Pemberdayaan ekonomi melalui zakat produktif Dompet Dhuafa di Desa Tawangsari

id Dompet Dhuafa Jawa Timur

Pemberdayaan ekonomi melalui zakat produktif Dompet Dhuafa di Desa Tawangsari

Pemberdayaan ekonomi melalui zakat produktif Dompet Dhuafa di Desa Tawangsari.FOTO ANTARA/HO-DOMPET DHUAFA.

Jadi saya ikut saja ada pelatihan pembuatan minuman lidah buaya. Alhamdulillah sampai sekarang masih terus di sini, ucap Hana
Malang (ANTARA) - Geliat perekonomian Desa Tawangsari, Pujon, Malang, Jawa Timur secara bertahap makin berkembang seiring meningkatnya jumlah warga di wilayah dataran tinggi ini.

Sebelumnya, Desa Tawangsari merupakan salah satu kawasan yang terlihat seperti tidak begitu terurus. Peningkatan ini pun dirasa beriringan dengan hadirnya Bumi Maringi Peni (BMP), sebuah kawasan pemberdayaan Dompet Dhuafa yang menghadirkan beragam program holistik melalui kegiatan pemberdayaan ekonomi, pendidikan, kesehatan, dakwah dan budaya.

Salah satu program ekonomi di kawasan terpadu ini adalah pemberdayaan warga sekitar melalui budi daya tanaman lidah buaya (aloevera). Tanaman ini diolah sedemikian rupa menjadi sebuah minuman segar yang diberi nama “SUEGEERRR”.

Pelopor sekaligus yang menjadi penanggung jawab pemberdayaan ini adalah Ali Hamdan, seorang ustaz berusia 39 tahun. Program ini merupakan upaya pengimplementasian dana zakat secara produktif.

Sistem pola penanaman aloevera sampai menjadi sebuah produk minuman SUEGEERRR dalam kemasan di Pujon, Malang ini sama seperti yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa Yogyakarta.  

Hamdan, ditemui Jumat (6/10/2023) mengaku mengembangkannya bersama tiga wanita penerima manfaat pemberdayaan ekonomi dari zakat produktif ini.

Ketiga penerima manfaat tersebut merupakan warga di sekitar Kawasan Bumi Maringi Peni (BMP). Mereka terpilih dari proses perekrutan penerima manfaat yang cukup fair, yaitu dengan menginfokan program ini kepada seluruh masyarakat desa melalui kepala desa serta ketua-ketua RT/RW setempat.

Salah satunya Hana (21) yang saat itu sedang memotong-motong daging aloevera menjadi balok-balok kecil menceritakan, dirinya tertarik bergabung di sini karena saat itu ia tidak memiliki kegiatan, atau dalam istilah lainnya “menganggur”.

Motivasinya adalah karena ia ingin memiliki aktivitas di luar rumah selain hanya membantu pekerjaan-pekerjaan rumah.

“Saya putus sekolah. Jadinya di rumah itu tidak ada kerjaan. Tidak bisa juga mencari pekerjaan. Jadi saya ikut saja ada pelatihan pembuatan minuman lidah buaya. Alhamdulillah sampai sekarang masih terus di sini,” ucap Hana.

Selain diproduksi dan dijual sebagai minuman, pelepah-pelepah aloevera juga kadang dibeli oleh beberapa orang yang ingin memanfaatkannya sebagai obat, tanaman hias, atau yang lainnya. Setiap orang yang telah mencicipi produk minuman ini pun mengakui rasa dan kesegarannya.

Setiap bulan setidaknya SUEGEERRR terus diproduksi untuk dijual di Warung Sehat, yaitu sebuah mini market yang juga masih berada di Kawasan BMP. Selain itu, SUEGEERRR juga masuk ke sebuah kedai kopi, yaitu Kopi Sawah yang terletak di kawasan wisata. Bahkan, kedai ini selalu memesan setiap minggunya untuk dijual kembali kepada pelanggan-pelanggannya.

Setiap bulan, ada sekitar 100 botol yang diproduksi sesuai dengan pesanan. Atau jika dihitung kemasan dus karton, terhitung sekitar enam kemasan karton yang masuk ke Kafe Sawan maupun Warung Sehat.

“Pernah menerima pesanan sangat tinggi itu sampai 600 karton pada saat bulan Ramadan. Memang minuman ini sangat segar dan nikmat disajikan pas buka puasa,” cetus Hamdan.

Minuman ini dikemas ke dalam dua varian, yaitu kemasan gelas dan kemasan botol. Kemasan gelas kecil dibanderol dengan harga Rp2.000/pcs, sedangkan kemasan botol dibanderol dengan harga Rp10.000/pcs. Biasanya, kemasan gelas dikemas lagi dalam satu pak yang berisikan 6 pcs. Sedangkan kemasan botol dikemas juga dalam satu pak/dus yang berisi 10 pcs.

Setiap proses produksi SUEGEERRR dikerjakan oleh ketiga penerima manfaat tersebut hingga selesai dikemas. Sedangkan untuk perawatan tanaman aloevera dan pemasaran produk dikendalikan oleh Ustaz Hamdan.

Menurut Iklimah, salah satu penerima manfaat lainnya, mengaku pernah mendapatkan pendapatan tertinggi yaitu mencapai Rp1.800.000. 

TENTANG DOMPET DHUAFA

Dompet Dhuafa adalah lembaga Filantropi Islam yang berkhidmat dalam Pelayanan, Pembelaan dan Pemberdayaan kaum Dhuafa dengan pendekatan budaya melalui kegiatan filantropis (welasasih) dan wirausaha sosial. Selama 27 tahun lebih, Dompet Dhuafa telah memberikan kontribusi layanan bagi perkembangan umat dalam bidang sosial, kesehatan, ekonomi, dan kebencanaan serta CSR.