Mensos sebut Tagana berperan dalam tanggulangi bencana sosial

id Mensos risma, hut tagana,Bencana sosial, tagana,bencana non-alam,pandemi,covid-19

Mensos sebut Tagana berperan dalam tanggulangi bencana sosial

Dapur Umum Bencana Alam Sejumlah relawan Taruna Siaga Bencana (Tagana) mempersiapkan nasi bungkus untuk pengungsi korban bencana alam di dapur umum Desa Cikembulan, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, Minggu (8/10). Pemerintah melalui Kementerian Sosial mendirikan dapur umum dan menyediakan 1.000 porsi makanan bagi pengungsi bencana banjir dan longsor, serta memberikan santunan kematian sebesar Rp15 juta per orang. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi/kye/17

Pangandaran, Jawa Barat (ANTARA) - Menteri Sosial Tri Rismaharini mengatakan peran para personel Taruna Siaga Bencana (Tagana) tidak hanya bersiap menanggulangi bencana alam atau fisik, maupun non-alam, namun juga bencana sosial.

"Saya sampaikan bahwa mereka (Tagana) menanggulangi bukan hanya bencana fisik, tetapi juga bencana sosial," katanya dalam puncak HUT Tagana ke-17 di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, Rabu.

Bencana sosial, kata dia, pengertiannya meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan juga teror.

Dia mencontohkan hingga kini personel Tagana aktif terlibat dalam penanganan bencana non-alam yang diakibatkan pandemi COVID-19, misalnya ikut serta menjadi penegak dan penyuluh protokol kesehatan.

Pada penanganan bencana fisik atau alam terkini, yakni kebakaran kilang minyak di Balongan, Indramayu, Jawa Barat, di mana personel Tagana turut hadir memberikan bantuan pada para pengungsi.

Ia menyatakan dalam penanganan bencana, Kemensos melakukan tugasnya dengan memberikan bantuan penyediaan rmakanan dengan layanan dapur umum, pendirian tenda darurat dan layanan dukungan psikososial serta mengeluarkan cadangan beras pemerintah (CBP) dan santunan ahli waris korban yang meninggal dunia.

Mensos mengapresiasi peran dan pengabdian Tagana dalam membantu penanganan bencana. Dia menyebut Tagana adalah kekuatan berbasis masyarakat yang merupakan bentuk kearifan lokal yang terbukti tangguh dan berdedikasi.

Dalam kunjungan ke kawasan bencana, ia mendengar Tagana dari daerah lain biasa tergerak membantu rekannya yang tengah bertugas di lokasi bencana.

“Mereka tanpa dipanggil sudah dengan inisiatif sendiri ikut membantu. Dirgahayu Tagana ke-17,” katanya.

Dengan segala keterbatasan, ia menyadari sinergi multipihak dengan kementerian/kembaga terkait merupakan hal yang mutlak dilakukan sehingga pelayanan kepada korban bencana alam diharapkan dapat terlaksana secara cepat dan tepat.

“Saya harapkan kepada seluruh Kepala Dinas Sosial provinsi atau yang mewakili agar tidak saja ditingkat nasional sinergi antarlembaga ini terjadi namun di tingkat daerah provinsi ataupun di kabupaten/kota sehingga benar-benar sinergi ini mempunyai daya guna yang mampu meningkatkan pelayanan bagi masyarakat,” demikian Tri Rismaharini.