Bandarlampung (ANTARA) - Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di provinsi tersebut harus dimulai dari desa, tidak lagi dari wilayah perkotaan.
"Mulai hari ini Provinsi Lampung tumbuh tidak hanya dari Kota Bandarlampung dan Metro, tapi semua harus dari desa. Ekonomi Lampung ke depan bukan desa yang bergantung kota tapi sebaliknya kota yang bergantung ke desa," ujar Rahmat Mirzani Djausal saat memberikan sambutan dalam peluncuran Program Desaku Maju di Lampung Utara, Selasa.
Ia mengatakan hal tersebut terjadi karena fondasi pembangunan dan pengembangan ekonomi daerah ada di desa-desa sebagai pusat produksi.
"Kekuatan masyarakat dan Provinsi Lampung akan ada di desa. Untuk meningkatkan kekuatan di desa maka harus dilakukan upaya-upaya salah satunya dengan memperkuat hilirisasi komoditas unggulan desa," katanya.
Gubernur menjelaskan Pemerintah Provinsi Lampung telah berkolaborasi dengan lembaga vertikal melakukan pengembangan hilirisasi berbasis pangan dan UMKM di beberapa desa secara bersamaan.
"Selama lima tahun nanti semua desa dipastikan ada industri hilirisasi berbasis pangan dan UMKM. Ini dibentuk salah satunya dengan memberikan mesin pengering komoditas nanti bisa ditambah mengembangkan rice milling unit sesuai komoditas yang ada di desa," ucap dia.
Ia melanjutkan, menurut data BPS, masih ada hampir 12 persen masyarakat desa di Lampung yang hidup dalam kemiskinan dan sebagian besar adalah petani. Sedangkan keseluruhan desa di Lampung merupakan desa penghasil komoditas pangan potensial terutama singkong, padi dan jagung.
"Tiga komoditas ini adalah komoditas vital bagi Provinsi Lampung, sehingga harus dilindungi, diintervensi dalam pembinaannya. Contohnya di Desa Wonomarto Kabupaten Lampung Utara dengan lahan singkong 1.000 hektare, jagung kalau tidak punya alat pengering dan mengandalkan penjualan basah akan ada kerugian sekitar Rp6 miliar kalau harga jagung basah hanya Rp3.700 per kilogram," tambahnya.
Oleh karena itu, lanjut dia, seharusnya petani bila menjual komoditas hasil panen dalam bentuk kering akan ada peningkatan pendapatan per hektare sekitar Rp6 juta, sehingga ada peningkatan pendapatan bagi petani.
"Maka program Pemerintah Provinsi Lampung mencoba membuat desa memiliki peningkatan nilai tambah, salah satunya dengan memberi mesin pengering, dan mesin ini kalau untuk jagung dan padi bisa meningkatkan pendapatan Rp1 juta per bulan. Kemudian desa bisa mengambil gabah dan jagung dari desa sekitar untuk dikeringkan, ini membentuk hilirisasi di desa, dari satu desa menyebar ke semuanya," tambahnya.
Menurut dia, pertumbuhan ekonomi juga harus tumbuh di desa, sebab selama ini seluruh Provinsi Lampung hanya sedikit desa yang bisa melakukan hilirisasi komoditas.
"Saat ada kebijakan Presiden terkait HPP gabah Rp6.500 per kilogram semua terlihat kalau banyak desa yang belum bisa melakukan hilirisasi. Sebab banyak yang kekurangan alat pengering dan alsintan, jadi program tidak bisa memberi manfaat maksimal kalau tidak ada proses hilirisasi. Sehingga ini yang diutamakan untuk menjadikan desa sebagai fondasi pertumbuhan ekonomi daerah," ujar dia lagi.
Selain pelaksanaan program pengembangan dan penguatan ekonomi desa oleh Pemerintah Provinsi Lampung, upaya penguatan desa juga dilakukan oleh pemerintah pusat kepada 2.654 desa di Lampung salah satunya melalui pembentukan Koperasi Desa Merah Putih.
