Tanggamus, Lampung (ANTARA) - Menteri Perindustrian RI Airlangga Hartarto mengungkapkan Indonesia menjadi salah satu dari lima negara yang industrinya mampu menyumbang di atas rata-rata 20,5 persen bagi perekonomian nasional.
"Empat negara lainnya adalah RRC 28,8 persen, Korea Selatan 27 persen, Jepang 21 persen, dan Jerman 20,6 persen," kata Airlangga menjelaskan, di Tanggamus, Provinsi Lampung, Senin.
Selain mampu menyumbang di atas rata-rata, pertumbuhan industri non-migas diproyeksikan tumbuh mencapai 5,4 persen pada tahun 2019. Sektor-sektor yang diproyeksikan tumbuh tinggi di antaranya industri makanan dan minuman 9,86 persen, permesinan 7 persen, tekstil dan pakaian jadi 5,61 persen, serta kulit maupun barang dari kulit, dan alas kaki mencapai 5,40 persen.
"Revolusi Industri 4.0 memberikan peluang untuk merevitalisasi sektor manufaktur Indonesia dengan melipatgandakan produktivitas tenaga kerja, sehingga dapat meningkatkan daya saing global dan mengangkat pangsa pasar ekspor global, membuka lebih banyak lapangan pekerjaan, serta konsumsi domestik menjadi lebih kuat, sehingga Indonesia dapat menjadi salah satu dari 10 besar ekonomi dunia," kata dia menerangkan.
Airlangga menjelaskan, Kemenperin telah menyusun inisiatif Making Indonesia 4.0 yang memuat strategi dan peta jalan untuk menyongsong Revolusi Industri 4.0 di Indonesia. Peta Jalan Making Indonesia 4.0 memberikan arah dan strategi yang jelas bagi pergerakan industri Indonesia di masa yang akan datang, termasuk di lima sektor yang menjadi fokus yakni makanan dan minuman, tekstil dan pakaian jadi, otomotif, kimia, serta elektronika.
"Untuk menerapkan itu kita memacu 10 prioritas nasional dalam upaya meningkatkan produktivitas dan memperkuat daya saing industri nasional. Revolusi Industri 4.0 tidak hanya berpotensi dalam meningkatkan daya saing, tapi juga mengubah berbagai aspek kehidupan manusia," kata dia lagi.
Menperin Airlangga Hartarto melaksanakan Peluncuran Kawasan Industri Hortikultura Didukung Aplikasi Industri 4.0 dan Pelepasan Ekspor dalam rangka mendorong para pelaku usaha industri makanan dan minuman berbasis agro.
Para pelaku usaha industri diharapkan bisa ikut menyejahterakan para petani serta memacu peningkatan daya saing global sektor industri makanan dan minuman.
Sektor makanan dan minuman Indonesia memiliki potensi pertumbuhan yang besar, karena didukung oleh sumber daya pertanian yang berlimpah dan permintaan domestik yang besar.
Guna memacu pertumbuhan industri makanan dan minuman berbasis industri 4.0, Kemenperin telah menyiapkan tiga strategi mendorong produktivitas di sektor hulu yakni, pertanian, peternakan, dan perikanan melalui penerapan dan investasi teknologi seperti sistem monitoring otomatis dan autopilot drones.
Kemudian perlu mendorong usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di sepanjang rantai nilai untuk mengadopsi teknologi yang dapat meningkatkan hasil produksi dan pangsa pasar, serta meningkatkan ekspor dengan memanfaatkan akses terhadap sumber daya pertanian dan skala ekonomi domestik.