Kegempaan Gunung Anak Krakatau di Perairan Selat Sunda antara Banten dan Lampung terjadi sebanyak tiga kali dengan amplitudo 20 milimeter dan durasi selama tujuh detik.
Kondisi status Gunung Anak Krakatau dengan ketinggian 157 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu masih siaga Level III, seperti dikutip dari laman KESDM Badan Vulkanologi PVMBG Pos Pengamatan Pasauran GAK, Anyer, Kabupaten Serang, Sabtu.
Kegempaan Gunung Anak Krakatau, Sabtu (4/1) mulai pukul 00.00 -06.00 WIB sebanyak tiga kali dengan amplitudo antara 4 - 20 milimeter dan durasi berkisar 4 - 7 detik.
Secara visual kawasan Gunung Anak Krakatau tertutup kabut 0-III dan asap kawah tidak teramati dengan potensi cuaca mendung dan hujan.
Begitu juga hybrid/fase banyak terjadi sebanyak 1 kali kejadian dengan amplitudo 44 milimeter, S-P - detik dan durasi selama 8 detik.
Sedangkan, vulkanik dangkal sebanyak 1 kali kejadian dengan amplitudo 4 milimeter dan durasi 5 detik.
Vulkanik dalam terjadi sebanyak 2 kali, S-P 1.5-1.7 detik dengan durasi 14-15 detik.
Microtremor/tremor menerus dengan amplitudo 1-7 milimeter dan amp dominan 1 milimeter.
Microtremor/tremor menerus dengan amplitudo 1-7 milimeter dan amp dominan 1 milimeter.
"Kami minta nelayan, pendaki maupun wisatawan dilarang mendekati gunung berapi di Selat Sunda dan direkomendasikan hanya radius 5 kilometer," katanya.
Sementara itu, sejumlah nelayan Teluk Labuan Pandeglang berada di pesisir Pantai Banten bagian barat yang berhadapan dengan kawasan Gunung Anak Krakatau hingga kini tetap melakukan aktivitas melaut.
Mereka para nelayan tidak terpengaruh adanya kegempaan Gunung Anak Krakatau, karena sudah hal biasa.
"Kami sekarang melakukan pelelangan hasil tangkapan, seperti hari normal dan tidak terpengaruh adanya aktivitas gunung berapi di Selat Sunda,"kata Yanto, nelayan Teluk Labuan, Pandeglang.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kegempaan Gunung Anak Krakatau terjadi tiga kali