Presiden Jerman temui Sultan HB X bahas penataan lingkungan
Yogyakarta (ANTARA) - Presiden Republik Federal Jerman Frank-Walter Steinmeier menemui Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta yang juga Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X di Keraton Yogyakarta, Jumat.
Presiden Steinmeier beserta rombongan tiba di Keraton Yogyakarta sekitar pukul 15.00 WIB disambut oleh Sultan HB X beserta putri-putrinya.
Putri pertama Sultan HB X G.K.R. Mangkubumi menjelaskan perbincangan antara Presiden Jerman dan Sultan HB X antara lain membahas mengenai penataan lingkungan.
Sebelum berbincang-bincang dengan Sultan, Presiden Steinmeier diajak melihat pameran sejumlah koleksi mulai dari batik, barang pecah belah, wayang kulit, hingga beragam manuskrip miliki keraton.
"Perbincangan menjelaskan tentang keistimewaan Yogyakarta, kemudian tentang lingkungan karena di Jerman itu 'kan punya teknologi dan riset yang maju untuk masalah lingkungan," ujar Mangkubumi.
Dengan kemajuan teknologi yang dimiliki Jerman, dia berharap muncul kolaborasi untuk mengatasi permasalahan lingkungan di Yogyakarta.
"Tentunya kita juga ingin kolaborasi dengan mereka untuk penataan permasalahan lingkungan di Yogyakarta," ujar dia.
Menurut Mangkubumi, Jerman dan Yogyakarta sama-sama memiliki kepedulian dalam aspek pelestarian warisan budaya, khususnya mengenai arsitektur.
"Kami sampaikan kita ingin menjaga warisan budaya yang ada di Yogyakarta karena di Jerman itu 'kan banyak kepedulian tentang warisan-warisan budaya, tentang rumah-rumah, bangunan-bangunan kuno jadi sama-sama karena memang mereka lebih concern pada lingkungan," kata dia.
Dalam pertemuan itu, kata Mangkubumi, Sultan HB X dan Presiden Steinmeier berkesempatan menikmati kopi dan teh serta pertunjukan beksan atau tarian lawung ageng di Tratag Bangsal Kencana.
Presiden Jerman, menurut dia, terkesan dengan tarian karya Sultan HB I tersebut karena memiliki iringan musik dengan karakteristik rancak.
"Karena lawung ageng itu musiknya semarak karena ada trompetnya, ada drumnya. Nah, tadi beliau dikiranya yang rancak itu cuma ada di Bali," kata dia.
Presiden Steinmeier beserta rombongan tiba di Keraton Yogyakarta sekitar pukul 15.00 WIB disambut oleh Sultan HB X beserta putri-putrinya.
Putri pertama Sultan HB X G.K.R. Mangkubumi menjelaskan perbincangan antara Presiden Jerman dan Sultan HB X antara lain membahas mengenai penataan lingkungan.
Sebelum berbincang-bincang dengan Sultan, Presiden Steinmeier diajak melihat pameran sejumlah koleksi mulai dari batik, barang pecah belah, wayang kulit, hingga beragam manuskrip miliki keraton.
"Perbincangan menjelaskan tentang keistimewaan Yogyakarta, kemudian tentang lingkungan karena di Jerman itu 'kan punya teknologi dan riset yang maju untuk masalah lingkungan," ujar Mangkubumi.
Dengan kemajuan teknologi yang dimiliki Jerman, dia berharap muncul kolaborasi untuk mengatasi permasalahan lingkungan di Yogyakarta.
"Tentunya kita juga ingin kolaborasi dengan mereka untuk penataan permasalahan lingkungan di Yogyakarta," ujar dia.
Menurut Mangkubumi, Jerman dan Yogyakarta sama-sama memiliki kepedulian dalam aspek pelestarian warisan budaya, khususnya mengenai arsitektur.
"Kami sampaikan kita ingin menjaga warisan budaya yang ada di Yogyakarta karena di Jerman itu 'kan banyak kepedulian tentang warisan-warisan budaya, tentang rumah-rumah, bangunan-bangunan kuno jadi sama-sama karena memang mereka lebih concern pada lingkungan," kata dia.
Dalam pertemuan itu, kata Mangkubumi, Sultan HB X dan Presiden Steinmeier berkesempatan menikmati kopi dan teh serta pertunjukan beksan atau tarian lawung ageng di Tratag Bangsal Kencana.
Presiden Jerman, menurut dia, terkesan dengan tarian karya Sultan HB I tersebut karena memiliki iringan musik dengan karakteristik rancak.
"Karena lawung ageng itu musiknya semarak karena ada trompetnya, ada drumnya. Nah, tadi beliau dikiranya yang rancak itu cuma ada di Bali," kata dia.