Palembang (ANTARA LAMPUNG) - Peningkatan kasus HIV-AIDS terbanyak terjadi pada ibu rumah tangga dengan persentase peningkatan melebihi 1 persen dari jumlah orang dengan HIV-AIDS (ODHA) yang ada di Indonesia saat ini.
"Persentase peningkatan terbanyak, jangan kaget ya, ibu rumah tangga. Peningkatannya, dari 0,7 persen menjadi sekitar 2 persen," kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Muhammad Subuh di Palembang, Selasa.
Dia menjelaskan bahwa ibu rumah tangga merupakan golongan yang kurang terlindungi dari risiko penularan HIV-AIDS karena dampak dari perilaku hubungan heteroseksual pasangannya.
"Ini yang harus saya tekankan, berperilaku seks yang sehat," kata Subuh.
Dia menjelaskan faktor penularan HIV-AIDS terbanyak ialah melalui hubungan seksual dengan persentase mencapai 78 persen.
Dewan Nasional Ikatan Perempuan Positif Indonesia (IPPI) sebagai organisasi yang mewadahi perempuan yang positif HIV dan terdampak HIV Ayu Oktriani mengatakan ibu rumah tangga memang yang paling rentan dan paling banyak terkena penularan kasus HIV-AIDS dari pasangannya.
Bahkan, Ayu menjelaskan pekerja seks komersial lebih terlindungi dari HIV/AIDS dibandingkan ibu rumah tangga. Alasannya, pekerja seks melakukan hubungan seksual dengan penggunaan kondom, sementara ibu rumah tangga yang pasangannya menyandang HIV-AIDS tanpa diketahui tidak menggunakan kondom saat berhubungan seksual.
"Sekitar 80 persen anggota dari IPPI ibu rumah tangga. Sisanya pekerja seks, mantan pengguna napza, dan lain-lain," kata Ayu.
Sementara itu ibu rumah tangga yang menjadi ODHA juga berpotensi melahirkan anak dengan HIV-AIDS apabila tidak dibekali dengan pengetahuan yang cukup.
Data ODHA Kementerian Kesehatan hingga November 2017 menyebutkan sebanyak 220 ribu warga Indonesia hidup dengan HIV-AIDS. Namun jumlah tersebut diprediksi hanya sepertiga dari estimasi jumlah ODHA secara keseluruhan di Indonesia.
(ANTARA)