Itera perkuat strategi pencegahan kekerasan seksual di kampus
Secara garis besar, Satgas PPKS Itera terdiri dari dua divisi besar, yaitu pencegahan dan penanganan, kata dia
Bandarlampung (ANTARA) - Institut Teknologi Sumatera (Itera) memperkuat strategi pencegahan dan penanganan kekerasan seksual (PPKS) di kampus dengan melakukan kegiatan studi banding ke Satgas PPKS Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya Jakarta.
"Tujuan kegiatan kami ke Unika Atma Jaya untuk belajar dan memperkuat strategi pencegahan dan penanganan kekerasan seksual oleh Satgas PPKS Itera," kata Ketua Satgas PPKS Itera Winati Nurhayu dalam keterangan diterima di Bandarlampung, Rabu.
Ia menyadari masih banyak kekurangan pada Satgas PPKS Itera sehingga pihaknya ingin mengadopsi sistem dan hal-hal baik yang telah diterapkan Unika Atma Jaya untuk diterapkan di Itera.
"Secara garis besar, Satgas PPKS Itera terdiri dari dua divisi besar, yaitu pencegahan dan penanganan. Selain aktif melakukan sosialisasi dan edukasi, dalam bidang penanganan Satgas PPKS Itera juga berkomitmen melakukan penanganan secara cepat, yaitu maksimal 2x24 jam, sejak diterima pengaduan atau pelaporan," kata dia.
Wakil Rektor Bidang Akademik, Kemahasiswaan, dan Sumber Daya Manusia Universitas Atma Jaya Jakarta Yohanes Eko Adi Prasetyanto menyampaikan, Unika Atma Jaya telah mendirikan Satgas PPKS sedari awal, setelah dikeluarkan aturan dari Kemendikbudristek.
"Namun, jauh dari itu, Unika Atma Jaya, juga sudah memiliki Pos Sahabat Anak dan Perempuan (Posapa), yang diinisiasi oleh Pemprov DKI, dan menjadi bagian pengabdian kepada masyarakat," kata dia.
Selain itu, Unika Atma Jaya sudah membuka layanan konseling dengan pendekatan kerohanian melalui Unit Campus Ministry, sebelum Satgas PPKS terbentuk.
“Sehingga ketika kami diminta mendirikan Satgas PPKS, menjadi lebih mudah, karena kami cukup menggabungkan dan menyelaraskan apa yang sudah ada sebelumnya,” ujarnya.
Ia menyampaikan Satgas PPKS Unika Atma Jaya mengedepankan program pencegahan dengan memperkuat sosialisasi dan edukasi.
Saat ini, Satgas PPKS Unika Atma Jaya sedang menyusun program sosialisasi dan edukasi yang lebih mengedepankan pemanfaatan teknologi.
“Sosialisasi tidak bisa lagi dilakukan dengan cara konvensional, akan tetapi perlu menggunakan pendekatan manajemen sistem berbasis teknologi digital, sehingga semua lapisan dapat mengakses,” kata dia.
"Tujuan kegiatan kami ke Unika Atma Jaya untuk belajar dan memperkuat strategi pencegahan dan penanganan kekerasan seksual oleh Satgas PPKS Itera," kata Ketua Satgas PPKS Itera Winati Nurhayu dalam keterangan diterima di Bandarlampung, Rabu.
Ia menyadari masih banyak kekurangan pada Satgas PPKS Itera sehingga pihaknya ingin mengadopsi sistem dan hal-hal baik yang telah diterapkan Unika Atma Jaya untuk diterapkan di Itera.
"Secara garis besar, Satgas PPKS Itera terdiri dari dua divisi besar, yaitu pencegahan dan penanganan. Selain aktif melakukan sosialisasi dan edukasi, dalam bidang penanganan Satgas PPKS Itera juga berkomitmen melakukan penanganan secara cepat, yaitu maksimal 2x24 jam, sejak diterima pengaduan atau pelaporan," kata dia.
Wakil Rektor Bidang Akademik, Kemahasiswaan, dan Sumber Daya Manusia Universitas Atma Jaya Jakarta Yohanes Eko Adi Prasetyanto menyampaikan, Unika Atma Jaya telah mendirikan Satgas PPKS sedari awal, setelah dikeluarkan aturan dari Kemendikbudristek.
"Namun, jauh dari itu, Unika Atma Jaya, juga sudah memiliki Pos Sahabat Anak dan Perempuan (Posapa), yang diinisiasi oleh Pemprov DKI, dan menjadi bagian pengabdian kepada masyarakat," kata dia.
Selain itu, Unika Atma Jaya sudah membuka layanan konseling dengan pendekatan kerohanian melalui Unit Campus Ministry, sebelum Satgas PPKS terbentuk.
“Sehingga ketika kami diminta mendirikan Satgas PPKS, menjadi lebih mudah, karena kami cukup menggabungkan dan menyelaraskan apa yang sudah ada sebelumnya,” ujarnya.
Ia menyampaikan Satgas PPKS Unika Atma Jaya mengedepankan program pencegahan dengan memperkuat sosialisasi dan edukasi.
Saat ini, Satgas PPKS Unika Atma Jaya sedang menyusun program sosialisasi dan edukasi yang lebih mengedepankan pemanfaatan teknologi.
“Sosialisasi tidak bisa lagi dilakukan dengan cara konvensional, akan tetapi perlu menggunakan pendekatan manajemen sistem berbasis teknologi digital, sehingga semua lapisan dapat mengakses,” kata dia.