Tanggamus, Lampung (ANTARA) - Pagi menjelang siang itu, cuaca mendung di Air Naningan, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. Aliran listrik PLN sempat terhenti (mati lampu), menyusul hujan disertai angin kencang yang terjadi malam sebelumnya, sehingga ini mengakibatkan beberapa pepohonan tumbang mengganggu jaringan listrik dan berdampak mati lampu. Hingga pertemuan nyaris usai lewat tengah hari, aliran listrik ternyata belum juga pulih.
Namun para petani pembudidaya lada hitam Lampung itu dengan bersemangat tetap melaksanakan pertemuan mereka dengan para mitra dan pendamping Program/Proyek Lada Lestari Lampung (3L) yang diinisiasi Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH, Keith Spicer/Harris Spice, bersama PT Mitra Agro Usaha Perkebunan (MAUP), serta didukung stakeholders lainnya.
Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH adalah perusahaan kerja sama internasional untuk pembangunan berkelanjutan yang beroperasi di seluruh dunia lebih dari 130 negara, atas nama Pemerintah Federal Jerman.
Keith Spicer Ltd/Harris Spice adalah pemimpin global dalam pembuatan, pemasaran dan distribusi teh, rempah-rempah, jamu dan bumbu, serta perisa/perasa lainnya, untuk industri makanan dan merupakan bagian dari Harris Freeman Group. Misinya adalah untuk mendapatkan dan mendistribusikan rempah-rempah dan rempah-rempah terbaik, dengan cara yang aman, terjamin, dan berkelanjutan.
GIZ bekerja sama dengan Keith Spicer/Harris Spice, telah memulai proyek lada organik di Indonesia. Proyek ini berupaya menawarkan model kemitraan pemerintah dengan swasta terkait pertanian, peningkatan pasar, serta pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan pada subsektor lada. Proyek bersama ini menghubungkan keahlian yang ditawarkan oleh kedua belah pihak. Keith Spicer Ltd/Harris Spice menghadirkan pengetahuan khusus industri, teknologi baru, dan pendekatan kreatif, sedangkan GIZ menyediakan keahlian kebijakan pembangunan, staf terampil di bidangnya, dan jaringan global yang mencakup pembuat kebijakan, sektor swasta, dan masyarakat sipil (civil society).
Dalam penelitiannya, berjudul Peningkatan Daya Sang Lada (Piper nigrum L.) Melalui Budi daya Organik oleh Agus Kardinan, I Wayan Laba, dan Rismayani dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (2018), menyatakan bahwa lada (Piper nigrum L.) merupakan tanaman rempah yang memiliki nilai ekonomi tinggi, dan penghasil devisa terbesar ketujuh pada kelompok tanaman perkebunan. Daerah pengembangan lada di Indonesia sebagian besar berada di Provinsi Lampung, Bangka Belitung, Kalimantan, dan Sulawesi. Indonesia bukanlah negara terbesar pemasok kebutuhan lada di tingkat dunia, namun Indonesia merupakan negara pemasok lada nomor tiga di dunia.
Negara pemasok kebutuhan lada terbesar di dunia adalah Vietnam, disusul oleh Brasil. Salah satu kunci keberhasilan Vietnam adalah diterapkannya budi daya lada yang baik didukung oleh pemerintah dan swasta, sedangkan di Indonesia sebagian besar perkebunan lada adalah milik petani dengan teknik budi daya yang beragam, seringkali tidak sesuai dengan standard operasional prosedur (SOP) budi daya lada yang dianjurkan.
Bersaing secara kuantitas dirasa berat untuk Indonesia, karena sampai saat ini produktivitas lada di Indonesia masih relatif rendah. Banyak permasalahan yang dihadapi oleh petani lada di Indonesia di antaranya mutu dari produk lada dihasilkan petani masih rendah. Tapi, Indonesia pernah menduduki peringkat pertama produsen lada dunia, terutama dari Lampung. Namun saat ini tersaingi oleh Vietnam (IPC, 2014).
Permasalahan yang dihadapi usaha tani lada di Indonesia cukup klasik, terutama rendahnya produktivitas lada (kurang dari 1 ton/ha), besarnya kehilangan hasil karena hama dan penyakit, serta pendapatan yang tidak menentu karena harga lada yang sangat fluktuatif (Soetopo, 2012; Rosman, 2016), sehingga mengakibatkan turunnya produksi dan nilai ekspor (Yuhono, 2007). Hal yang sama juga dialami oleh negara lain penghasil lada, misalnya di India yang dinyatakan oleh Thangaselvabal et al (2008) bahwa lada hitam yang merupakan “The King of Spices/Raja Rempah” dan merupakan sumber devisa bagi India dengan 70 persen dari produksinya diekspor, namun sampai saat ini produktivitasnya masih rendah.
Tanaman lada merupakan salah satu komoditas pertanian yang ada di Nusantara, dan salah satunya terdapat di Provinsi Lampung. Pada tahun 1653, Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten mengeluarkan peraturan yang mewajibkan penduduk Lampung untuk menanam pohon lada sebanyak 500 pohon per orang. Bahkan, supaya ada tata niaga tanaman lada, penguasa dari Banten menempatkan beberapa orang untuk mengawasi jual beli lada.
Pada zaman dahulu, daerah penghasil lada utama di Lampung adalah Tulang Bawang, Sekampung, dan Seputih. Hingga akhirnya, banyak masyarakat yang tertarik menanam tanaman lada, selain karena perawatan yang cukup mudah, juga karena harga lada yang menggiurkan. Pada bulan Agustus 2022, harga lada pernah mencapai Rp46.800 per kilogram. Bahkan, pada masa panen raya lada hitam di Agustus 2024, harganya mencapai Rp90.000 per kilogram.
Menanam lada membutuhkan waktu sekitar 3-4 tahun. Waktu panen tergantung pada jenis lada yang ditanam dan kondisi lingkungan tempat tanamnya. Lada biasanya dipanen ketika buahnya sudah berwarna merah kehitaman. Tanaman lada cocok ditanam di daerah yang memiliki ketinggian antara 0-700 meter di atas permukaan laut (dpl), suhu udara antara 25-32 derajat Celsius, curah hujan yang cukup, serta tanah yang gembur dan subur.
Namun saat ini, banyak petani yang beralih dari menanam lada ke komoditas lain, padahal dengan harga lada yang tinggi, dapat meningkatkan tingkat ekonomi masyarakat. Selain itu, manfaat buah lada juga cukup banyak, seperti meningkatkan metabolisme tubuh, menjaga kesehatan jantung, pencernaan, mata, tulang, dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh. (Lada Lampung Pernah Berjaya dengan sejuta manfaatnya, RRI.co.id, 2024).
Senyum ceria petani lada hitam Lampung

Petani lada di Kabupaten Tanggamus, Lampung. ANTARA/HO-GIZ
Senyum merekah para petani lada hitam Lampung itu akan kian mengembang saat semua harapan, cita-cita, dan mimpi besar bersama tersebut benar-benar dapat segera terwujud di depan mata.