Orang tua Azzahra pertanyakan transparansi PRSI terkait beasiswa FINA

id Azzahra Permatahani ,PRSI,Hanif Rusjdi ,Renang ,Akuatik,Indonesia,FINA,Beasiswa

Orang tua Azzahra pertanyakan transparansi PRSI terkait beasiswa FINA

Perenang Indonesia Azzahra Permatahani memacu kecepatan pada final renang nomor estafet gaya bebas putri 4x200M SEA Games di Aquatic Sport Palace, Hanoi, Vietnam, Kamis (19/5/2022). Tim putri Indonesia meraih perunggu setelah finis pada posisi ketiga dengan catatan waktu 8 menit 26,24 detik. ANTARA FOTO/Zabur Karuru/rwa.

Jakarta (ANTARA) - Orang tua perenang Indonesia Azzahra Permatahani, Hanif Rusjdi, mempertanyakan transparansi Pengurus Besar Persatuan Olahraga Renang Indonesia (PB PRSI) terkait beasiswa yang diterima sang buah hati dari Federasi Renang Internasional (FINA) atau World Aquatics pada 2019.

Hanif mengungkapkan pada 2019, Azzahra mendapat FINA Scholarship Programme, yaitu program beasiswa FINA guna mendukung atlet dalam meningkatkan prestasi dalam menghadapi Olimpiade.

Dalam periode tersebut, Azzahra juga berstatus sebagai atlet pemusatan latihan nasional (pelatnas). Dengan kata lain Azzahra, kata Hanif, sudah mendapatkan fasilitas dari pemerintah dalam hal ini Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).

"Yang menjadi persoalan adalah antara bantuan dana FINA dan biaya pelatnas menjadi tumpang tindih. Dalam pelatnas apakah pada 2019 Azzahra dibiayai Kemenpora atau menggunakan biaya FINA?," kata Hanif kepada pewarta di kawasan Senayan, Jakarta, Jumat.

Dia mengaku sejauh ini belum mendapat rincian terkait bantuan dari FINA tersebut. Hanif sempat menanyakan ke PRSI, namun belum mendapat jawaban yang memuaskan.

Sebab, Azzahra disebut sudah mendapatkan manfaat dari beasiswa FINA berupa tempat latihan, mengikuti kejuaraan, dan untuk membiayai keperluan pelatih David Armandoni yang kala itu menjadi pelatih timnas renang Indonesia.

Padahal Azzahra kala itu, kata Hanif, sama dengan atlet pelatnas lainnya yang mengikuti berbagai program dengan menggunakan biaya dari Kemenpora.

"Mereka (atlet pelatnas) selalu bersama dan tidak terpisah saat pelatnas 2019 dan tidak mungkin Azzahra seorang diri dengan biaya dari dua sumber," ujar Hanif yang menjadi manajer cabang tenis meja pada SEA Games 2015 dan 2017..

Hanif telah beberapa kali meminta kejelasan terkait hal tersebut. Namun hingga lebih dari tiga tahun menemui titik temu. Menurutnya, dari tahun ke tahun bantuan beasiswa dari FINA untuk atlet nasional seperti I Gede Siman Sudartawa dan Albert Susanto selalu mendapatkan dana beasiswa dari FINA secara penuh alias 100 persen diberikan lunas.

"Namun dari 2019, sampai dengan saat ini Azzahra tidak pernah menerima dana bantuan beasiswa dari FINA tersebut. Padahal yang bersangkutan menandatangani telah menerima dana dari FINA selama 12 bulan. Pertanyaannya ke mana dana tersebut jika semua sudah ditanggung negara," kata Hanif.

Hanif berharap PB PRSI transparan dalam pengelolaan dana dua sisi antara bantuan dari FINA dan pengelolaan dana dari Kemenpora.

"Saya memohon kepada pemerintah melalui Kemenpora dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atau instansi berwenang dapat memeriksa kembali laporan pertanggungjawaban antara PB PRSI dan fakta yang menyatakan menggunakan dana FINA untuk Azzahra dan pelatihnya," ujarnya.

"Sehingga persoalan ini dapat diselesaikan dan penggunaan dana olahraga yang dikelola PB PRSI dapat transparan dan dipertanggungjawabkan," pungkas Hanif.