Septico berbicara mengenai potensi Pop Culture di Lampung yang fokus pada fashion, musik, film, fotografi, kuliner, DKV, dan animasi. "Pop Culture harus menjadi konten pemersatu," katanya.
Namun, ia juga mengkritik kurangnya dukungan dari pemerintah, "Brand lokal Lampung seperti Podsky mencapai penjualan online terbesar kedua, tapi kurang mendapat perhatian dari pemerintah."
FGD ini ditujukan kepada berbagai pemangku kepentingan dari sektor pemerintahan, bisnis, akademisi, dan organisasi non-pemerintah. Metode panel digunakan dalam diskusi ini, dengan pembicara utama memberikan poin-poin penting tanpa perlu membuat makalah panjang.
Sebagai penutup sesi, Yayasan Alfian Husin mengucapkan terima kasih kepada semua peserta.
"Dengan komitmen kuat dari semua pihak untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan di Provinsi Lampung, rekomendasi dan masukan yang telah dikumpulkan akan menjadi dasar penting dalam merumuskan strategi dan kebijakan yang akan diterapkan oleh gubernur mendatang," ujar Andi Desfiandi.
Dengan semangat kolaborasi dan dedikasi dari berbagai sektor, Yayasan Alfian Husin optimistis bahwa masa depan Lampung akan terus berkembang. Mereka berkomitmen untuk mendukung proses pembangunan yang tidak hanya diukur dari pertumbuhan ekonomi, tetapi juga dari peningkatan kualitas hidup seluruh masyarakat.
Yayasan Alfian Husin percaya bahwa dengan langkah-langkah ini, Provinsi Lampung akan siap menuju Indonesia Emas 2045, menjadikan Lampung sebagai provinsi yang sejahtera dan adil.