Bandarlampung (ANTARA) - Sidang lanjutan kasus suap Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) Universitas Lampung (Unila) di Pengadilan Negeri Tanjungkarang diwarnai oleh listrik mati saat saksi Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Lampung Sulpakar dan Sekretaris Dinas Pendidikan Lampung Selatan Asep Jumhar akan memberi keterangan.
Lampu di PN Tanjungkarang, Bandarlampung, Kamis siang, mati ketika sidang baru saja dibuka kembali, setelah diskors untuk menjalankan ibadah shalat, untuk mendengarkan kesaksian dari Sulpakar dan Asep Jumhar atas terdakwa Karomani, Heryandi, dan M Basri.
"Sidang kami skors karena situasi yang tak memungkinkan melanjutkan," kata ketua majelis hakim Lingga Setiawan.
Dia mengatakan bahwa saat ini pihak PN Tanjungkarang sedang berusaha menghidupkan aliran listrik menggunakan genset.
"Sidang dibuka kembali saat lampu hidup, dan bila hingga pukul 14.00 lampu tak kunjung hidup, sidang pemeriksaan saksi akan ditunda," ujarnya.
Dalam sidang lanjutan kasus suap PMB Unila, Jaksa Penuntut Umum Komisi Pemberantasan Korupsi (JPU KPK) menghadirkan enam orang saksi yang terdiri dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI hingga kepala daerah.
Keenam saksi tersebut, yakni Anggota DPR RI Tamanuri, Bupati Lampung Timur Dawam Rahardjo, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Lampung Sulpakar, Dosen FKIP Unila I Wayan Mustika, Sekretaris Dinas Pendidikan Lampung Selatan Asep Jamhur, dan Sekretaris PWNU Lampung Aryanto Munawar.
Namun, saksi yang sudah memberikan kesaksian dalam sidang lanjutan PMB Unila ini baru satu orang, yakni Sekretaris PWNU Lampung Aryanto Munawar.
Hingga berita ini diturunkan aliran listrik di PN Tanjungkarang, Bandarlampung masih dalam keadaan padam.
Baca juga: Bupati Lampung Tengah akui titipkan saudara masuk kedokteran Unila
Baca juga: Anggota DPR RI hingga Bupati jadi saksi sidang lanjutan suap PMB Unila
Sidang suap PMB Unila diwarnai listrik mati saat saksi Sulpakar beri keterangan
Saksi kasus suap PMB Unila Sulpakar saat meninggalkan ruang persidangan karena lampu mati, di Bandarlampung, Kamis (9/3/2023). ANTARA/Dian Hadiyatna.
Sidang kami skors karena situasi yang tak memungkinkan melanjutkan.
