Laut Sawu adalah "kafe" bagi ikan paus dan lumba-luma

id Laut Sawu,ikan paus,ikan lumba-lumba

Laut Sawu adalah "kafe" bagi ikan paus dan lumba-luma

Pledang - perahu pemburu ikan paus - Sang Mikael mengarungi Laut Sawu dari tepi pantai Lamalera, Pulau Lembata, NTT, Senin (4/5) untuk memburu ikan paus. Penduduk Lamalera yang terkenal dengan tradisi berburu ikan paus secara tradisional saat ini memasuki musim melaut yang dimulai awal Mei dan berakhir hingga akhir Oktober setiap tahunnya. (ANTARA/HERMANUS PRIHATNA)

Kupang (ANTARA) -

Laut Sawu NTT ternyata perairan yang kaya dengan makanan bagi ikan lumba-lumba, paus dan binatang laut besar lainnya.
 

"Perairan NTT, khususnya Laut Sawu, itu menjadi perairan yang subur dan dijadikan sebagai kafe, tempat mencari makan dan beristirahat bagi lumba-lumba, paus, dan jenis cetacea lainnya," kata Kepala Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang Ikram Sangadjia, di Kupang, Kamis.

Ikram mengatakan, Taman Nasional Perairan Laut Sawu yang luasnya 3.355 juta hektare merupakan wilayah yang kaya dengan sumber makanan bagi paus dan mamalia laut lain.

Menurut dia, mamalia laut seperti paus dan lumba-lumba yang melakukan perjalanan dari Australia menuju Laut seram, Laut Banda, dan masuk ke Laut Sawu untuk mencari makan dan beristirahat.

Hampir setiap tahun ada paus dan lumba-lumba yang muncul di kawasan Laut Sawu dan bangkai paus atau lumba-lumba ditemukan terdampar di pesisir Kupang dan pulau-pulau di Nusa Tenggara Timur.

Ikram mencontohkan pada Oktober 2019 ada 17 paus yang terdampar dan mati di kawasan pesisir Kabupaten Sabu Raijua.

Menurut Sangadji, kawasan Laut Sawu merupakan jalur perlintasan paus dan lumba-lumba dan gangguan pada sistem navigasi paus dan lumba-lumba membuat sebagian dari mereka terdampar di kawasan pesisir. 

"Untuk paus terdampar di Teluk Kupang baru sekali ini. Tapi di tempat lain di kawasan Laut Sawu ini sering terjadi. Laut Sawu ini memang perlintasannya mamalia seperti paus dan lumba-lumba," demikian Ikram Sangadji.