Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin Reni Yanita menyatakan hal itu karena IKM sektor pangan merupakan salah satu industri padat karya.
Dirjen IKMA menyampaikan, sebanyak 1,70 juta unit usaha IKM pangan telah berkontribusi dan menyerap 3,6 juta tenaga kerja. Sepanjang 2023, industri pangan menyumbang 39,10 persen dari nilai produk domestik bruto (PDB) industri pengolahan nonmigas, atau 6,55 persen dari total PDB nasional dengan nilai ekspor menembus angka 41,70 miliar dolar AS.
Oleh karena itu, guna memperkuat ekosistem rantai pasok IKM pangan, pihaknya terus melakukan pemberdayaan IKM, termasuk memperkuat kemitraan dengan industri besar, hotel, restoran dan cafe, serta temu bisnis (business matching) dengan ritel.
Seperti halnya kegiatan temu bisnis yang dilakukan pihaknya bersama Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI), Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI), Asosiasi Industri Roti Biskuit dan Mi Instan (Arobim), serta para stakeholder lainnya yang menaungi industri besar di bidang pangan.
Direktur Industri Kecil dan Menengah Pangan, Furnitur, dan Bahan Bangunan Kemenperin Bayu Fajar Nugroho menyatakan kegiatan ini melibatkan 42 IKM dan sentra IKM yang telah mendapatkan pembinaan berkelanjutan, yang akan dipertemukan dengan 18 industri besar dan tiga asosiasi yang membidangi produk makanan dan minuman.
Adapun pembinaan yang dilakukan yaitu pendampingan dan sertifikasi Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP), pendampingan teknis dan bisnis pengembangan jaringan, peningkatan teknologi dan kapasitas produksi melalui program restrukturisasi mesin peralatan dan penerapan industri 4.0, serta promosi dalam rangka perluasan pasar melalui kepesertaan pada pameran dalam negeri, marketplace lokal dan global.