11 kasus COVID-19 di Beijing dari luar China
Jakarta (ANTARA) - Beijing mendapatkan tambahan 11 kasus impor COVID-19 dari luar China hanya dalam waktu 12 jam pada Rabu (18/3).
Dengan tambahan tersebut maka hingga Kamis pagi di Beijing terdapat 54 kasus impor, sedangkan di seluruh China terdapat 155 kasus impor COVID-19.
Pemerintah Kota Beijing dalam pernyataan persnya memerinci 11 kasus itu berasal dari Spanyol sebanyak lima pasien, Inggris (4), Brazil (1), dan Luksemburg (1).
Sejak 7 Maret 2020 di Beijing sudah tidak ada lagi masyarakat lokal yang tertular virus mematikan yang menyerang paru-paru itu.
Namun sejak pertama kali terdeteksi pada 29 Februari, kasus impor COVID-19 terus meningkat.
"Pengendalian epidemi ini sangat rumit, tidak boleh ada celah. Langkah-langkah yang lebih ketat dan tegas harus diambil untuk mengendalikan virus," kata Xu Hejian dari Pemkot Beijing.
Pihaknya telah intensif melakukan komunikasi dengan otoritas penerbangan sipil dan kereta api untuk menutup celah penularan.
Pemkot Beijing juga telah mengubah gedung pameran internasional yang sangat luas di dekat Bandar Udara Internasional Ibu Kota Beijing (BCIA) menjadi pusat penanganan orang asing yang baru kembali ke China.
Menurut Xu, pendatang asing yang baru tiba di bandara tanpa ada gejala COVID-19 dikirim ke satu tempat yang sudah ada personel satuan kerjanya untuk membantu memindahkan mereka ke beberapa tempat lain.
Beijing juga mencatat tiga kasus terduga COVID-19, masing-masing dua dari Austria dan satu dari Hungaria, pada Rabu (18/3) pukul 24.00 waktu setempat (23.00 WIB).
Di antara kasus impor tersebut terdapat warga China yang sedang belajar di luar negeri, demikian keterangan Wakil Direktur Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kota Beijing Pang Xinghuo.
Sementara itu, di China sampai saat ini terdapat 80.894 kasus posiif COVID-19 dengan angka kesembuhan 69.601 kasus dan kematian 3.237 kasus. Pada Rabu (18/3) di Provinsi Hubei sebagai episentrum COVID-19 hanya mendapatkan satu kasus tambahan.
Dengan tambahan tersebut maka hingga Kamis pagi di Beijing terdapat 54 kasus impor, sedangkan di seluruh China terdapat 155 kasus impor COVID-19.
Pemerintah Kota Beijing dalam pernyataan persnya memerinci 11 kasus itu berasal dari Spanyol sebanyak lima pasien, Inggris (4), Brazil (1), dan Luksemburg (1).
Sejak 7 Maret 2020 di Beijing sudah tidak ada lagi masyarakat lokal yang tertular virus mematikan yang menyerang paru-paru itu.
Namun sejak pertama kali terdeteksi pada 29 Februari, kasus impor COVID-19 terus meningkat.
"Pengendalian epidemi ini sangat rumit, tidak boleh ada celah. Langkah-langkah yang lebih ketat dan tegas harus diambil untuk mengendalikan virus," kata Xu Hejian dari Pemkot Beijing.
Pihaknya telah intensif melakukan komunikasi dengan otoritas penerbangan sipil dan kereta api untuk menutup celah penularan.
Pemkot Beijing juga telah mengubah gedung pameran internasional yang sangat luas di dekat Bandar Udara Internasional Ibu Kota Beijing (BCIA) menjadi pusat penanganan orang asing yang baru kembali ke China.
Menurut Xu, pendatang asing yang baru tiba di bandara tanpa ada gejala COVID-19 dikirim ke satu tempat yang sudah ada personel satuan kerjanya untuk membantu memindahkan mereka ke beberapa tempat lain.
Beijing juga mencatat tiga kasus terduga COVID-19, masing-masing dua dari Austria dan satu dari Hungaria, pada Rabu (18/3) pukul 24.00 waktu setempat (23.00 WIB).
Di antara kasus impor tersebut terdapat warga China yang sedang belajar di luar negeri, demikian keterangan Wakil Direktur Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kota Beijing Pang Xinghuo.
Sementara itu, di China sampai saat ini terdapat 80.894 kasus posiif COVID-19 dengan angka kesembuhan 69.601 kasus dan kematian 3.237 kasus. Pada Rabu (18/3) di Provinsi Hubei sebagai episentrum COVID-19 hanya mendapatkan satu kasus tambahan.