Peneliti USK Banda Aceh kembangkan tanaman paprika mikoriza daerah tropis

id Aceh,penelitian,USK Banda Aceh,pertanian,mikoriza,daerah tropis,Kemendikbud,tanaman,paprika

Peneliti USK Banda Aceh kembangkan tanaman paprika mikoriza daerah tropis

Guru Besar USK Banda Aceh Prof Syafruddin saat melihat tanaman hasil penelitiannya, di Banda Aceh, Kamis (31/3/2022). ANTARA/HO-USK

Selama lima tahun pengembangan paprika telah berhasil kita lakukan dan produksi buah hingga 50 persen.
Banda Aceh (ANTARA) - Peneliti  yang juga Guru Besar Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh Prof Syafruddin telah berhasil mengembangkan tanaman paprika mikoriza di daerah tropis setelah lima tahun penelitiannya.

"Selama lima tahun pengembangan paprika telah berhasil kita lakukan dan produksi buah hingga 50 persen, pemanenan juga lebih cepat hanya tujuh hari," katanya di Banda Aceh, Sabtu.

Paprika merupakan tanaman sayuran yang digemari masyarakat seperti cabai. Namun kini tanaman tersebut sudah berhasil dikembangkan selama lima tahun di daerah tropis.

Pengembangan paprika mikoriza dengan "branding" papiza pada kondisi daerah tropis tersebut dilakukan di rumah kasa Fakultas Pertanian USK Banda Aceh.

Ia mengatakan, pengembangan papiza tersebut dilakukan dengan pemberian pupuk hayati mikoriza dosis terbaik 10 gram per tanaman. Paprika umumnya dikembangkan di daerah subtropis atau dataran tinggi.

Menurut dia stok paprika masih tidak mencukupi di wilayah Banda Aceh khususnya. Biasanya paprika didatangkan dari luar Aceh. Perbanyakan paprika mikoriza juga dilakukan dengan memodifikasi iklim mikro di rumah kasa dengan sistem water fogging dan pengaturan suhu serta kelembaban secara smart farming.

"Dengan teknologi semua keinginan di bidang agronomi bisa kita capai. Kuncinya, melalui penerapan teknologi pupuk hayati mikoriza dan bagaimana menciptakan kondisi suhu sehingga pertumbuhan paprika lebih baik," katanya.

Ia menambahkan paprika mikoriza ini dilakukan dari berbagai skema penelitian, termasuk pengembangan unggulan perguruan tinggi yang fokus pada cabai.

Setelah panen pada awal 2022 ini, pihaknya kembali melanjutkan pengembangan paprika mikoriza sebanyak 3.000 batang. Target pengembangan tersebut masih mengandalkan pupuk hayati mikoriza hasil rakitan dan produksi riset unggulan yang dilakukan.

“Bersama mahasiswa yang terlibat dalam penelitian ini terus memperbanyak pupuk hayati mikoriza untuk peningkatan produksi berbagai tanaman target seperti paprika, cabai, nilam, dan tin," katanya.

Uniknya, kata dia, pengembangan paprika mikoriza selaku sayuran buah termahal dan eksotis juga digunakan sebagai ajang selfi oleh para peminat.

"Bukan hanya itu saja, kita juga banyak mengedukasi para pengunjung yang penasaran dan ingin tahu cara pengembangan paprika mikoriza," demikian Syafruddin.