Meski pandemi, Kecap "Kipas Sate" asal Probolinggo tetap bertahan di pasar Eropa
Syarat utama agar produk kecap kami tetap eksis dan diminati di pasar lokal dan mancanegara adalah kualitas yang stabil dan networking yang memadai
Probolinggo, Jawa Timur (ANTARA) - Kecap yang diproduksi warga Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur tetap bertahan di pasar Eropa saat pandemi COVID-19 karena digemari warga di beberapa negara di Benua Eropa yakni Belanda, Jerman, dan Belgia.
Produk kecap bermerk "Kipas Sate" yang diproduksi CV Mustika Digdaya di Desa Tambakrejo, Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo mampu melanglang buana ke pasar internasional, bahkan selain Eropa, juga tembus pasar Australia.
"Syarat utama agar produk kecap kami tetap eksis dan diminati di pasar lokal dan mancanegara adalah kualitas yang stabil dan networking yang memadai," kata pemilik CV Mustika Digdaya, Akhmad Muhammad Daeng Yewa di Probolinggo, Selasa.
Pria berdarah Makasar-Timor Leste yang akrab disapa Ade itu mengatakan empat tahun terakhir ini pihaknya mendukung dua perusahaan perantara ekspor yang ada di Kota Surabaya dan Malang untuk ekspor di beberapa negara di Eropa.
"Industri kecap kami masih berbasis UMKM, sehingga perlu bermitra dengan pihak ketiga sebagai perantara ekspor. Namun saat ini kami juga tengah menyiapkan sertifikasi SNI produk, ISO dan Hazard Anaysis Critical Control Point (HACCP)," tuturnya.
Meskipun di tengah pandemi COVID-19, lanjut dia, kapasitas produksi kecapnya tetap stabil karena untuk pasar lokal sendiri kecap tetap dibutuhkan oleh masyarakat dan begitu juga dengan ekspor yang masih tetap berjalan sampai saat ini.
"Alhamdulillah sampai saat ini kami tetap bertahan, tidak ada karyawan yang kami PHK. Semua tetap bekerja seperti biasanya dan gaji mereka pun tidak ada pengurangan," katanya.
Kendati demikian, kata dia, masa pandemi COVID-19 berdampak pada kapasitas ekspor kecap ke sejumlah negara di Eropa karena mengalami penurunan sampai 30 persen.
Sementara Pelaksana tugas Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Probolinggo Moch. Natsir menjelaskan saat ini pihaknya fokus untuk terus menumbuhkan budaya ekspor dengan melakukan pendampingan dan fasilitasi, terutama kepada UMKM menengah yang memiliki potensi ekspor.
"Untuk produk CV Mustika Digdaya ke depan mereka juga sedang bersiap untuk melebarkan sayap dengan melengkapi dokumen standar produksi. Kami akan terus dukung dan fasilitasi para pengusaha, terutama yang berpotensi ekspor," tuturnya.
Berdasarkan data rekapitulasi ekspor Disperindag Kabupaten Probolinggo menyebutkan CV Mustika Digdaya penghasil produk kecap Cap Kipas Sate tercatat sejak tahun 2018 sampai saat ini sudah sering terbang ke Eropa, bahkan sebelum adanya pandemi COVID-19, ratusan liter kecap itu diekspor hampir setiap bulan.
Ia menjelaskan angka pertumbuhan pengusaha baru di Kabupaten Probolinggo cukup tinggi, selanjutnya perlu gerakan perubahan paradigma lama menuju masyarakat networking dan konsep itu sudah diterapkan di daerah lain yang banyak memiliki pengusaha UMKM seperti Bali, Yogjakarta dan daerah industri lainnya.
"Masyarakat networking identik dengan klaster-klaster yang saling mendukung satu sama lain. Ada klaster produksi, klaster penyedia bahan baku, para seller dan pendukung lainnya," ujarnya.
“Budaya ekspor akan tumbuh pesat seiring dengan pertumbuhan networking. Untuk mendukung hal ini kami juga bermitra dengan beberapa perguruan tinggi dan tenaga ahli, termasuk perusahaan-perusahaan swasta," katanya.
Baca juga: Dompet Dhuafa bersama Bango bagikan daging kurban bersama kecap dan Bumbu Racik Nusantara
Baca juga: Inilah resep nasi goreng sushi
Produk kecap bermerk "Kipas Sate" yang diproduksi CV Mustika Digdaya di Desa Tambakrejo, Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo mampu melanglang buana ke pasar internasional, bahkan selain Eropa, juga tembus pasar Australia.
"Syarat utama agar produk kecap kami tetap eksis dan diminati di pasar lokal dan mancanegara adalah kualitas yang stabil dan networking yang memadai," kata pemilik CV Mustika Digdaya, Akhmad Muhammad Daeng Yewa di Probolinggo, Selasa.
Pria berdarah Makasar-Timor Leste yang akrab disapa Ade itu mengatakan empat tahun terakhir ini pihaknya mendukung dua perusahaan perantara ekspor yang ada di Kota Surabaya dan Malang untuk ekspor di beberapa negara di Eropa.
"Industri kecap kami masih berbasis UMKM, sehingga perlu bermitra dengan pihak ketiga sebagai perantara ekspor. Namun saat ini kami juga tengah menyiapkan sertifikasi SNI produk, ISO dan Hazard Anaysis Critical Control Point (HACCP)," tuturnya.
Meskipun di tengah pandemi COVID-19, lanjut dia, kapasitas produksi kecapnya tetap stabil karena untuk pasar lokal sendiri kecap tetap dibutuhkan oleh masyarakat dan begitu juga dengan ekspor yang masih tetap berjalan sampai saat ini.
"Alhamdulillah sampai saat ini kami tetap bertahan, tidak ada karyawan yang kami PHK. Semua tetap bekerja seperti biasanya dan gaji mereka pun tidak ada pengurangan," katanya.
Kendati demikian, kata dia, masa pandemi COVID-19 berdampak pada kapasitas ekspor kecap ke sejumlah negara di Eropa karena mengalami penurunan sampai 30 persen.
Sementara Pelaksana tugas Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Probolinggo Moch. Natsir menjelaskan saat ini pihaknya fokus untuk terus menumbuhkan budaya ekspor dengan melakukan pendampingan dan fasilitasi, terutama kepada UMKM menengah yang memiliki potensi ekspor.
"Untuk produk CV Mustika Digdaya ke depan mereka juga sedang bersiap untuk melebarkan sayap dengan melengkapi dokumen standar produksi. Kami akan terus dukung dan fasilitasi para pengusaha, terutama yang berpotensi ekspor," tuturnya.
Berdasarkan data rekapitulasi ekspor Disperindag Kabupaten Probolinggo menyebutkan CV Mustika Digdaya penghasil produk kecap Cap Kipas Sate tercatat sejak tahun 2018 sampai saat ini sudah sering terbang ke Eropa, bahkan sebelum adanya pandemi COVID-19, ratusan liter kecap itu diekspor hampir setiap bulan.
Ia menjelaskan angka pertumbuhan pengusaha baru di Kabupaten Probolinggo cukup tinggi, selanjutnya perlu gerakan perubahan paradigma lama menuju masyarakat networking dan konsep itu sudah diterapkan di daerah lain yang banyak memiliki pengusaha UMKM seperti Bali, Yogjakarta dan daerah industri lainnya.
"Masyarakat networking identik dengan klaster-klaster yang saling mendukung satu sama lain. Ada klaster produksi, klaster penyedia bahan baku, para seller dan pendukung lainnya," ujarnya.
“Budaya ekspor akan tumbuh pesat seiring dengan pertumbuhan networking. Untuk mendukung hal ini kami juga bermitra dengan beberapa perguruan tinggi dan tenaga ahli, termasuk perusahaan-perusahaan swasta," katanya.
Baca juga: Dompet Dhuafa bersama Bango bagikan daging kurban bersama kecap dan Bumbu Racik Nusantara
Baca juga: Inilah resep nasi goreng sushi