Jakarta (ANTARA) - Petenis Australia, Ashleigh Barty, yang sempat gantung untuk bermain kriket profesional selama setahun, menghancurkan wakil Republik Ceko Marketa Vondrousova di final untuk mengangkat mahkota Prancis Terbuka di Roland Garros, Paris, Sabtu malam.
Melalui serangkaian tembakan dan pukulan spin yang penuh daya tipu, unggulan kedelapan itu menghancurkan remaja Ceko dengan mudah 6-1 6-3, untuk memenangkan gelar Grand Slam pertamanya, dan mahkota tunggal putri Prancis pertama bagi Australia dalam lebih dari empat dekade.
"Luar biasa ... saya memainkan pertandingan yang sempurna hari ini. Saya sangat bangga pada diri saya dan seluruh tim saya ... ini sudah gila selama dua minggu," kata Barty, seperti dilansir Reuters.
Sejak kemenangan Margaret Court di Paris pada tahun 1973, tak seorang putri Australia bisa jadi Ratu di Roland Garros.
Barty membuka pertandingan melawan Vondrousova dengan sangat baik. Ia bahkan tak pernah memberi kesempatan kepada lawannya untuk menampilkan variasi permainan tenis seperti yang dia lakukan sepanjang turnamen.
Barty benar-benar mengendalikan pernainan sehingga hanya memberikan satu gim untuk lawannya.
Pada set kedua, Vondrousova mulai memberikan perlawanan. Petenis 19 tahun itu mulai bisa lepas dari tekanan Barty ketika mampu memangkas ketertinggalan jadi 2-3.
Namun, Barty yang merupakan unggulan kedelapan turnamen tetap mampu menjaga fokusnya.
Barty bahkan mampu membalikkan keadaan dari tertinggal 15-40 menjadi mendapatkan championsips point berkat empat pukulan winner-nya.
Ashleigh Barty pun memenangi pertandingan setelah pukulan smesnya tak dapat dijangkau Marketa Vondrousova.
Kemenangan mudah tersebut tidak memiliki drama tetapi mengangkat Barty ke nomor dua di dunia, menyamai prestasi yang dicapai oleh seorang wanita Australia pada tahun 1976 Evonne Goolagong.