Di Chile, usia minimum pria penerima vaksin AstraZeneca jadi 45 tahun

id vaksin COVID-19 AstraZeneca,pembekuan darah,COVID Chile

Di Chile, usia minimum pria penerima vaksin AstraZeneca jadi 45 tahun

Presiden Chile Sebastian Pinera melihat ke arah pekerja yang membawa kotak vaksin Pfizer-BioNTech COVID-19 ke helikopter, di Bandara Internasional Santiago, Chile, Kamis (31/12/2020). ANTARA FOTO/REUTERS/Ivan Alvarado/pras/cfo/aa.

Santiago (ANTARA) - Kementerian Kesehatan Chile pada Kamis (3/6) mengatakan akan menaikkan usia minimum pada pria yang diperbolehkan menerima vaksin COVID-19 AstraZeneca dari 18 tahun menjadi 45 tahun.

Pihaknya juga akan menangguhkan pemberian dosis kedua hingga otoritas menyelesaikan penyelidikan pada seorang pria yang mengalami pembekuan darah usai menerima dosis pertama vaksin tersebut.

Chile, yang terdepan dalam memvaksinasi COVID-19 warganya, memperoleh dosis pertama vaksin buatan AstraZeneca-Universitas Oxford pada April. Regulator awalnya menyetujui penggunaan vaksin pada pria di atas 18 tahun dan wanita di atas 45 tahun.

Pada Kamis, kementerian menyebutkan bahwa seorang pria berusia 31 tahun mengalami trombosis dengan sindrom trombositopenia (TTS) ---tujuh hari setelah menerima dosis pertama vaksin AstraZeneca.

Baca juga: Kemenkes: AstraZeneca aman, masyarakat diimbau jangan pilih jenis vaksin
Baca juga: Malaysia lanjutkan vaksinasi AstraZeneca
Baca juga: Kemenkes sebut hanya satu dari 40 batch AstraZeneca dihentikan sementara


TTS adalah kondisi serius namun langka yang melibatkan pembekuan darah dengan kadar trombosit yang rendah.

Kondisi tersebut dihubungkan dengan vaksin AstraZeneca, terutama pada wanita di bawah usia 50 tahun, di belahan dunia lain.

Kementerian mengaku akan menaikkan usia minimum untuk vaksin tersebut menjadi 45 tahun dan menghentikan dosis kedua bagi semua penerima vaksin. Langkah itu digambarkan pihaknya sebagai "tindakan antisipasi dan proaktif" seraya menunggu penyelidikan regulator kesehatan.

Pihak AstraZeneca tidak menanggapi permintaan untuk berkomentar.

Vaksin AstraZeneca, yang disetujui di puluhan negara namun tidak di Amerika Serikat, berada dalam pengawasan ketat atas laporan kondisi --yang berpotensi fatal namun sangat langka-- pada sejumlah penerima vaksin. Kondisi itu juga dikaitkan dengan vaksin COVID-19 Johnson & Johnson.

Penyelidik Chile pada April mengaku tidak menemukan kasus pembekuan darah di antara 2.200 partisipan dalam uji klinis AstraZeneca di negara Amerika Selatan itu.

Pada hari yang sama, kementerian juga membenarkan telah menerima laporan soal 30 orang yang mengalami kelelahan setelah menerima vaksin Cansino Biologics dosis tunggal serta laporan tiga orang jatuh pingsan.

Pejabat kesehatan masyarakat Paula Daza mengatakan hingga saat ini total 56.000 dosis vaksin buatan China itu telah diberikan di Chile dan semua orang yang melaporkan efek samping "kecil" kini berada di rumah dan dalam "kondisi baik-baik saja."

Baca juga: Sebelum terima vaksin AstraZenecaK, kondisi Trio Fauqi Firdaus sehat
Baca juga: Kanada laporkan kematian pertama setelah divaksin AstraZeneca
Baca juga: Seorang perempuan Australia meninggal setelah divaksinasi
Baca juga: Australia laporkan kasus kedua pembekuan darah terkait Astrazeneca
Baca juga: Botswana selidiki kematian dua orang terima suntikan vaksin AstraZeneca


Sumber: Reuters