Bandarlampung (ANTARA) - Gubernur Lampung Arinal Djunaidi mengkampanyekan makan telur bebas residu antibiotik menyusul diraihnya sertifikat Nomor Kontrol Veteriner (NKV) oleh Provinsi Lampung karena berhasil memberikan jaminan keamanan pangan untuk masyarakat.
"Lampung dinilai berhasil melakukan pembinaan peternak ayam petelur sehingga bebas dari residu antibiotik," kata Arinal Djunaidi dalam acara Pekan Kesadaran Antibiotik 2019, yang digelar di Bandarlampung, Jumat.
Prestasi Provinsi Lampung ini mendapat apresiasi dari Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian dan Food and Agriculture Organization (FAO).
Saat ini, lanjutnya, dari 45 unit usaha budidaya peternakan di Indonesia yang sudah memiliki Sertifikasi NKV, 14 diantaranya atau 30 persennya berasal dari Provinsi Lampung.
Prestasi tersebut dinilai berhasil memperoleh penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) atas pembinaan dan sertifikasi NKV pada budi daya ayam petelur terbanyak dalam satu tahun.
Gubernur Arinal juga mengatakan bahwa sertifikat NKV ini adalah bukti komitmen pemerintah dalam memberikan jaminan keamanan pangan untuk masyarakat.
Melalui momentum Perayaan Pekan kesadaran Antibiotik Tahun 2019 ini, Gubernur mengimbau untuk menggunakan antibiotik secara bijak dan bertanggung jawab agar dampak resistensi antimikroba bisa hindari dan pilihlah produk peternakan yang sudah bersertifikat NKV yang dijamin keamanan dan kesehatannya.
"Untuk ke depan, saya berharap FAO, Kementerian Pertanian, Unila dan Asosiasi Peternakan dapat berkolaborasi dengan baik demi mewujudkan masyarakat Lampung Berjaya di bidang pertanian secara umum dan secara khusus sektor peternakan," ujar Arinal.
Sementara itu, Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Syamsul Maarif mengatakan jika pangan produk hewan di Lampung sudah mengarah pada sistem sanitasi yang baik .
"Artinya, peternak di Lampung mampu mengikuti peraturan pemerintah dan internasional untuk melakukan penggunaan antibiotik dengan bijak cerdas dan bertanggung jawab," ujarnya.
Selain berhasil melakukan pembinaan peternak ayam petelur yang bebas residu, Lampung memiliki jumlah peternak yang banyak sehingga dinilai bisa dijadikan sebagai langkah awal dalam pengurangan penggunaan antibiotik yang bagus.
"Lampung ini cukup terkenal dan berpengaruh dalam produktivitas ternak unggas, ini bisa berpengaruh besar jika berhasil dilakukan, karena itu kita memilih Lampung," ujarnya.
Apresiasi yang sama juga diungkapkan Tim Leader FAO ECTAD Indonesia Jim Mc Grane, yang mengaku senang mengetahui Lampung adalah provinsi pertama yang berhasil mendapatkan 14 sertifikat untuk peternakan unggas dalam satu tahun.
Menurutnya, pada perayaan pekan kesadaran antibiotik dunia ini, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan salah satunya untuk mengurangi penggunaan antibiotik di masa depan, sebab penggunaan antibiotik secara terus-menerus bisa membuat penyakit menjadi kebal/resisten .
Untuk itu, ia menimbau para peternak meningkatkan biosekuriti pada peternakan. Menurut dia, dengan menerapkan biosekuriti maka tingkat penyakit menjadi rendah. Sehingga, penggunaan antibiotik tidak begitu diperlukan.
"Kita jaga kehigienisan ternak, dengan lingkungan sehat, maka kesehatan ternak akan terjaga dan penggunaan antibiotik berkurang," terangnya.
Berita Terkait
Elly Wahyuni reses serap aspirasi di kabupaten pesawaran dan pringsewu
Kamis, 21 November 2024 11:03 Wib
Universitas Lampung buka program Magister S2 lalui RPL Tipe A
Kamis, 21 November 2024 10:40 Wib
Rahmat Mirzani Djausal dukung swasembada pupuk bagi para petani Lampung
Kamis, 21 November 2024 10:17 Wib
Polres Lamsel ungkap kasus penyelundupan ganja di Pelabuhan Bakauheni
Kamis, 21 November 2024 10:06 Wib
Pengamat politik Lampung nilai putusan KPU Kota Metro sudah tepat
Rabu, 20 November 2024 23:46 Wib
Seorang pengendara motor tewas akibat lakalantas
Rabu, 20 November 2024 22:21 Wib
Bawaslu Lampung sebut tidak pernah rekomendasi pembatalan Wahdi-Qomaru
Rabu, 20 November 2024 22:20 Wib
Lampung telah susun kajian risiko bencana alam
Rabu, 20 November 2024 20:50 Wib