Kabupaten Pringsewu cegah penyakit berbasis lingkungan melalui IPAL

id IPAL Komunal Pringsewu,sanitasi sehat Pringsewu

Kabupaten Pringsewu cegah penyakit berbasis lingkungan melalui IPAL

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) komunal kurangi penyebaran penyakit berbasis lingkungan di Pringsewu, Sabtu 12/10/2019 (ANTARA/Ruth Intan Sozometa Kanafi)

Pringsewu (ANTARA) - Pembangunan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)  menjadi salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Pringsewu dalam mengurangi dan mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan. 

"Sanitasi menjadi urusan utama karena berkaitan dengan kesehatan masyarakat, bila sanitasi dapat teratasi maka segala permasalahan juga akan ikut teratasi sebab kita memiliki sumber daya manusia yang sehat, " ujar Bupati Pringsewu Sujadi,  di Pekon Rejosari Pringsewu, Sabtu. 

Menurutnya, segala permasalahan sanitasi sepeti limbah air rumah tangga, air bersih dan tinja telah mendapatkan dukungan pemerintah melalui perda (peraturan daerah)  yang proses perumusannya hanya membutuhkan waktu enam bulan,  dan melalui pembangunan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) . 

Baca juga : Sinergi kunci gerakan sanitasi berbasis masyarakat di Pringsewu

"Permasalahan mengenai sanitasi menjadi salah satu fokus utama karena menyangkut sumber daya manusia, dan juga kesehatan. Melalui berbagai upaya ini harapannya di Pringsewu tidak ada lagi bayi stunting atau adanya penyebaran penyakit berbasis lingkungan, " ujarnya. 

Di Pringsewu telah terbangun sebanyak 63 IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) komunal yang tersebar di sembilan kecamatan yang telah beroperasi sejak tahun 2017 yang berguna untuk menampung limbah air rumah tangga dan juga tinja, sehingga di sekitar pekarangan tidak ada lagi saluran air dan air tergenang. 

" IPAL merupakan kerjasama lintas sektor melalui program STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) sejak tahun 2013, dan pada tahun 2017 menjadi puncak dari penyadaran masyarakat mengenai perilaku BABS melalui pembangunan 63 IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) di sembilan kecamatan, sehingga tidak ada lagi saluran air yang menggenang penyebab penyakit, " ujar Suyono perwakilan dinas kesehatan setempat. 

Hal tersebut juga dibenarkan oleh Sempeno salah seorang tokoh masyarakat. 
Menurutnya, sebelum IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) terbangun masyarakat banyak yang buang air di kolam lele, sungai, dan saluran air sehingga banyak kubangan air di sekitar lingkungan  penyebab utama sejumlah masyarakat terjangkit penyakit DBD secara bersamaan. 

Baca juga: Pringsewu Lampung sahkan Perda Sanitasi Berbasis Masyarakat

"Dulu sebelum ada IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) banyak kubangan air untuk buang air besar warga dan pembuangan air limbah rumah tangga penyebab penyakit DBD di pekon Wonodadi, tetapi untungnya prilaku masyarakat untuk tidak buang air besar sembarangan dapat berubah dengan cepat dan dibangun IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) sehingga adanya penyakit berbasis lingkungan dapat di cegah dan dikurangi, " tambah Sumpeno.