Bandarlampung (Antaranews Lampung) - Petani di Lampung yang tergabung dalam kelompok tani maupun gabungan kelompok tani untuk memanfaatkan alat
mesin pertanian (alsintan) bantuan Kementerian Pertanian.
"Masih ditemukan alsintan menganggur tak hanya di poktan atau gapoktan, tapi juga di brigade provinsi maupun kabupaten dan kota," kata Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian Kementerian Pertanian Momon Rusmono, di Bandarlampung, Kamis.
Ia menyebutkan, apabila semua alsintan bekerja maka Luas Tambah Tanam (LTT) akan mantap dan Indeks Pertanaman (IP) juga meningkat.
Ia menjelaskan, semua alsintan olah tanam harus dimaksimalkan sehingga panen dapat optimal.
Menurutnya, jika alsintan bantuan Kementerian Pertanian sejak tahun 2014 hingga 2017 tidak dapat digunakan secara optimal harus dilakukan identifikasi berapa alat yang layak atau tidak layak, termasuk bantuan tahun 2018.
Kemudian, dihitung berapa alsintan yang layak digunakan atau tidak layak digunakan dengan mencari solusinya, misalkan jika alat pertanian tersebut rusak dengan diperbaiki.
Selanjutnya menurut dia, dengan merelokasi alat tersebut dengan mengoptimalkan pemanfaatannya.
Momon dalam kesempatan itu juga mengharapkan alsinta disimpan di Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) karena kalau di kelompok tani akan muncul ego dan menimbulkan tidak maksimal.
"Biasanya jika alsintan dipegang oleh ketua kelompok tani, seakan-akan menjadi hak milik. Padahal alsintan itu milik bersama," katanya.
Ia menambahkan Kementerian Pertanian sejak tahun 2014 hingga 2017 telah mendistribusikan alat mesin pertanian sebanyak 150.000 unit, senilai Rp7 triliun.
"Rata-rata per tahun sekitar 30 ribu hingga 40 ribu unit alsintan didistribusikan untuk petani," katanya.
Ia memperkirakan alsintan yang didistribusikan akan tembus sekitar 180.000 unit, hingga tahun 2018.
Sementara itu, Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Lampung Indriatmoko menjelaskan adanya bantuan alsintan telah banyak dan dirasakan manfaatnyan oleh petani.
Namun, lanjutnya, masih banyak yang harus dioptimalkan.
"Kita punya waduk Batu Tegi, yang termasuk sumber air kita, namun bertahun tahun terdapat limpasan. Saat ini kita banyak program atau target produksi pertanian cukup besar, yakni naik 20 persen," ujarnya.
Namun, lanjutnya, target produksi tersebut tak diimbangi lahan yang ada yang sekarang semakin mengecil.
Untuk mengatasi masalah tersebut, lanjutnya, salah satunya menggunakan teknologi berupa penggunaan alsintan untuk percepatan panen.
Selain itu juga melakukan efisiensi penggunaan irigasi, dan percepatan pengelolaan tanah sehingga tidak boros dan bisa menampung air yang banyak.
Ia menambahkan, bantuan yang diberikan pemerintah berupa alsintan yang banyak tentu tidak ada yang menolak.
Namun, menurutnya, terdapat pula kendala banyaknya alsintan yakni harus menggunakan operator, biaya operasional termasuk merawatnya agar bisa berdaya guna sesuai umur ekonomis.
"Hal Itu menjadi pekerjaan rumah kita ke depan untuk bisa memanfaatkan dengan optimal dan merawat dengan baik," jelasnya.
Indriatmoko menambahkan, meskipun pemerintah melalui Kementerian Pertanian banyak membantu alsintan, namun masih banyak kelompok petani di daerah ini yang belum mendapatkan alat pertanian tersebut, seperti transplanter, pompa air dan lainnya.